Ego-21

19K 1.1K 11
                                    

Sama seperti hari-hari sebelumnya, Adhira tidur sendirian dikamarnya. Ia menatap kosong dinding kamarnya Ketika mengingat ketiga temannya yang sempat menelpon dan mengeluh dengan kegiatan dibulan-bulan awal kelas 3 nya.

Mereka banyak bercerita tentang semua hal, dan Adhira hanya sebagai pendengar yang memprihatinkan.
Sungguh, ia iri dengan semua hal yang dikeluhkan ketiga temannya.

Adhira melirik perutnya yang kian membesar, sekarang setelah hampir seminggu jadwal makannya diatur ketat oleh Zeo, Adhira memang dapat merasakan perbedaan pada kandungannya. Anak-anak Zeo itu mulai aktif menendang dan membuat Adhira tak betah tidur atau duduk dengan satu posisi saja.

Adhira mengelus perutnya sambil meringis ketika anak-anak Zeo itu terus menendang.

"Eh, jangan nendangin gue aja bisa gak sih? Gue gak tau bapak lo dimana, tapi mudah-mudahan mati ketabrak mobil dijalan." Kata Adhira kesal.

Memang walaupun hari sudah mulai larut, Zeo belum pulang kerumah. Ntah apa yang dilakukan pemuda itu diluar sana. Adhira pun tak terlalu tau dan tak mau tau.

"Ck, bocah sialan." maki Adhira meringis saat perutnya terasa sakit. Namun perempuan itu langsung menarik selimut dan pura-pura tertidur begitu mendengar suara langkah mendekat. Zeo sudah pulang, batinnya was-was takut di paksa makan malam atau minum susu hamil seperti biasanya.

Ceklek.

Adhira dapat mencium aroma Zeo disekitarnya, pemuda itu melangkah mendekatinya dan Adhira kian kuat memejamkan matanya.

Adhira sedikit mengintip karena tak merasakan apa-pun di sekitarnya. Zeo melamun menatap lantai, tampak nya pemuda itu memiliki banyak beban pikiran.

"Huh, Hai sayang, anak-anak papa uda tidur belum ini." Adhira dapat merasakan Zeo membuka selimutnya dan mengelus perutnya.

Perempuan itu berusaha menahan sakit nya dengan mati-matian ketika anak-anak Zeo itu dua kali lipat lebih aktif saat mendengar suara Zeo. Tampaknya calon bayi-bayi itu merindukan papanya.

"Gimana kabar kalian hm? Papa kangen baanget," Kata Zeo mencium perut Adhira sekilas dan ajaibnya kedua calon bayi itu langsung berhenti menendang.

"Apa mama baik-baik aja tadi? Dia gak nyakitin kalian kan?"

Adhira memaki dalam hati, kenapa sih Zeo sepeduli itu dengan bayi-bayi nya, lagian belum tentu juga mereka memberikan keuntungan untuk dirinya.

"Kalian jangan sering nendangin mama bareng-bareng dong, kasian mama nya, papa sering liat mama kesakitan tiap kali kalian nendang." kata Zeo mengusap perut Adhira sambil mengingat Adhira yang sering menahan sakit sambil mengusap perutnya kasar.

Hening.

Suasana terasa sangat sepi, tak ada suara sama sekali, hanya tangan Zeo yang masih betah mengusap perutnya hingga membuat Adhira sangat mengantuk, perempuan itu akui ia mulai merasa nyaman karena usapan Zeo diperutnya.

Ditengah ambang kesadarannya, Adhira merasa kehilangan ketika tangan Zeo berhenti mengusap perutnya, namun tak berselang lama Adhira dapat merasakan sesuatu bergerak diranjang sebelahnya. Dan harum khas Zeo itu kian melingkupnya ketika sebuah tangan mengusap pinggangnya dari belakang dan secara teratur usapan itu berpindah keperutnya. Perlahan Adhira pun mulai larut oleh usapan itu dan rasa mengantuk enggan memberinya toleransi.

-

Adhira mengerjap ketika ia mendengar dering ponsel yang bukan miliknya.

Perempuan itu membuka matanya dan sangat terkejut ketika menyadari posisinya yang sedang memeluk Zeo dan menyadarkan kepalanya didada pemuda itu. Mereka akan benar-benar menempel jika saja perut Adhira tak menghalanginya. Seketika Adhira merasa jijik sendiri dengan dirinya. Ia mendorong Zeo kuat dan melepaskan diri dari pelukannya sendiri. Namun hal itu tak membuat Zeo bangun. Pemuda itu malah mengganti posisi dan kembali tidur dengan nyenyak.

Ego (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang