Ego- 0

63K 1.9K 18
                                    

Suara hingar bingar musik disco menyemarakkan manusia-manusia yang butuh kesenangan sementara, termasuk sekelompok anak muda yang duduk melingkar dimeja yang berisi banyak botol alkohol diatasnya. Menandakan sudah berapa banyak alkohol yang mereka konsumsi bersama.

"Gue pusing banget njir," keluh Dean, salah satu dari empat pemuda itu.

"Gila, gue mau muntah!" teriak Neo memegangi tengkuk lehernya.

"Gue-nyerah" racau Bastian melambaikan tangannya pasrah.

Sedangkan seorang pemuda lagi, Zeo namanya. Sudah tampak tak mampu bersuara. Ia mabuk lebih parah dibanding ketiga temannya yang lain.

Keempat pemuda itu meracau masing-masing, seolah meluapkan semua emosi yang mereka pendam selama ini.

"Gila, ini jam berapa sih? Gue gak bisa liat." keluh Neo mengucek-ucek matanya sambil menatap jam tangannya.

"Gak tau, pusing akh" Dean yang sejak awal mengeluh pusing makin terlihat tak berdaya.

"Eh, Zeo, cewek songong itu kemana? Belum dateng?" tanya Neo yang masih setengah sadar, mengingat tujuan utama mereka datang ketempat ini. Menemui ketua Osis mereka untuk memenuhi tantangan.

Zeo melambai tanda tak tau, "Paling gak berani dateng!" racaunya. "Jam segini mah, anak mami kayak dia uda bobo manis dirumah."

Jawaban yang hampir menyerupai racauan Zeo itu membuat ketiga temannya tertawa dan membenarkan dalam anggukan kepala.

Namun belum juga tawa mereka selesai, mereka semua dibuat tersentak saat suara teriakan Zeo terdengar karena jambakan seseorang.

Adhira namanya, Cewek songong yang baru saja mereka bahas.

"Siapa bilang gue gak berani datang kesini ha!" kata nya bengis, melepas jambakan nya. Lalu menatap keempat pemuda itu menantang.

"Berani juga lo dateng? Heh"  kata Dean mengangguk-angguk kan kepalanya.

"Gak dicariin nyokap kesayangan lo itu heh ?" Ejek Neo menatap Adhira dari atas kebawah.

"Baju tidur!" Kata Neo lagi yang bahkan mampu membuat Zeo dan Bastian yang sudah teler tertawa.

"Uluh-uluh, aturnya lo bobo manis aja dirumah gi sana. Gue-"

"Gak usah banyak omong lo, balikin kartu pelajar gue dan ya Gue uda berani dateng buat nepati janji gue. Sekarang giliran kalian yang nepati janji buat angkat kaki dari sekolah gue. Najis gue liat berandal kayak kalian."

"Mulut lo itu manis banget ya, tenang aja kita-kita bakal angkat kaki kok dari sekolah lo, tapi nanti kalau uda lulus." kata Neo terbahak.

"Berandal, mana kartu pelajar gue balikin!"

"Santai dong, nih ambil," Kata Bastian setengah terpejam.

Adhira menarik kartu pelajar nya paksa, ia lalu menendang kaki meja bundar itu sebelum berlalu pergi yang menimbulkan pecahnya beberapa botol alkohol.

Keempat pemuda itu memaki. Sedangkan Adhira berjalan angkuh melewati kerumunan orang-orang itu, namun belum terlalu jauh ia melangkah lengannya ditarik tak sopam oleh salah seorang pria paruh baya. Adhira memberontak sambil memaki.

"Sial, lepasin gue gila."

"Ck, mulut kamu ini pedes juga rupanya, gak ada sopan-sopannya." kata pria paruh baya itu hampir memeluk Adhira.

Adhira mendorong Pria gila itu lalu memutar arah kembali keruangan dimana keempat pemuda yang ia sebut berandalan itu.

Adhira bisa melihat keempat pemuda itu teler dimeja mereka. Adhira menelan ludahnya ketika pria paruh baya tadi mengejaranya bersama kedua temannya yang tak mungkin Adhira lawan sendiri..

"Zeo, tolongin gue gilak" panik Adhira menarik Zeo yang tertidur.

Pemuda itu linglung saat Adhira menariknya.

"Ngapain lo" bentak pemuda itu.

Adhira menormalkan wajah ketakutannya, ia tak mau disebut lemah oleh pemuda dihadapannya. "Ada yang ketinggalan, " Katanya pura-pura mencari sesuatu. Ia lalu bersembunyi dibalik punggung tegap Zeo.

Zeo yang setengah sadar menelengkan kepalanya, ia lalu melihat pria paruh baya yang seperti mencari seseorang.

Zeo tersenyum devil, ia menutupi Adhira dengan jaketnya.

Adhira terkejut bukan main, Zeo tiba-tiba menjatuhkan jaketnya diatas kepalanya. Lalu Adhira mendengar langkah kaki seseorang menjauh.

"Udah pergi, " Kata Zeo menarik kembali jaketnya.

Adhira berdehem, "Pergi apanya?"

Zeo mendengus, "Gak usah mancing emosi lo. Apa salahnya bilang makasih."

"Dih, najis gue gak ngerasa terhutang apa pun."

Zeo bangkit dari duduknya, pemuda itu berdiri dengan sempoyongan.

"Mulut cabe lo ini kayaknya emang perlu dikasih pelajaran ya." kata Zeo yang membuat Adhira berjengit kaget karena Zeo yang tiba-tiba menciumnya.

Mata Adhira membulat, ia memberontak dan memaki semampunya. Malam itu untuk pertama kalinya Adhira tak mampu membela dirinya sendiri.

-

Thank you for reading, please vote and comment.

Atmosfera.

Ego (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang