12 : Perpisahan

3 4 4
                                    

Angelina meregangkan tangannya ke atas. "Akhirnya." Ucap Angelina setelah semua ujian selesai. Waktu bebas bagi mereka para murid dan menunggu hasil ujian keluar dua minggu lagi.

"Gak pulang Lin?" Tanya Bella mendekati meja Angelina.

"Bel. Kalo gue pindah-" Angelina belum menyelesaikan kata-katanya dan dipotong oleh Bella. "Lo mau pindah sekolah?!" Teriak Bella di kelas sudah kosong sedari tadi.

Angelina menggaruk tengkuknya. "Ya begitulah."

Bella memegang bahu Angelina dan menggoyang-goyangkan tubuhnya. "Pindah kemana Lin?"

"Ke luar negri."

Ada bulir air di sudut mata Bella. Bella memang terkenal mudah menangis. Saat membujuk Angelina untuk ikut tampil di pentas seni saja Bella sudah mau menangis. Maka dari itu Angelina jadi tidak tega menolak bujukannya.

"Aduh lo jangan nangis dong." Panik Angelina melihat air mata Bella mengalir dari sudut matanya.

"Gimana gue gak nangis. Gue bakal berpisah dari sahabat gue." Bella pun memeluk Angelina. Angelina menepuk-nepuk pelan punggung Bella.

"Kita masih bisa komunikasi lewat handphone kok." Ucap Angelina.

"Tapi gak seenak komunikasi secara langsung Lin."

Angelina ikut menangis sambil membalas pelukan Bella. Mengingat percakapannya tadi malam bersama sang mama.

Saat itu Angelina sedang belajar dan pintu kamar Angelina dibuka oleh mamanya. "Ada apa, ma?"

"Kemasin barang-barang kamu."

Dahi Angelina mengkerut. "Untuk?" Tanyanya mengalihkan diri dari mata pelajaran yang lagi dipelajari ulang.

"Besok malam kita pindah ke tempat mama."

"Hah?" Tidak sadar Angelina memukul meja belajarnya. "Kok tiba-tiba gitu?"

"Paman brengsekmu itu menghancurkan semuanya di sana." Mama Angelina terduduk di sudut ranjang. Dia memijit pelan pelipisnya ketika ingat laporan dari adik keduanya.

"Paman Geo emang ngapain lagi?" Angelina ikut duduk disebelah mamanya. Mengelus pelan punggung wanita tersebut.

"Kata Michel dia mabuk dan membakar restoran mama yang mama tinggalkan sama Michel. Kalau begini mama jadi rugi besar. Belum lagi rupanya dia berbuat ulah dengan mencuri uang di bank. Astaga."

Mama Angelina hampir pingsan gara-gara tingkah adiknya yang pertama itu. George, paman Angelina itu memang sangat susah sekali diatur. Suka berbuat jahat dan menyusahkan mamanya.

George awalnya tinggal di Indonesia bersama mereka. Namun sejak kejadian dimana pria itu menikam papa Angelina hingga meninggal, dia dikirim ke luar negri setelah bebas dari penjara. Dan dititipkan pada Michella yang tinggal di tempat kakek Angelina.

Singkatnya George seorang pembunuh. Dia membunuh papa Angelina diusianya yang ke-5 tahun hanya karena tidak diberi uang untuk berjudi. Bila diingat lagi, sulit bagi Angelina untuk memaafkannya. Tapi George adalah paman Angelina, jadi mau tidak mau perbuatan kejinya itu harus Angelina maafkan.

Begitu pun dengan mamanya Angelina. Karena George adalah adiknya. Mama Angelina akan memafkan semua perbuatan jahatnya.

"Kamu gak apa-apa?" David menyadarkan Angelina dari lamunannya.

"Eh? Gak apa kok. Ayo temani aku belanja." Ajak Angelina.

David hanya menurut saja kemana cewek itu mengajaknya. Mereka menggunakan taksi online untuk pergi ke Mall yang tidak jauh dari rumah mereka. Mereka berdua patungan untuk membayar ongkosnya.

"Pegang tanganku." Satu alis David terangkat. "Ngapain?"

"Biar kamu gak hilang."

David tidak tahu saja bagaimana anak cewek kalau lagi belanja. Mereka akan menghampiri setiap toko yang menarik perhatian mereka. Waktu yang dibutuhkan untuk memilih barang yang ingin dibeli lamanya minta ampun. Belum lagi acara tawar menawar harga dengan penjual. Makin memperlama durasi waktu mereka berbelanja.

Angelina membawa David masuk ke toko pakaian pria. "Kok ke sini?" David mengernyitkan dahi. Kenapa mereka masuk ke toko bagian pria? Bukannya yang mau belanja Angelina? Harusnya mereka masuk ke toko pakaian untuk wanita.

"Aku mau beli baju."

"Tapi ini kan toko baju anak cowok."

Angelina menatap David dengan polosnya. "Aku mau beli baju untuk David." Ujar Angelina sama dengan yang sebelumnya dengan menambah dua kata.

"Loh?" David jadi bingung. "Kenapa untuk aku? Gak usah dibeliin. Aku bisa beli sendiri."

Senyum Angelina mengembang. "Ini kenang-kenangan dariku." Kalimat Angelina yang lirih tidak terdengar. Suara pembeli dan riuh dari toko lain menenggelamkan suara Angelina.

"Apa?" Tanya David memastikan.

Angelina tidak menjawab dan membawa David kebagian Hoodie. Dia tahu David suka memakai Hoodie. Angelina memilihkan Hoodie polos berwarna biru muda dan kuning terang. Dua warna ini mengingatkan Angelina pada aktivitas David yang senang memperhatikan langit di siang hari. Biru mewakilkan langit dan kuning mewakilkan matahari.

David hendak membayar dua Hoodie itu namun Angelina menolak. Angelina bilang biar dia saja yang membayarnya.

Mereka pulang masih menggunakan taksi online. Sesampainya di depan rumah David, Angelina menyerahkan kantung belanjaannya pada David.

"Akan aku ganti uang-" Kedua tangan David digenggam erat. Angelina menyelipkan kantung tersebut disela jari David. "Dibilang ini kenang-kenangan. Kamu gak perlu mengganti uangku."

"Dari tadi kamu bilang kenang-kenangan. Emang kamu mau pergi?"

David merasa aneh dengan tingkah Angelina hari ini. Dia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ragu-ragu. Apalagi kata 'kenang-kenangan' yang diucapkannya itu. Memberi sesak di dada David. David tidak mengerti kenapa rasanya sesak begini. Seolah Angelina akan pergi jauh.

Angelina tersenyum pahit. "Aku emang mau pergi."

"Ke-kemana?" Sial! Suara yang David keluarkan serasa seperti tercekat di tenggorokan.

"Ke Inggris. Kampung halaman mama."

"Kapan?"

"Malam ini."

Tubuh mematung David dipeluk Angelina. Dia bersusah payah menahan tangis. "Kita sudahi sampai disini ya." Ucapnya dengan suara yang bergetar.

Tangan David yang bergetar menyentuh pucuk kepala Angelina. Mendorongnya pelan agar bersandar di bahu David. "Jadi selesai?" Tanya David.

"Hanya hubungan saja. Aku tidak mau menjalin hubungan jarak jauh. Jadi kurasa kita-" Angelina tidak melanjutkan kata-katanya. Dan David mengerti itu.

"Aku paham."

Memang lebih bagus menjalin hubungan jarak dekat daripada hubungan jarak jauh. Karena hubungan jarak jauh itu jarang ada yang bertahan lama. Sedangkan hubungan jarak dekat saja masih sering tidak bertahan. Kita tidak tahu apa yang pasangan kita lakukan dari jarak ratusan kilometer. Bisa jadi dia bersama orang lain sementara kita tidak mengetahuinya. Bisa jadi.

Angelina melepaskan pelukannya. "Jaga diri kamu baik-baik. Sampai jumpa." Angelina melambaikan tangan ditemani senyuman manisnya. David balas melambai. Sesak di dada masih belum sepenuhnya hilang.

Hari ini adalah hari perpisahan mereka.

***
Silahkan vote, komen, dan kritiknya.

By : riyanda_
Date : Sabtu, 27 Maret 2021.

It's Better If I'm Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang