Hampir tengah malam.
"Terimakasih sudah mengantarku," Lisa membungkuk ke arah Jungkook, pria itu hanya tersenyum tapi tidak juga beranjak dari tempatnya. "Engh, Jungkook-ssi?"
"Ya.."
Lisa bimbang antara menawari Jungkook untuk mampir dulu atau tidak, tapi melihat dia yang tak kunjung berpamitan membuat Lisa yakin kalau Jungkook ingin sekali mampir. "K-kau mau-"
"Mau. Terimakasih," begitu saja dia melewati Lisa untuk masuk ke dalam flat gadis itu. Lisa termangu sebentar, agak canggung sebenarnya karena dia yakin Jennie pun sedang keluar. Tapi, apa boleh buat, Jungkook sudah sangat baik padanya dan Lisa bukan seseorang yang tidak tahu terimakasih.
Gadis itu menghela napas sebelum menutup pintu flatnya. Dia melepas tasnya dan menggantungkannya dekat pintu, tak lupa mengganti sepatunya dengan sandal rumah lalu merapikan sepatu yang baru saja ia pakai beserta sepatu Jungkook pada rak.
Lisa sebenarnya tidak tahu apa yang membuat pria itu betah di sini, hari sudah semakin larut, dia juga lelah sebenarnya dan ingin tidur. Namun Jungkook yang sudah menunggunya di ruang tamu, mau tak mau membuat Lisa harus memperlakukannya sebaik mungkin. "Kau mau minum sesuatu?"
"Kopi kalau ada."
"Sebentar."
Lisa berjalan ke arah dapur dengan sorot mata Jungkook yang terus mengikutinya, ia mengambil teko air panas dan mengisinya dengan air keran dari wastafel. Setelah itu dia memanaskannya di atas kompor, sambil mencari kopi kemasan yang ia simpan di kabinet dapur.
Lisa tidak tahu apa Jungkook suka dengan kopi yang manis atau pahit, jadi dia hanya menambahkan satu sendok teh gula pada kopi buatannya sebelum menyeduhnya dengan air teko yang sudah berbunyi. Masih dalam keheningannya, Lisa mengaduk pelan kopi itu, ia siap membawanya jika saja sebuah tangan yang menyentuh pundaknya tak membuatnya kaget.
"Ah!"
Sret
PRANK
"Ah, panas!"
Lisa membuka matanya yang sempat terpejam, dia benar-benar terkejut dan mendapati Jungkook dengan kopi panas tadi yang sudah tumpah ke area perutnya. Pria itu mengibas-ngibaskan kemeja putih yang kini memiliki noda coklat kentara dengan asap yang masih mengepul.
"A-astaga, m-maafkan aku!" Lisa ikut panik, dia segera membuka beberapa laci di meja dapur untuk menemukan sebuah handuk kecil, lalu ia basahi handuk itu dengan air dingin. "B-buka bajumu."
Jungkook menurutinya, ia segera membuka kemejanya, membiarkan kain yang dirancang oleh Burberry itu jatuh begitu saja ke atas lantai. Menyisakan dirinya yang bertelanjang dada dengan kulit memerah di area perut six patchnya.
Lisa menekankan handuk tadi pada ruam di perut Jungkook, ia tak sempat berpikir apapun. Dan merutuki rasa takutnya yang berlebihan, membuat seseorang terluka karena ulahnya. "M-maaf, maafkan aku.. aku-" suara Lisa bergetar, ia sangat menyesal.
"Tidak, tidak apa-apa. Aku yang salah, aku hanya ingin menanyakan di mana kamar mandinya, maaf karena sudah membuatmu terkejut."
Saat Jungkook akan meraih tangan Lisa yang masih menekan handuk di perutnya, gadis itu kembali menghindar sehingga Jungkook sendiri yang harus menekan lukanya. Lisa mundur sambil memeluk dirinya sendiri, dia enggan melihat Jungkook.
"A-aku akan membereskan kekacauan ini, tunggulah di depan. Aku akan membuatkan kopi yang baru untukmu, dan.." tatapan Lisa jatuh pada kemeja Jungkook, "aku akan mencucinya."
"Itu tidak perlu-"
Tapi Lisa sudah beranjak dari sana setelah mengambil kemeja Jungkook untuk ke ruang cuci. Si Jeon menghela napas, ruamnya tak lagi perih, tapi dia semakin yakin kalau sesuatu telah terjadi pada Lisa. Sesuatu telah membuatnya berubah seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
15 hari (LIZKOOK)[Complete]√
Fiksi PenggemarLisa yang memiliki trauma masalalu, dihadapkan pada seseorang dari masalalu yang tidak pernah sama sekali ia pikirkan. menuntutnya untuk sebuah pertanggung jawaban yang konyol, yang membuat gadis berusia dua puluh dua tahun itu harus bertahan dalam...