6 : Joging Sore

12 6 0
                                    

Panggilan pertama tidak terjawab. Begitu pula dengan panggilan seterusnya. Sampai lima panggilan berlangsung, Angelina masih belum mengangkat.

"Dia lagi ngapain?" Tanpa sadar David merasa khawatir. "Atau mungkin dia sudah tidur?" Tanya David seorang diri.

Melihat raut kekhawatiran di wajah David, Dara terkekeh pelan. Itu adalah raut yang sama dengan yang pernah dipasangnya saat Dara dulu dirawat di rumah sakit. Tandanya David sudah mulai menyayangi Angelina seperti dia menyayangi Dara. Hanya saja David tidak menyadari itu.

Saat mencoba untuk yang ke tujuh kali, barulah Angelina menjawab panggilan David.

"Maaf, tadi aku lagi makan." Terdengar suara Angelina yang merasa bersalah diseberang telepon. David menghela nafas lega. Dikiranya terjadi apa-apa pada Angelina.

"Gak masalah. Oh ya soal besok, aku diizinkan."

"Aku juga." Sahut Angelina dengan semangat. "Mama nyuruh kamu kenalan sama Mama."

"Kenalan?"

"Ya."

"Kayak aku mau ngelamar aja harus kenalan dulu sama Mama kamu." Angelina tertawa mendengarnya.

"Gak apa dong kenalan dari sekarang. Siapa tau di masa depan nanti kamu emang mau ngelamar aku." Guraunya yang tidak Angelina ketahui, wajah David merona karena itu.

Lima menit kemudian, telepon ditutup oleh David. Cowok itu berjalan menuju kamarnya. Dara bersuara dari arah dapur, "David makan dulu baru tidur."

"Nanti aja makannya." Balas David. Lalu Dara mendengar suara pintu yang ditutup.

Dara menggeleng heran. "Jadi kangen masa remaja." Ujarnya.

Di dalam kamar, David duduk terdiam di ujung ranjang. Menatap layar handphone yang menampilkan panggilan terakhir. Nama Angelina tertera disana.

Beberapa kali mengedipkan mata, David melempar pelan handphonenya di atas kasur. "Apaan coba?" David menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan mengingat perkataan Angelina.

David sudah sering mendengar candaan dari kakak perempuannya. Dan dia tidak pernah merasa malu kalau ada terselip nada godaan dalam candaan tersebut. Tapi kenapa saat Angelina yang bercanda dengan sedikit nada godaan seperti tadi, rasa malu itu tiba-tiba muncul.

"Belum tentu juga di masa depan dia jadi jodohku." David membuka wajahnya. Mengerutkan dahi karena aneh dengan kata-kata sendiri.

"Kok aku malah mikirin jodoh sih? Belum saatnya mikir kesana. Perjalananku masih panjang."

*****

Sore harinya, Angelina sudah berdiri di depan gerbang rumah David. Dengan berbalut kemeja merah yang lengannya panjang dan celana jeans. Sedangkan David memakai hoodie putih dan celana hitam panjang.

"Warna baju kalian kayak warna bendera tau gak." Dara terbahak-bahak di teras rumah saat melihat pakaian David dan Angelina.

"Gak usah dilihat." Kata David pada Angelina. Angelina tersenyum kaku menanggapinya.

"Tapi karena itu kalian terlihat serasi." Teriakan Dara membuat David mempercepat langkahnya.

Dara merasa puas karena mengisengi David. Adiknya itu tidak punya selera humor. Jadi kadang sesekali Dara bercanda padanya tapi David tidak pernah tertawa lepas. Dara ingin melihat David mengeluarkan tawanya sebelum dia tidak bisa melihatnya lagi.

Di jalan, Angelina dan David tidak bersuara. Mereka menikmati angin sore yang menerpa kulit. Rambut kecoklatan Angelina bergerak pelan mengikuti hembusan angin. David tidak memungkiri kalau dia terpesona.

"Kita emang cuma jalan-jalan seperti ini aja?" Pertama kali David membuka pembicaraan dengan orang lain. Angelina masih terhitung orang lain meski dia pacarnya.

Angelina menoleh. "Namanya juga jalan-jalan. Emang mau gimana?"

"Daripada dibilang jalan-jalan. Ini udah kayak joging sore."

Mendengar itu Angelina tertawa dibuatnya. Memang mereka terlihat seperti sedang jonging. Karena mereka jalan kaki bukan naik motor ataupun naik mobil.

"Gak apa, kan?" David melirik Angelina yang menatap langit. "Joging sore yang termasuk dalam kencan pertama ini pasti akan membekas."

David mengikuti arah pandang Angelina. 'Dia benar. Pengalaman pertama adalah hal yang jarang bisa dilupakan.' Batin David.

"Kamu gak mau genggam tanganku lagi?" Pertanyaan David membuat Angelina langsung menatapnya.

"Emang kamu gak masalah?" Alis David menyatu. "Apanya yang dijadikan masalah?"

"Entahlah." Angelina mengedikkan bahu. "Kupikir kalau aku terus-terusan genggam tangan kamu pas kita lagi jalan berdua kayak gini, takutnya kamu malah risih. Jadi sekali-sekali aja aku genggamnya."

David terdiam. Perkataan Angelina mengingatkannya pada satu hal, kalau David tidak suka saat ada orang yang bersentuhan dengannya meskipun itu tidak disengaja. Namun ketika Angelina menyentuh tangan David, dia sama sekali tidak merasa risih.

Kenapa bisa begitu?

"Bagusnya kita pakai celana training aja tadi. Biar lebih terlihat kayak joging beneran." Ucapan Angelina menarik kesadaran David yang berkelana mencari jawaban, kenapa dia tidak masalah saat Angelina menggenggam tangannya?

"Gak kencan kalo gitu jadinya."

"Iya sih. Tapi kalau gini, kita malah kayak orang kurang kerjaan. Jalan-jalan gak jelas muter satu komplek." David tertawa kecil mendengar penuturan Angelina.

"Kan kamu sendiri yang ngajak jalan."

"Bagus aku ngajak makan di cafe aja kan ya?" Tanya Angelina menaruh jari telunjuk di dagu.

"Gak usah. Kayak gini aja juga gak apa." Bukannya David tidak punya uang untuk makan di cafe. David bukanlah orang yang suka makan di luar rumah selain di sekolah.

***
Silahkan vote, komen, dan kritiknya.

By : riyanda_
Date : Minggu, 21 Maret 2021.

It's Better If I'm Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang