Suara riang anak-anak yang bermain di sekitaran panti terdengar menyenangkan, senior biarawati yang sekaligus menjabat sebagai kepala panti asuhan ini tersenyum sambil mengarahkan sepasang suami istri dan putranya yang menginjak remaja untuk masuk mencari tempat bicara yang lebih nyaman juga privasi.
"Anak-anak di sini begitu bersemangat, aura positif mereka benar-benar menyejukkan. Iya kan nak?" Tanya si ibu pada putranya yang terlihat datar dan tidak memiliki minat.
"Jadi anda sudah memilih anak yang akan anda adopsi, nyonya Park?"
Wanita yang kepala panti panggil Nyonya park itu melihat ke arah suaminya yang tersenyum, seolah memberikan persetujuan untuknya mengambil keputusan, lalu maniknya kembali bergulir ke arah sang anak yang kini malah asik memperhatikan ikan-ikan yang berenang di dalam akuarium.
"Sayang, kau mau adik laki-laki atau perempuan?"
"..."
Nyonya Park terlihat canggung saat putranya mengabaikannya. "Sepertinya kami masih akan melihat-lihat."
"Begitu, mari kuantar berkeliling."
Mereka berempat kembali beranjak, menelusuri lorong panti yang melewati beberapa ruang bermain juga kelas. Tampak sekali jika kepala panti menyayangi semua anak-anak yatim piatu di sini. Dan di saat tiga orang dewasa lain sibuk berbicara satu sama lain, si remaja anak kandung dari keluarga Park itu menghentikan langkahnya ketika melihat seorang anak perempuan yang terlihat tengah bicara dengan seekor kucing sambil memangku buku bergambarnya.
Entah bagaimana, anak berambut hitam sebahu dengan potongan bob tadi mengundang si sulung Park mendekati dan berhenti dua langkah darinya. Dia tidak terkejut, meski respon kucing yang sedang bermain dengannya langsung menghindar ketakutan. Manik amber bocah perempuan itu berkedip dua kali, ia mengikuti pergerakan anak laki-laki yang jauh lebih tua darinya tadi, yang akhirnya menyamakan tinggi mereka dengan berjongkok.
Mereka hanya terdiam, sampai tiga orang dewasa tadi menyusul. Sang ibu terlihat antusias, dia bergantian mengamati interaksi putranya dan anak perempuan itu.
"Sayang, apa yang sedang kau lakukan?" Nyonya Park tersenyum ke arah si bocah perempuan yang memilih menunduk menyembunyikan wajahnya. "Cantik sekali, siapa namamu nak?"
Bocah perempuan itu mengangkat sedikit wajahnya, lalu melempar tatapan ke arah ibu kepala panti yang juga tersenyum ke arahnya sambil mengangguk. "Lisa."
Nyonya Park tampak bahagia, dia melirik lagi ke suaminya juga pada anaknya yang masih terfokus menatap wajah si kecil Lisa.
"Lisa, apa kau mau ikut dengan kami? Apa kau mau jadi bagian dari keluarga kami?"
.
.
Lalisa tersentak dalam lamunannya, ia menengok ke arah orang-orang yang sudah mengantri untuk naik bus terakhir malam ini. Cepat-cepat ia berdiri dan ikut mengantri masuk lalu mencari tempat untuk duduk menuju pulang.
Pukul setengah satu malam.
Dan Lisa beruntung tidak tertidur di halte, tertinggal bus dan pulang jalan kaki.
Gadis itu mendesah lelah, dia menyandarkan keningnya pada bahu kursi di depannya. Dalam hatinya Lalisa menghitung berapa lama lagi dia harus melalui kehidupan seperti ini, dan seperti tak berujung ia malah tertidur selagi bis melaju. Wajahnya yang tanpa polesan make up tampak pucat, dia benar-benar memerlukan istirahat setelah bekerja penuh memaksakan tenaganya.
Dalam keheningan bus itu, seseorang dari kursi belakang berjalan mendekat, mengenakan bucket hat dan boomber jaket serba hitam lalu menempatkan dirinya di sebelah Lalisa yang sudah terbang ke alam bawah sadarnya. Pria itu tersenyum kecil, ia meraih kedua bahu Lalisa perlahan, mengambil kepala gadis itu untuk di letakan pada bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
15 hari (LIZKOOK)[Complete]√
FanfictionLisa yang memiliki trauma masalalu, dihadapkan pada seseorang dari masalalu yang tidak pernah sama sekali ia pikirkan. menuntutnya untuk sebuah pertanggung jawaban yang konyol, yang membuat gadis berusia dua puluh dua tahun itu harus bertahan dalam...