05 | IPA & IPS

74 18 0
                                    

Di hari Jum'at yang cerah ini Pak Sutomo selaku guru olahraga di SMA Pelita Cendikia sudah dibuat naik darah oleh anak-anak IPS. Pasalnya, kelas IPA 1 dan IPS 1 memiliki jadwal olahraga yang sama. Oleh karena itu, Pak Sutomo menggabung pelajaran olahraga mereka hari ini, pikirnya akan lebih efektif dibandingkan membagi jadwalnya menjadi dua. Selain Pak Sutomo harus bolak-balik lapangan 1 dan 2, Pak Sutomo juga sudah tua.

"Astagfirullahaladzim! Indy! Indira! Itu kenapa make up kalian tebal begitu?! Ini mau olahraga nak, bukan ajang fashion show. Memang tadi pagi di gerbang tidak kena razia kesiswaan dan pks?" Pak Sutomo berdiri berkacak pinggang menatap muridnya yang baru saja datang itu.

Teman-teman sekelas lainnya menghela napas berat. Mereka sedikit kesal dengan kelakuan dua sejoli itu. Apalagi cowok-cowok yang sekarang berambut sedikit gondrong, pasti mereka akan kena juga. Karena Pak Sutomo tipe guru yang jika salah satu muridnya ada yang membuat kesalahan, ia akan cari semuanya.

Pak Sutomo mengedarkan pandangannya pada seluruh murid yang kini sedang duduk di lapangan.

"Anak-anak IPA satu, ada yang pakai make up juga?" tanya Pak Sutomo.

Nadine- si cewek centil di sekolah ini langsung diam terpaku karena pertanyaan Pak Sutomo. Memang hari ini ia tidak dandan seperti biasanya, ia hanya memakai liptint biasa berwarna pink. Tapi hari ini matahari sedang cerah-cerahnya, ia juga beraktivitas di luar ruangan, pasti polesan pada bibirnya dapat terlihat jelas.

"Nadine absen lima belas," ucap Pak Sutomo.

Nadine terkesiap. "I-iya pak?"

"Hapus dulu liptint kamu."

"Iya pak." Nadine berdiri melangkahkan kakinya menuju kantin untuk membeli tissue kecil.

Pak Sutomo kembali mengedarkan pandangannya. Dan ... ia kembali menemukan mangsanya.

"Barra, berdiri." Perintah Pak Sutomo.

"Anjim kena, kan," gerutu Barra.

"Murid laki-laki semuanya berdiri, baik IPA ataupun IPS," ujar Pak Sutomo tegas.
Walaupun hanya guru olahraga, Pak Sutomo juga menyambit sebagai anggota kesiswaan.

Semua murid laki-laki berdiri menuruti perintah Pak Sutomo. Sayup-sayup terdengar beberapa siswa menggerutu karena terkena sial di hari Jum'at ini.

"Danial, ini kenapa rambut kamu gondrong begini? Barra? Ervin? Felix? Kenapa rambut kalian semua gondrong?!" Pak Sutomo kembali naik darah.

"Nugraha! Kamu itu ketua murid di IPS satu! Nggak bisa memang atur mereka?!"

Nugraha yang mukanya sudah merah padam menahan malu teman-temannya sekarang harus lagi terkena marah Pak Sutomo. Memang nasib seorang KM.

"Maaf pak, nanti saya urus teman-teman saya," ucap Nugraha.

"Ya sudah, pokoknya pulang sekolah langsung cukur dan besok ke ruangan bapak. Bapak tunggu hasilnya."

"Kalian tuh harusnya kayak Elang, sekalipun banyak ngomong dia patuh sama peraturan. Satya rambutnya udah sedikit panjang, dirapikan lagi."

Elang menepuk-nepuk dadanya jumawa, gak salah, sih. Harus belajar dari Elang kalau percaya diri itu penting.

"Raihan, Daffa, rambutnya sudah rapi. Cakep anak bapak."

"Sudah kalian semua duduk. Besok-besok bapak nggak mau lihat kalian begini lagi, yang cewek nggak perlu dandan-dandan. Yang cowok nggak perlu rambutnya di panjang-panjangin."

Semua siswa laki-laki duduk kembali di tempatnya. Mereka cukup lega karena Pak Sutomo tidak mencukur rambut mereka sendiri yang hasilnya pasti berantakan. Ya, jelas, orang guntingnya sesuka hati.

SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang