Ego-3

20.9K 1K 4
                                    

"Kalian berempat, terutama kamu Dean, ini bukan sekali dua kalinya kalian membuat onar disekolah ini ya. Sepertinya perlu saya tegaskan sekali lagi bahwa kalian diterima disekolah ini hanya karena hubungan baik antara orang tua kalian dengan kepala sekolah. Dan kesempatan ini hanya diberikan sekali. Ingat sekali. Jika kalian masih membuat masalah lagi. Saya jamin, baik sekolah negeri dan swasta sekalipun tidak akan menerima kalian menjadi siswanya. Kalian paham itu." pak Wisnu menunjuk-nunjuk keempat pemuda yang berjejer dihadapannya.

Keempat pemuda Itu diam saja walaupun jelas sekali dari ekspresi mereka tampak ingin membantah.

Tak seperti disekolah sebelumnya yang notabenya merupakan sekolah swasta elite milik keluarga Zeo, mereka masih mau melawan guru karena merasa memiliki kekuasaan.

Tapi semenjak mereka dikeluarkan dari sekolah keluarga Zeo karena tertangkap basah berpesta miras saat ujian sekolah sedang berlangsung. Dan dipindahkan kesekolah Adhira hanya untuk menyelesaikan 4 bulan masa SMA dengan banyak syarat tegas yang harus mereka patuhi. Mereka berempat tak bersuara sama sekali.

Karena apa yang diancamkan pak Wisnu semuanya adalah kebenaran, keluarga mereka, terutama Zeo pasti akan membuang nya jauh-jauh serta menutup semua akses pendidikan dan pekerjaannya sebagai hukuman karena mempermalukan ayahnya di sekolah keluarga sendiri yang terkenal dengan aturan ketatnya.

"Kali ini masih saya maklumi, Tapi, sekali lagi saya menangkap kalian berbuat onar saya tak segan-segan melapor kepada sekolah untuk mengeluarkan kalian dari sekolah ini dan memblacklist nama kalian disemua sekolah lainnya."

"Dengar kalian!"

Keempatnya mendengus tak suka. "Jangan macam-macam kalian, jaga sikap dan sifat kalian, dua bulan lagi adalah ujian kelulusan. Tingkah kalian adalah penentu kelulusan kalian ngerti!"

Kata pak Wisnu membanting penanya kemeja sebagai gertakan.

"Ngerti nggak!"

"Ngerti pak," jawab Neo, Bastian dan Dean kompak.

"Alzeo!"

"Ngerti pak!" kata Zeo menyugarkan rambutnya kebelakang.

"Dan kamu Adhira, kenapa sampai menumpahkan meja kantin tadi."

Zeo dan ketiga temannya langsung berdecih saat nada suara pak Wisnu turun beberapa oktaf saat menegur Adhira.

Adhira berdehem, "Maaf pak, saya kebawa emosi tadi."

"Padahal dia yang mancing emosi!" desis Neo.

"Diam kamu Neo, saya tidak bicara dengan kamu!" bentak pak Wisnu.

Neo yang mendapat teguran memutar bola matanya malas.

"Adhira, saya tidak menyalahkan kamu sepenuhnya karena saya lebih tau kelakuan mereka. Tapi yang kamu lakukan tadi itu juga tak sepenuhnya benar, seharusnya kamu tidak bertindak sendiri. Mungkin kalau untuk tahap menegur kamu bisa melakukannya sendiri karena kamu adalah ketua Osis sekolah, tapi untuk bertindak sendiri kamu tidak diwenangkan apalagi saya sempat mendengar kamu berbicara kasar tadi-

"Belum tau aja dia murid kesayangan dan kecintaannya itu lebih parah dari itu." gerutu Neo yang langsung mendapat pelototan Bastian.

"Hal itu tidak pantas untuk didengar oleh warga sekolah lainnya karena kamu adalah figur semua warga sekolah. Kali ini saya maaf kan, tapi untuk kelanjutannya jika ada masalah serupa yang tidak bisa kamu atasi sebaiknya kamu konsultasi terlebih dahulu jika ada kasus serupa kepada guru piket atau saya."

