Suasana sarapan yang telah 180° berubah.
Tidak ada lagi kehangatan yang tersisa, ayah yang sibuk dengan dirinya sendiri, ibu yang selalu kecewa dan tertekan, dan kakak yang hati juga pikirannya terluka.
Lisa menghela napas, ia turun sambil membawa ranselnya. Pagi ini cerah, tapi aura rumahnya sudah terasa sangat berat. Ia belum mengenakan sepatunya, hanya kaus kaki putih sampai lutut yang mengimbangi rok pendek sekolah menengah atas juga atasan seragam yang tertutupi blazer biru tua.
"Selamat pagi."
Ketiganya menoleh ke arah Lisa, mencoba membohongi gadis itu kembali dengan tampak baik-baik saja, kecuali sang kakak tentunya.
"Pagi, sayang. Bagaimana tidurmu?" Ayahnya bertanya sambil menyesap kopi yang ia buat sendiri, karena wanita yang berstatus istrinya itu tak lagi mau mengurusinya.
"Baik ayah, apa ayah sudah mendapat sertifikat yang sekolah kirimkan?"
Park Seojun, ayah angkat Lisa itu mengangguk antusias, "ayah sangat bangga, kau menjuarai lagi ajang desain tingkat SMA."
"Apa ibu juga sudah melihatnya?" Lisa beralih pada sang ibu yang terlihat gamang, binar matanya terlihat sedih.
"Putri ibu memang berbakat. Ibu yakin kau akan selalu berhasil."
Mereka memuji Lisa, tapi Lisa tidak bisa menemukan kehangatan di sana. Namun, gadis itu tetap menunjukan senyumnya, ia beralih pada sang kakak yang masih diam menekuni sarapannya tanpa minat.
Ctak.
Trang.
Hening.
Kakaknya memandang lurus, menggantung sendok yang baru saja akan ia suapi ke dalam mulutnya. Hawa mulai memanas, di saat ayahnya tampak emosi ketika melihat sang ibu tidak sengaja menyenggol lengan kemeja kerjanya dengan pisau yang telah diolesi selai cokelat.
Brak.
"Kau sengaja kan?" Ayahnya menggebrak meja, lalu berdiri menunjuk ibunya dengan emosi yang sudah tidak tertahan.
"Apa aku terlihat seperti itu,"
"Ya, kau pasti sengaja. Kau memang wanita tidak berguna, apa yang bisa kau lakukan selain menyusahkan ku saja, hah!"
"Kenapa kau marah karena hal sepele seperti ini? Kau tinggal mengganti kemejamu saja! Harus sekali ya membentakku di depan anak-anak!?"
Lisa tertunduk, ia melirik kakaknya yang ikut-ikutan membanting sendok ke atas piring. Pria yang tengah mengecap pendidikan hukum itu nampak lebih tertekan dengan kondisi keluarga mereka, yang tidak pernah membaik sejak sembilan tahun lalu.
Sejak ibu memergoki ayahnya berselingkuh.
Dan sejak ayah selalu saja kasar bahkan tak segan memukul ibu.
"Aku tidak tahan lagi hidup denganmu, wanita menjijikan!"
"Kau pikir aku tahan hidup denganmu? Kalau bukan karena anak-anak, aku sudah pergi! Kau pikir aku tidak jijik padamu yang entah sudah berapa kali meniduri jalang di luar sana!?"
Kakaknya berdecak, dia menarik tangan Lisa sampai berdiri. "Ayo Lisa, aku akan mengantarmu!"
"Tapi aku belum sarapan.."
"Akan kubelikan di perjalanan!"
"B-baiklah."
Setelah meninggalkan tempat yang tak pantas di sebut rumah itu, sang kakak menyetir agak mengebut hingga mereka sampai di Drive thru makanan cepat saji favorit Lisa. Dia memesan dua burger double meat, satu kopi pahit dan satu cup susu coklat hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
15 hari (LIZKOOK)[Complete]√
FanfictionLisa yang memiliki trauma masalalu, dihadapkan pada seseorang dari masalalu yang tidak pernah sama sekali ia pikirkan. menuntutnya untuk sebuah pertanggung jawaban yang konyol, yang membuat gadis berusia dua puluh dua tahun itu harus bertahan dalam...