5 : Izin

12 6 0
                                    

Dimulai dari membuat bekal untuk David dan genggaman tangan, itu tidak murni inisiatif Angelina. Semuanya dia dapat dari internet. Karena Angelina tidak tahu apa yang biasanya seorang cewek lakukan kepada pacarnya.

Malam ini pun Angelina kembali membuka internet di handphone miliknya. Mencari-cari informasi lewat Google dan menemukan sebuah blog. Saat blog itu dibuka, Angelina membaca tiap kata yang ada.

Disaat liburan, sepasang kekasih biasanya melakukan kencan. Seperti makan di cafe atau hanya sekedar jalan-jalan. Sepasang kekasih akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk berduaan di hari libur.

"Kalau makan di cafe-" Angelina menggeleng. "Gak deh. Jalan-jalan aja kayaknya."

Angelina menutup aplikasi Google tersebut dan membuka kontak David lalu meneleponnya. Tidak lama kemudian telepon diangkat.

"Halo."

Dahi Angelina berkerut mendengar bukan suara David yang menyapa.

"Ini siapa?"

"Ini kakaknya David. Kamu siapa?" Tanpa Angelina ketahui, kakak David tertawa tanpa suara. Dia tahu yang menelepon David adalah pacarnya. Dari nama kontaknya saja jelas sekali nama cewek. Hanya satu orang cewek sejauh ini yang dekat dengan David. Dan itu adalah Angelina.

"Hmm-" Angelina membatin, 'Waduh kok diangkat sama kakaknya?' Dengan penuh kesopanan Angelina tetap mengaku, "Saya pacarnya David. Bisa bicara dengan David, kak?"

David yang memang duduk disamping sang kakak mengambil ponselnya. Kakaknya ini suka sekali berbuat iseng. "Cie, yang di telepon sama pacarnya." Goda kakak David yang kedengaran oleh Angelina.

David mendorong kakaknya untuk menjauh. Tidak mau kakaknya ini menguping pembicaraan mereka. Dan kakak perempuan David itu akhirnya beranjak pergi ke dapur.

Setelah kakaknya pergi, barulah David bersuara. "Ya?"

"Besok kamu sibuk gak?" Berpikir sebentar besok ada kesibukan atau tidak, David kemudian menjawab, "Gak ada kayaknya. Ada apa?"

"Mau jalan-jalan berdua sore besok?"

"Jalan-jalan kemana?"

"Jalan di sekitar kompleks ini aja. Gimana?"

Kalau cuma di sekitaran kompleks perumahan, rasa-rasanya David tidak masalah. Orang tua dan kakaknya pun pasti mengizinkan.

"Aku minta izin dulu. Nanti aku telepon lagi."

Tuuut.

Lalu belum sempat Angelina manyahut, David memutuskan sambungan telepon. Angelina pun terkekeh pelan. Dia juga harus meminta izin pada Mamanya.

Kebetulan saat membuka pintu kamar, Mama Angelina sudah berdiri di depan pintu. "Kamu gak makan?" Tanya Mamanya karena dari tadi dipanggil Angelina tidak kunjung keluar dari kamar. Mama Angelina pikir, anak cewek semata wayangnya itu sedang tidur. Jadi niatnya mau dibangunkan.

"Ini mau makan."

Angelina turun dari lantai dua tempat kamarnya berada bersama Mamanya. Ditangga Angelina mencoba meminta izin. "Ma, sore besok Angel boleh ya jalan-jalan?"

"Jalan-jalan kemana?" Pertanyaan Mamanya sama dengan pernyataan David tadi.

"Disekitar sini aja kok. Gak jauh-jauh."

"Ohh. Mau Mama temenin?"

Angelina langsung menggelengkan kepalanya. "Gak usah. Angelin jalannya sama seseorang."

Alis Mama Angelina bertaut. "Sama seseorang? Siapa? Temen?"

Angelina dan Mamanya sudah sampai di ruang makan. Mereka duduk berhadapan.

"Kalau Angelin bilang seseorang itu pacarnya Angelin. Mama marah gak?"

Angelina belum mengatakan pada Mamanya jika dia sudah berpacaran dengan David. Angelina kelupaan. Heh, dasar anak remaja.

"Kamu pacaran sama siapa? Kenapa gak dikenalin sama Mama?"

"He??"

Tidak seperti yang Angelina bayangkan. Angelina kira dia akan dimarahi, ternyata Mamanya sama sekali tidak marah. Malah Angelina disuruh mengenalkan David pada Mamanya.

"Kapan-kapan Angelin kenalin deh. Jadi diizinin apa gak nih?"

"Kalau dia gak berbuat macem-macem sama kamu ya tentulah Mama izinkan."

"Dia gak bakalan macem-macem kok." Angelina mengucapkannya dengan sangat yakin. Kalau misalnya pun David berbuat yang aneh-aneh, Angelina akan menghajarnya dengan ilmu beladiri yang Angelina pelajari selama ini.

*****

David menyusul kakaknya ke dapur. Duduk di kursi meja makan bersamaan dengan sang kakak yang baru saja mengambil makanan untuk makan malam.

"Kak Dara jahil banget sih. Main angkat-angkat telepon sembarangan."

"Maaf. Habisnya kakak penasaran. Tumben-tumbennya ada yang telepon kamu. Kan biasa gak ada."

David menghela nafas. Tadi dia sudah meminta izin pada orang tuanya lewat telepon. Tentunya David berkata jujur kalau dia ingin jalan bersama pacar. Kata orang tua David tidak apa-apa asal tidak berbuat yang aneh. Asal Angelina dijaga dengan baik seperti David menjaga kakak perempuannya.

Kedua orang tua David ada di luar kota. Mereka di tempat nenek David yang  sedang sakit. Jadi di rumah hanya ada David dan kakaknya yang bernama Dara.

"Angel ngajak jalan besok sore di sekitar kompleks. Boleh, kak?"

Sebelum menjawab, Dara menghabiskan nasi didalam mulutnya terlebih dulu. "Boleh asal gak kamu anuin."

"Anuin maksudnya?"

Dara membentuk lingkaran dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan. Lalu jari telunjuk tangan kiri dikeluar masukkan di lingkaran tersebut sambil tersenyum aneh. David yang mengerti maksud Dara menepuk kedua tangan kakaknya.

"Kak Dara pikirannya kotor banget."

"Eh, di TV ada banyak loh berita anak cewek yang hamil dibuat pacarnya karena pergi berduaan."

"Tapi, David gak sejahat itu buat ngerusak apalagi ngehamili anak cewek orang!" Seru David marah.

Sudahlah, David malas. Dara yang umurnya sudah bisa dibilang kategori dewasa pikirannya pun juga ikut dewasa. Terlalu dewasa malah.

"Bagus dong kalo kamu gak kayak gitu." Dara menyodorkan buah apel yang ada di atas meja. "Udah jangan marah. Kakak cuma bercanda. Kakak izinkan kok." David mengambil apel itu dengan wajah marahnya. "Candaan kakak mengerikan." Ujarnya kemudian kembali ke ruang tengah tempat dia menelepon Angelina.

***
Silahkan vote, komen, dan kritiknya juga boleh.

By : riyanda_
Date : Sabtu, 20 Maret 2021.

It's Better If I'm Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang