Selepas mengeringkan rambutnya yang basah Melodi menyempatkan diri untuk mengecek ponselnya. Ada beberapa pesan yang belum ia baca kemarin malam, karena sibuk belajar dan teleponan sama Satya. Ya, sama, sih, belajar juga. Ia membalas satu persatu dari bawah, ada grup kelas yang membicarakan kisi-kisi ulangan, ada Kalista yang meminta catatan materi sejarah dan yang terakhir ada beberapa pesan yang masuk lagi dari seorang cowok.
Ketika membaca namanya ada rasa sesak yang menghampiri rongga dada Melodi, mengingat kenangan dulu, bahwa mereka pernah dekat, namun harus terpisah oleh jarak dan waktu. Entah ada angin darimana Melodi membuka pesan dari cowok itu, saat membacanya Melodi benar-benar tersentuh, banyak pesan yang ia lewatkan dan tidak ia baca. Bahkan setelah Melodi pergi menjauh Elvano tetap berada di sampingnya, cowok yang lebih sering ia sebut dengan El. Ketika jari jemarinya hendak mengetik pesan untuk Elvano, sebuah pesan lain dari Satya masuk ke ponselnya yang memberitahu bahwa ia sudah di depan rumah Melodi.
Satya 🙆⛅
Mel, aku udah di depan yaMelodi
Bentar, gue lupa nyimpen iket rambutSatya 🙆⛅
Ini di saku jaket aku ada iket rambut, waktu kamu beliin buat aku wkwkw
Tapi kalau mau dicari dulu, aku tungguinSetelah membaca pesan dari Satya, Melodi segera keluar dan menuruni anak tangga. Satya tidak meminta Melodi untuk cepat-cepat keluar tapi Melodi yang tidak enak pada Satya. Cowok itu terlalu baik, sudah mau menjemput dirinya, mengajarkan Melodi materi Sejarah Indonesia dengan cuma-cuma, masa iya sekarang Melodi mau membuat Satya terlambat.
Melodi bisa melihat Satya yang sedang duduk di motor vespa kesayangan, ia cepat-cepat melangkahkan kakinya menuju motor Satya.
"Hai, Mel," sapanya ketika Melodi sudah berada di dekat motornya.
"Hai. Mana iket rambutnya?" tanya Melodi to the point, ia tidak suka rambutnya terurai seperti ini.
"Sini, lah, masa jauhan gitu." Satya terkekeh melihat Melodi yang masih jauh beberapa langkah dari motornya.
"Nyebelin lo."
Setelah Melodi benar-benar sudah berada disampingnya, Satya justru memutar balik badan Melodi agar menghadap ke rumahnya. Dan tanpa Melodi sangka Satya malah membantu dirinya untuk mengikat rambutnya yang terurai. Dan dengan bodohnya Melodi juga hanya diam terpaku di tempatnya, ia bingung apa yang sedang terjadi pada dirinya. Tapi tidak bisa dipungkiri pula kalau hati Melodi sebenarnya senang.
"Udah, ayo berangkat," ucap Satya sambil tersenyum. Senyum yang tidak semua orang bisa melihatnya.
"Kok diiketin sih? Kan, bisa sendiri," ujar Melodi sembari menerima uluran helm dari Satya.
"Ya ... nggak apa-apa, pengen aja."
Ketika memastikan bahwa helmnya sudah terpasang dengan benar, Melodi perlahan naik ke jok motor di belakang Satya.
"Udah?" tanya Satya.
"Udah, yuk."
"Oke gas ngeng pergi sekolah bareng pacar," kata Satya sambil melirik Melodi dari kaca spion motornya.
Benar-benar pagi hari yang tidak Melodi sangka. Setelah mengenal Satya, selalu banyak hal yang tidak diduga oleh Melodi. Selalu ada saja sesuatu yang bisa membuat Melodi tersenyum, sesederhana itu. Tapi entah mengapa, dari sekian banyaknya insan manusia hanya Satya yang bisa membuat Melodi merasa tetap damai walaupun hari-harinya tidak selalu indah.
"Sat, kamu emang enggak dimarahin sama Tante Luna anter jemput aku?"
"Enggak lah, kan, akunya juga tau waktu, Mel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala
Genç KurguSandyakala diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti gurat merah di langit senja. Cerita sederhana yang mengisahkan seorang perempuan yang sangat membenci senja. Ia benci dengan segala hal yang berkaitan dengan senja. Bertanya soal senja, membaha...