17 | Rumah Sakit dengan Segala Kepahitannya

54 9 6
                                    

Semenjak mendengar kabar bahwa Satya tidak masuk sekolah karena menjaga Ayahnya di rumah sakit, Melodi jadi kepikiran ingin pergi ke rumah sakit juga. Tetapi, di sisi lain, ia belum siap melihat semuanya lagi. Bayangan-bayangan masa lalunya yang pahit seperti tidak mau lepas dengan Melodi.

Sudah jam mata pelajaran ke enam, waktu istirahat pun sudah berlalu. Namun, Melodi masih berperang dengan batinnya. Dipikirannya sekarang semuanya tampak kusut, buntu, tidak ada jalan ke luar. Dari yang Melodi lihat kemarin, Satya begitu menyayangi keluarganya. Tidak ada pembantahan dari setiap kalimat yang ia ucapkan pada Ibunya. Kalau Melodi tidak gengsi, ia pasti sudah berkata kalau Satya benar-benar cowok idaman. Tapi, ini Melodi, berbicara blak-blakan bukanlah dirinya.

"Mel, Mel, lo sakit?" tanya Kalista menyenggol tangan Melodi.

"Ha? Nggak, gue nggak apa-apa," jawab Melodi sambil menengok pada Kalista.

"Serius? Lo daritadi ngelamun terus, Bu Laras juga ngeliatin lo tadi."

"Nggak apa-apa, Kal. Gue kecapekan aja." Melodi tersenyum kecil untuk memastikan bahwa dia tidak apa-apa.

"Udah mata pelajaran Bu Laras selesai, mata pelajaran Ekonomi sama Bu Endang, lo kalau sakit mending bilang sekarang. Kalau udah guru itu masuk, repot," ujar Kalista.

"Nggak, Kal. Serius."

"Hm... Yakin? Ya udah, okey."

"Anak-anak, tugasnya kerjakan secara mandiri saja, ya. Tidak usah berkelompok, tugas Sejarah Indonesia hari ini nggak susah, kok. Minggu depan tugasnya dikumpulkan, ya, kalau ada yang tidak mengerti materi hari ini boleh ditanyakan di minggu selanjutnya karena kalau sekarang waktunya sudah habis," ucap Bu Laras sembari tersenyum.

Bu Laras merupakan guru yang jiwanya masih sangat anak muda, cara mengajarnya sangat santai tapi jelas. Sehingga mata pelajaran Sejarah Indonesia di kelas tidaklah membosankan.

"Baik bu," jawab seluruh siswa bersamaan.

"Baik, untuk materi hari ini Ibu cukupkan, ya, sampai bertemu minggu depan. Assalamualaikum Warrahmatulahi Wabarrakatuh."

"Wa'alaikumsalam Warrahmatulahi Wabarrakatuh. Terima kasih, bu."

Seluruh siswa merilekskan badannya setelah Bu Laras ke luar, mereka harus menyiapkan mental lagi untuk mata pelajaran terakhir. Mata pelajaran Ekonomi, mata pelajaran yang dihindari ke dua setelah Matematika Wajib dan Peminatan. Ralat, ke tiga.

Terkadang mereka heran, bingung, kenapa mereka masuk IPA kalau jiwa-jiwa anak IPAnya saja tidak ada. Dan, lebih anehnya lagi mereka merupakan kelas unggul di antara kelas IPA yang lain. Mereka justru berpikir kalau ini sebuah keajaiban, padahal mereka tidak melakukannya dengan sungguh-sungguh.

"Mel, hp lo itu geter-geter, ada yang chat kayaknya." Kalista menatap ponsel Melodi.

Melodi tidak menjawab perkataan Kalista, ia langsung mengecek ponselnya.

Melodi mengerutkan keningnya ketika ia menemukan pesan yang tidak ia kenali nomornya. Tidak lama setelah Melodi membaca pesannya, orang itu kembali mengirimkan pesan.

WhatsApp

083811215xx
Mel
Belajar yang bener
Jangan ngelamun terus

Melodi
hah? ini siapa?

083811215xx
Satya
Save dulu lah, gue tau nomor gue belum lo save kan?

Melodi
dapet nomor gue dari siapa?

Satya
Nggak usah kepo
Bukan lo banget

Melodi
😐

SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang