Sandi memasuki kelas dengan kedua tangan yang menutupi kemaluannya. Seperti orang yang sudah tidak tahan ingin buang air kecil. Teman-temannya yang melihat gaya berjalan Sandi yang aneh mengkerutkan dahi. Begitu pula dengan David namun dia memilih untuk tidak peduli.
"Lo kenapa?" Raka yang bertanya setelah Sandi mendudukkan bokongnya ke kursi.
"Barang gue sakit." Jawab Sandi sambil meringis kecil. Susah payah dia berjalan ke kelasnya menahan sakit dibagian bawah.
"Kok bisa?" Erfan menarik kursinya ke meja David. Bersamaan dengan Ferry. "Lo gak jadi ke toilet?"
"Jadi kok. Gue ke toilet cewek."
Erfan dan Ferry melongo. Dahi Raka malah semakin mengkerut. "Gila. Lo ngapain ke toilet cewek? Lupa lo letak toilet cowok?" Raka mengetuk pelan kepala Sandi yang diberikan tatapan marah oleh si empunya kepala.
"Tadi gue ngikutin si Angel." Kata Sandi.
"Terus?" Tanya ketiga teman dekat Sandi itu serempak.
"Waktu dia keluar dari toilet, gue mojokin dia. Gue ngajak dia jalan tapi dia nolak terus dia mau pergi. Gue kurung pakai tangan. Pas gue ngelihatin roknya, dia tiba-tiba nendang barang gue. Sakit banget sumpah." Jelas Sandi dengan wajah yang menunjukkan ekspresinya saat menerima tendangan Angelina.
Serempak pula tiga teman Sandi tertawa nyaring. Mereka bertiga tertawa sambil memukul meja setelah mendengar penjelasan Sandi. Membuat ribut kelas yang sedang jam kosong tersebut.
"Jadi lo keluar karena ngikutin si Angelina. Kurang kerjaan banget lo. Hahahaha." Raka memegang perutnya yang sakit karena tertawa.
"Lagian lo ngapain ngelihatin rok cewek? Kelihatan banget mesumnya lo." Ujar Erfan. Tidak habis pikir dengan kelakuan teman dekatnya ini.
"Kakinya mulus banget. Gue jadi khilaf." Jawaban Sandi menambah volume suara tawa ketiga temannya.
Masih sambil tertawa, Ferry menyentuh pundak Sandi. "Barang lo aman bro? Coba cek lagi. Mana tau ada yang hilang." Candanya diiringi tawa Raka dan Erfan.
"Angelina itu ya." Raka merangkul pundak Sandi. "Dia ikut ekskul Karate di sekolah kita. Ada yang bilang, Angelina udah belajar Karate dari dia masih bocil. Sekarang dia udah sabuk hitam. Jadi wajar aja kalo dia sampai ngeluarin jurus bela dirinya pas lo gangguin dia." Kemudian Raka menepuk-nepuk punggung Sandi. Wajahnya memang memasang ekspresi prihatin, tapi itu hanya dibuat-buat saja.
Pantasan tendangan Angelina kuat. Sedangkan alat vital cowok ditendang menggunakan sedikit tenaga saja sudah sakit sekali rasanya. Apalagi Angelina yang menendangnya sekuat tenaga. Tidak terbayang itu seberapa sakitnya. Lalu pantasan juga saat di kantin Angelina bisa sampai mengunci pergerakan Sandi.
Jadi semua karena Angelina jago bela diri.
"Kasihan banget barang lo jadi kena sasaran." Ujar Erfan disahuti oleh Ferry. "Kan kita udah bilang, lo mundur aja. Lo gak mau. Nah sekarang kualat kan lo karena gak dengerin apa kata temen."
"Diam lo pada!"
Hari ini Sandi dibuat apes oleh Angelina. Mungkin Sandi akan mengikuti kata teman-temannya. Dia lebih baik mundur daripada saat suatu hari dia mencoba mendekati Angelina lagi, dia malah dibuat kena mental. Bukan fisiknya lagi yang kena.
Sementara itu, David yang sengaja menguping pembicaraan Sandi dan teman-temannya tersenyum dalam diam. Angelina memang sering mengeluh kalau dia selalu diganggu oleh Sandi. Tapi sepertinya David tidak perlu mengkhawatirkan Angelina. Karena Angelina bisa menjaga dirinya jauh lebih baik dari David.
*****
"Lin, ayo dong. Masa lo gak mau."
Angelina menghela nafas. "Gue gak mau ikutan. Gue pengennya jadi penonton aja."
Bella berpindah posisi. Dari yang semula duduk dihadapan, sekarang dia menarik kursinya dan duduk disampingnya Angelina.
"Kelas kita belum ada perwakilan loh."
"Cari yang lain aja."
Dari tadi Bella meminta Angelina untuk berpartisipasi dalam pentas seni yang akan diadakan dua hari lagi. Namun Angelina menolaknya terus. Alasannya selalu sama, ingin jadi penonton daripada jadi pengisi acara.
"Masalahnya gak ada yang mau Lin. Lo lihat dong mereka." Angelina mengikuti arah jari telunjuk Bella.
Bella menunjuk beberapa kerumunan di kelas mereka. Kerumunan pertama, isinya anak cewek yang sedang bercerita. Beberapa kali suara tawa terdengar dari kerumunan itu.
Kerumunan kedua, isinya setengah anak cowok yang sedang main game di handphone mereka. Ada beberapa yang hanya melihat temannya bermain.
Kerumunan ketiga, anak-anak cowok yang berdiri di depan kelas. Mereka berlomba siapa yang bisa melempar botol air mineral ke atas papan tulis dan botolnya berdiri tegak. Ada juga yang melempar di atas meja guru.
Kerumunan terakhir, isinya gabungan anak cewek dan cowok yang bermain kartu Remi. Siapa yang kalah hukumannya adalah jongkok sampai digantikan oleh yang kalah berikutnya.
Semua kelas dari kelas 10 sampai kelas 12 sedang jam kosong saat ini. Dikarenakan guru yang rapat membahas jadwal ujian kenaikan kelas. Ditambah lagi anak OSIS dan yang berpartisipasi dalam pentas seni sibuk latihan.
"Gak ada yang bisa diharapkan dari mereka. Cuma lo harapan gue, Lin." Kata Bella dengan tampang memelasnya.
Meski kelas Angelina adalah jurusan IPA, tapi kebanyakan muridnya rada bandel dan agak susah dibilangin. Guru-guru yang mengajar saja banyak yang bilang kelas mereka sudah kayak kelas IPS. Biang rusuh dan suka bikin ribut.
'Gini amat dapat teman sekelas.' Batin Angelina.
"Lagian lo kan bisa nyanyi."
"Kan gue bilang gak mau."
Angelina merasa kasihan pada Bella yang menjadi ketua kelas sekaligus salah satu anggota OSIS. Mengajak satu per satu temannya untuk tampil di pentas seni sebagai perwakilan kelas tapi ditolak semua. Dan Angelina juga menolaknya.
"Lo tampil gak sampai 10 menit kok, Lin. Cuma nyanyi doang." Bella menjentikkan jari. "Lo juga bisa main gitar. Sekalian gitu nyanyi sambil main gitar. Sayang tau bakat lo disia-siain. Lo gak pengen apa dilihat sama pacar lo? Dia pasti seneng lo tampil buat dia."
Sekali lagi Angelina menghela nafas. "Oke. Gue ikut." Ucapnya memberi binar senang pada mata Bella.
"Serius?" Angelina mengangguk. "Tapi gue tampil cuma buat David."
"Gak apa. Itu terserah lo." Bella pun memeluk erat Angelina. "Lo emang sahabat gue yang terbaik." Angelina tersenyum mendengarnya.
***
Silahkan vote, komen, dan kritiknya.By : riyanda_
Date : Selasa, 24 Maret 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Better If I'm Alone (On Going)
Storie d'amore[Update Setiap Hari] [Jangan lupa follow dulu sebelum dibaca] Kehidupan bukanlah sesuatu yang bersifat kekal. Itulah yang tertanam didalam hatinya. Dia merupakan sosok misterius di sekolahnya. Dikenal sebagai lelaki yang penyendiri, diam, dan jarang...