Sudah lima menit terlewat sejak bel masuk berbunyi di sekolah ini. Lorong sekolah dan kantin yang semula ramai pun satu persatu siswanya mulai memasuki kelas. Termasuk Melodi yang baru saja keluar dari ruang guru setelah dipanggil oleh Pak Damara, guru sekaligus pelatih taekwondo di SMA Pelita Cendikia.
"Kenapa Mel? Pertandingan taekwondo lagi?" Kalista─ perempuan cerewet nan cantik ini menghampiri Melodi dengan gembira.
Melodi mengangguk singkat menjawab pertanyaan Kalista.
"Gila! Sahabat gue bakal menang banyak medali lagi!" Najia ikut menunjukkan kebanggaannya terhadap Melodi.
Sapaan demi sapaan mereka dapatkan di koridor sekolah dari beberapa siswa yang bukan berasal dari kelasnya. Jelas siswa-siswi SMA Pelita Cendikia mengenal mereka bertiga. Pertama Melodi Kaneishia si perempuan yang memiliki paras serta nama yang cantik ini berhasil memikat para cowok berkat kemahirannya dalam dunia bela diri. Kedua, Kalista Biantari, cewek berambut panjang berhati baik ini selalu menjadi topik yang dibicarakan warga sekolah karena kebaikannya dalam menolong sesama. Dan, yang terakhir, Najia Raelina, anak emas SMA Pelita Cendikia ini selalu berhasil membuat iri para anak-anak ambisius yang gagal mendapatkan nilai tinggi demi sebuah pujian.
"Woi!! Kata Bu Irma sekarang ke ruang seni musik! Absen satu sampai lima belas di tes piano duluan!" Samuel si ketua kelas berteriak di ambang pintu pada teman-teman kelasnya.
"Hah?! Gue belum hafal anjir!!"
"Sam, nggak bisa minggu depan ke Bu Irma?" tanya Rere.
Samuel menggeleng. "Nggak bisa, kata Bu Irma, kan, udah dikasih waktu dua minggu."
"Serius hari ini? Padahal gue mau bawain lagu hide and seek punya Wanna One, tapi gue belum hafal banget kalo sekarang," ucap Tasya si fangirl Wanna One garis keras.
"Iya Tas, tadinya gue juga mau bawain lagu EXO yang universe, tapi nggak jadi, hapalnya cuma lagu NCT yang candle light." Salma teman sebangku Tasya menimpali perkataan temannya. Sudah tidak heran lagi, mereka ini memang pecinta Kpop di kelasnya. Bedanya, Salma multifandom, sedangkan Tasya tidak.
"Mel, lo mah ahlinya, nggak usah ngehafal juga jago," ujar Najia melirik Melodi yang masih adem ayem duduk dibangkunya.
Walaupun Najia pintar, fungsi otak kiri yang dimilikinya lebih dominan ketimbang fungsi otak kanannya. Dan karena itu Melodi memiliki poin lebih unggul di bidang seni musik berkat ketanggapan otak kanannya.
"Mau nampilin lagu apa lo Mel?" Sekarang giliran Kalista yang berbicara.
Melodi mengangkat kedua bahunya. "Nggak tahu. Gimana nanti."
Najia mencubit kecil lengan Melodi kemudian menggandengnya ke luar seraya berkata, "Mel, lo itu cantik, jago main musik, bela diri juga gak usah diraguin lagi, cuma ada satu kekurangan lo."
Melodi menaikkan mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Lo itu kalo ngomong terlalu irit Mel. Jangan lupa senyum juga. Nama lo indah, Mama lo ngasih nama ini sebagai harapan supaya lo bisa memiliki melodi kehidupan yang indah." Kalista menjawab kebingungan Melodi.
Melodi tersenyum miris pada kedua temannya. Apakah ia memang sedingin itu? Melodi tidak tahu. Melodi hanya bersikap sewajarnya. Ia tak pernah sadar setiap perubahan sikap yang ia lakukan pada orang lain.
"Sorry, Kal, Naj. Makasih udah ingetin gue, kalau bukan kalian siapa lagi," ujar Melodi memaksakan senyumnya yang terasa kaku.
"Udah udah, kita nggak mau buat lo sedih, Mel." Kalista menarik senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala
Teen FictionSandyakala diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti gurat merah di langit senja. Cerita sederhana yang mengisahkan seorang perempuan yang sangat membenci senja. Ia benci dengan segala hal yang berkaitan dengan senja. Bertanya soal senja, membaha...