Pagi-pagi sekali Adhira bangun dari tidurnya, semalam mereka menangis sampai tertidur.
Adhira memegangi kepalanya yang pusing, ia mulai merasakan mual namun masih bisa ia tahan.
Duduk termenung sebentar, Adhira mulai mengingat semua kejadian yang tadi malam terjadi. Mengusap wajahnya kasar saat tiba-tiba setetes air mata jatuh dari matanya.
Adhira bangun dari ranjangnya ia mencari sisa testpack semalam, ia harus memastikannya sekali lagi. Mungkin saja semalam adalah kesalahan.
Adhira mulai merasakan mual yang hebat ketika ia melihat 3 bungkus bakso semalam yang belum sempat mereka makan.
Setelah memuntahkan lendir-lendir putih itu, Adhira segera mengeceknya kembali.
Ia tertawa frustasi saat melihat lagi-lagi dua garis biru yang muncul.
Adhira masih terkekeh sambil memukul-mukul perutnya sebelum kekehannya berubah menjadi tangis tertahan.
Ia hamil
Benar-benar hamil.
Seolah kenyataan itu belum cukup menghantam psikologisnya, rasa pusing dan mual yang lagi-lagi menderanya semakin membuatmya frustasi.
Adhira membenci keadaan ini. Ia muntah-muntah sambil menangis. Ia benar-benar membenci keadaannya dan juga kehamilannya.
Setelah puas menangis sambil disertai muntah, Adhira merasakan kering dikerongkongannya. Dengan sempoyongan, Adhira berjalan keluar dari kamarnya untuk menuju dapur rumah yang sepi.Orang tuanya belum pulang ternyata.
Adhira masih sesenggukan ketika akan membuka kulkas, namun gerakannya itu terhenti ketika tak sengaja ia menemukan selembar note dipintu kulkas.
Mama, ayah sama adek kerumah nenek dulu ya kak, tadi mama mau pamit, tapi kakak pulas banget tidurnya. Jadi, mama nelpon temen-temen kakak buat nemenin kakak malam ini. Cepet sembuh ya sayang. I love you. Oia jangan lupa makan.
Adhira yang emosinya sedang tidak setabil pun kembali sesenggukan.
Ia memikirkan apa respon ayahnya nanti.
Betapa kecewa mamanya padanya.
Bagaimana sekolahnya
Bagaimna pandangan orang-orang tentangnya.
Bagaimana dengan panji
Bagaimana kehidupannya kelak
Bagaimana pendidikannya.
Bagaimana teman-temannya.
Apa ia akan ditinggal sendiri
Apa semua orang akan menghakiminya
Apa
"Akhhhhhh!" Adhira berteriak saat kepalanya kian sakit.
"Mama hiks," tangisnya. Setelah beberapa kali terisak.
Adhira langsung bangkit seperti orang kesurupan, ia menuju tempat peralatan dapur.
Tangan Adhira bergetar ketika ia memegang benda tajam itu ditangannya.
Adhira harus menyelesaikan masalahnya sebelum orang lain tau.
Adhira tak mau ayahnya marah
Adhira tak mau mamanya kecewa.
Adhira tak ingin dijauhi
Adhira tak ingin ditinggalkan.
Adhira tak mau menanggung malu karena anak zeo
KAMU SEDANG MEMBACA
Ego (selesai)
ChickLitRasanya Adhira ingin melakukan percobaan bunuh diri untuk kesekian kali nya lagi begitu ia sadar ia masih terbangun dirumah sakit. Adhira enggan mengakuinya. Ia lebih baik mati daripada mengakui semuanya didepan keluarganya. Mengakui siapa sebenarny...