Gadis itu duduk tepat di belakang birai balkon. Matanya menatap lurus menuju langit. Di sana, semburat merah dan oranye bersatu memenuhi langit di persandingan terakhirnya dengan bumi.
Ia terdiam cukup lama menatap keindahan yang menjadi sumber kebenciannya pada kebahagiaan. Semakin lama dipandang semakin sesak saat mengingatnya, semakin berusaha untuk dilepaskan semakin sulit untuk menerimanya. Gadis itu akhirnya menutup tirai kamarnya perlahan, seolah tak pernah melihat kecantikan senja sore itu.
Gadis itu merebahkan tubuhnya, menatap hampa pada tempat tidurnya yang kosong, kemudian membagi tatapannya pada ponsel di atas meja. Sunyi. Tidak pernah ada lagi pesan yang masuk pada ponselnya setelah bertahun-tahun ia harapkan.
Dan kali pertama.
Sandyakala itu membawanya kembali membuka luka yang telah lama ia simpan.
☁️☁️☁️
Sudah beberapa jam terlewat saat ia menapaki jalan setapak untuk sampai di sini. Ia sampai di waktu yang tepat, ketika matahari mulai turun ke peraduaannya. Sudah lama ia tidak melihat pemandangan cantik yang disuguhkan Tuhan lewat langit ini.
Beberapa temannya sedang ramai membangun tenda dan beberapa temannya yang lain sedang masuk ke dalam hutan mencari ranting-ranting pohon untuk menghangatkan tubuh nanti malam. Sedangkan ia memilih mengambil gitar yang sengaja dibawanya, bersandar pada bebatuan besar di ujung sana, lantas mengabadikan momen indah itu pada kamera ponselnya.
Dan kini, Gunung Bromo menjadi saksi bisu kecintaannya pada senja juga musik.
---
A.n :
What do you think after reading this part?
Semoga suka.
Dan ...
Semoga kita bisa bertahan sampai akhir.Di liat ya FMV nya ^^, jangan berekspetasi tinggi, pemula banget wkwkkw..
See you soon!
- C
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala
Teen FictionSandyakala diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti gurat merah di langit senja. Cerita sederhana yang mengisahkan seorang perempuan yang sangat membenci senja. Ia benci dengan segala hal yang berkaitan dengan senja. Bertanya soal senja, membaha...