"Baik pak, sekali lagi saya minta maaf." kata Adhira yang dibalas senyuman mengerti oleh pak Wisnu.

"Saya anggap masalah ini sampai disini, tapi sebagai hukuman karena kalian membuat keonaran dan bolos dijam belajar. Kalian semua, termasuk Adhira, menyapu lapangan dan membereskan ruang olahraga setelah pulang sekolah nanti."

"Hah, ini gak-"

"Baik pak, " kata Zeo memotong protes Dean.

"Ya, kalian boleh keluar sekarang!" kata pak Wisnu yang langsung dilakukan oleh keempat pemuda itu. Begitupun Adhira yang langsung keluar setelah berpamitan.

Begitu keluar ruang Bk, ketiga teman Adhira langsung menyambut Adhira.

"Dhir, seriusan ini lo? Masuk Bk? Kenapa oy?" Tanya Febi heboh.

"Gak usah lebay kali, " sambung Dean.

"Dih, apa-an sih, oh kalian berempat toh, gak kaget sih, palingan Adhira juga karena kebawa kalian kan?" tuding Febi.

"Eh, lo-"

"Cabut," kata Zeo melangkah pergi yang mau tak mau diikuti teman-temannya.

"Idih, najis banget gue. Songong banget. "Kata Febi mengernyit tak suka.

"Tapi ganteng tau, " kata Intan memotong, "Jarang ada cowok -cawok paket komplit gitu."

"Komplit brengseknya gitu?" sambung Windi.

"Tah, aneh lo, kayaknya otak lo perlu dirukiyah deh Tan. Biar bersih dan kembali suci" tambah Febi.

"Ck, bukan gitu maksud gue, gue itu memuji fisik mereka lah, gak usah munafik deh kalian pada, kalau mereka memang good looking."

"Tapi kan tetep aj-

" Gue lagi ngomongin good looking ya Feb, gak usah nyelah deh. Lagian jaman sekarang mah good looking lebih utama dibanding good attidute." sangkal Intan. "Ya kan? Kalau cuma good attidute yang jadi poin utama gue yakin lo gak bakal nolak Aldi ratusan kali. Secara dia anak olimpide, anak kesayangan guru lagi. Yang Uda pasti attitude nya good kan?"

Febi tak mampu menyela, karena pada dasarnya itu memang kenyataannya.

"Jadi itu lo jadiin landasan buat mengkhianati Panji dan Adhira maybe?" kata Windi lagi.

Intan berdecak, "Ya nggak lah, gue tau kali mana temen mana lawan. Lagian kan apa salahnya sesekali oleng oleh pesona mereka. Omong-omong jiwa kewibuan gue langsung naik beberapa tingkat waktu liat Zeo tadi, ya ampun Zeo-kun!" kata Intan tertawa. Gadis penggila Anime jepang tampak sangat senang sendiri.

"Tapi kalau gue pikir-pikir emang iya kan Ntan, mereka ganteng uda pasti, tajir tak perlu dipermasalahkan, tinggi iya, yang kulit putih ada, yang eksotis juga ada. Yang kejepangan Zeo, yang kebaratan Bastian, yang keeropaan rasa indonesia Dean, yang eksotis asli bali Neo. Kok gue pikir-pikir lagi gue Oleng juga ini lama-lama. Apalagi ke Zeo." Kata Febi sambil terkekeh, mulai terbawa suasana.

Windi berdecak, ia lalu melirik kearah Adhira yang sejak keluar dari ruang Bk diam saja.

"Dhir lo gak papakan?" tanya Windi yang membuat Intan dan Febi terdiam seketika.

"Eh, Dhir lo kenapa?" tanya Intan ketika melihat raut Adhira yang tak enak dipandang.

"Sekali lagi, sekali lagi gue denger kalian bahas keempat bajingan itu didepan gue, Gue gak segen buat matahin tulung pipi lo itu ngerti lo." kata Adhira lalu berlalu pergi tanpa memperdulikan teriakan protes dan kebingungan ketiga temannya.

"Dhir, Dhira!"




-

Thank you for reading, please vote and comment.

Atmosfera.

Repost 02 April 2023

Ego (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang