Chapter | 31

8.9K 558 8
                                    

𝘛𝘳𝘦𝘯𝘵𝘶𝘯𝘰 ∙ 𝘵𝘩𝘦 𝘱𝘢𝘳𝘵𝘺 𝘸𝘢𝘴 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘯𝘯𝘪𝘯𝘨𝕮𝖑𝖊𝖓𝖓𝖊𝖙𝖍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝘛𝘳𝘦𝘯𝘵𝘶𝘯𝘰 ∙ 𝘵𝘩𝘦 𝘱𝘢𝘳𝘵𝘺 𝘸𝘢𝘴 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘯𝘯𝘪𝘯𝘨
𝕮𝖑𝖊𝖓𝖓𝖊𝖙𝖍

RAVA keluar dari kamar mandi yang berada di ruang ganti dengan seragam baru nya. Rambut nya masih basah karena ia baru saja keramas. Untung nya Kenneth meminta Liam dan Mahesa untuk sekalian membelikannya sebuah sampo dan sabun mandi.

Jujur awal nya Rava sedikit khawatir bercampur penasaran akan hal sesuatu. Benda pribadi nya juga ikut basah namun saat melihat kantung berisi perlengkapan ganti nya, ia menemukan benda pribadi nya.

"Emm... anu, Cley, tadi Liam sama Mahesa ketemu Freya dan Jihan. Jadi..." Kenneth mengusap tengkuk nya karena gugup.

Rava mengangguk paham. Memang seharusnya benda pribadi itu tidak perlu dibahas lebih lanjut. Selain malu menjelaskan nya, tidak enak juga rasanya.

"Keadaan diluar gimana? Masih ramai?" tanya Rava mengalihkan pembicaraan.

"Udah mulai mereda. Polisi juga udah pergi sama pak Dimas," jawab Kenneth. Kedua nya terdiam setelah itu.

"Jessy emang pantas dapatin itu. Dengan itu dia bisa sadar posisi nya, dan lebih tahu diri," ujar Rava.

Kenneth tidak menjawab. "Hmm...Pak Dimas kenapa ketangkap ya? Siapa yang laporin juga?"

"Gue."

Cowok itu menoleh terkejut. Tidak menyangka kalau Rava yang sudah melaporkan Pak Dimas ke polisi.

"Nggak usah terkejut. Pak Dimas emang udah salah. Dia menggelapkan dana buat investasi kerja sama perusahaan Rajendra."

"Well, ada untung nya juga dekat sama Om Juan, secara kan, beliau pemegang perusahaan nanti," sambung Rava.

Sedangkan Kenneth tercenung. Ia bertanya-tanya dari mana Rava bisa tahu semuanya termasuk Pak Dimas yang sudah menggelapkan uang. Gadis itu juga memanggil direktur sekolah dengan embel-embel 'Om'. Seperti sudah kenal lama dan sangat dekat.

Rava menyalakan ponsel nya yang masih terisi baterai penuh. Syukur ponsel nya tersimpan di tas jadi tidak ikut basah ketika terguyur air. Waktu menunjukkan pulul 10 pagi, tertera di layar nya yang terpasang wallpaper hitam itu.

"Udah mau pulang?" tanya Kenneth. Rava mengangguk. Kemudian ia mengambil kantung berisi baju seragam nya yang kotor.

"Biar gue antar. Tadi kita berangkat bareng berarti pulang nya harus bareng juga," ujar Kenneth.

Rava terkekeh kecil lekas mengangguk mengiyakan. "Jaket lo gue cuci dulu ya, I mean, dicuci di rumah dulu. Nanti kalau udah bersih baru gue balikin," ujar nya.

Sebenarnya agak sulit menjadi Cleora yang selalu berbicara singkat dan dingin. Secara, sifat mereka sangat bertolak belakang.

- jeda -

CLEORA  - finTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang