'aku masih sering sekali memimpikan kejadian itu, terkadang cukup mengganggu karena aku jadi mudah curiga dengan orang yang ada di sekitarku.' Lisa menundukan wajahnya dalam, kedua tangannya saling meremas.'aku mengerti.' terdengar beberapa coretan yang diberikan oleh dokter yang menangani Lisa untuk sesi konseling kali ini. 'apa kau merasa masih butuh obat untuk mengatasi kecemasanmu?'
Lisa terdiam beberapa saat, 'bisakah aku mendapatkan obat agar dapat tidur tanpa bermimpi?'
.
.
.
kriet.
Ceklek.
Lalisa memasuki flatnya, dan menutupnya kembali kemudian. Dia terdiam sejenak sambil memegang gagang pintu, sebelum mengembuskan napas pelan lalu menyimpan kedua sepatu sneaker-nya pada rak seperti biasa. Langkah kaki membawanya ke ruang TV yang tak seberapa jauh dari pintu utama, perhatiannya tertuju pada dua buah pintu kamar yang berdampingan masih tertutup.
Sepertinya Jennie belum pulang.
Sofa murahannya terlihat sangat mewah bagi Lisa saat ini, dia sangat letih dan harus lembur hingga matahari menyingsing. Matanya sangat sayu menunjukan betapa mengantuknya dia, tapi perutnya bergemuruh karena waktu sarapan telah tiba.
Lisa tak langsung beranjak mengisi perut, ia merebahkan sebentar punggungnya yang terasa linu karena mengangkut banyak sekali bekas pesta anak-anak orang kaya semalam di tempatnya bekerja. Lalu ia membuka tas selempang yang sudah menemaninya selama dua tahun belakangan, mengambil agenda dan membaca apa ia melupakan sesuatu untuk dikerjakan hari ini.
Karena Lisa ingin sekali tidur sebelum pekerjaannya di mulai pukul satu siang nanti di mini market dekat flat, lalu pukul empat di restoran ayam ujung jalan, dan memasuki malam di club' Paradise.
Tugas Mr.Robin 11 siang
Oh, baiklah..
Lalisa mendengkus, lalu menutup buku agenda itu cepat. Ia memejamkan kedua matanya, setidaknya mungkin ia bisa beristirahat sekitar tiga puluh menit saja.
Tok Tok Tok
Lisa membuka matanya dengan terpaksa, tatapannya lemah dan gamang, berharap siapapun itu hanya salah alamat dan pergi.
Tok Tok Tok
Dia menyerah, dan jika itu Jennie, Lisa bersumpah akan menenggelamkan wajahnya pada closet kamar mandi. Meski begitu, dia tetap membuka pintu dan hanya bisa termenung saat kurir yang mengantar bunga untuknya kemarin, datang lagi dengan sebuah paper bag cokelat besar yang menguarkan bau lezat cinnamon rolls yang begitu pekat.
"Kiriman? U-untukku lagi?"
Kurir tersebut tersenyum, sama ramahnya dengan kemarin. "Ya," dia menyerahkan paper bag tersebut, Lisa mengintip isinya pelan. Sesuai dugaannya bahwa itu adalah sekotak besar cinnamon rolls hangat dan sebotol susu cokelat ukuran satu liter.
Gadis itu tidak menghiraukan si kurir yang pamit padanya, Lisa hanya terfokus dengan kartu lain yang berada di atas kotak kue itu.
Memenuhi perutmu di pagi hari dengan kafein, bukan sesuatu yang baik. Sarapan lah dengan benar, semoga harimu menyenangkan! :)
"A-apa?"
Tangannya mulai bergetar, siapapun yang mengirimnya, bagaimana dia bisa tahu kebiasaan Lisa? Bagaimana dia-
Lisa terhuyung, dia menarik pintunya cepat sampai tertutup dan terburu-buru menguncinya.
"Tenang Lisa, tenang." Yakinnya pada diri sendiri. Ia kembali membaca kartu itu, memperhatikan deretan tulisan tangan yang tidak dikenalinya. "Itu bukan dia, itu bukan dia. Yang mengirim ini hanya orang iseng, yang mengirim ini tidak tahu siapa dirimu, seperti kata Jennie, seperti kata dokter Jisoo. Tenang Lisa, kau harus tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
15 hari (LIZKOOK)[Complete]√
FanfictionLisa yang memiliki trauma masalalu, dihadapkan pada seseorang dari masalalu yang tidak pernah sama sekali ia pikirkan. menuntutnya untuk sebuah pertanggung jawaban yang konyol, yang membuat gadis berusia dua puluh dua tahun itu harus bertahan dalam...