"Kamu mau makan ini kak?" tawar Mira menunjuk nastar buatannya.
Adhira menggeleng pelan, "Gak mau ma," katanya tak enak hati. Ini adalah tawaran mamanya yang kesekian kalinya dan Adhira selalu menolaknya.
Mira menghela napas, mood makan Adhira kembali seperti dulu lagi. Perempuan itu tak berselera makan dan hanya meminum susu hamil saja sebagai asupan energinya.
"Kamu makan sesuatu dong kak, Biar gak lemes gitu. Bubur ayam mau mumpung masih pagi ini."
Adhira langsung menggeleng kuat, "Nggak! Em maksud kakak gak mau ma, Kakak mual." kata Adhira memberi alasan, sungguh bubur ayam mengingatkannya tentang kebejatan Zeo.
Mira mengangguk, sambil menyusun nastar buatannya kedalam toples Mira sesekali melirik Adhira yang tampak ragu untuk mengelus perutnya sendiri.
"Mereka nendang?" tanyanya.
Adhira tergagap, "Hah, nggak kok mah."
"Sakit?"
Adhira diam saja.
"Hm, kenapa sini cerita sama mamah kok seminggu dirumah mamah kakak sering bengong, gak mau makan, kurusan lagi, apa kata Zeo nanti waktu tau kamu kurusan lagi. Gak betah hm?" tanya Mira mengelus rambut putrinya sayang.
Adhira memeluk mamanya, " Mama kok ngomong gitu? Ini kan masih rumah kakak juga."
"Terus kenapa dong?" tanya Mira lembut.
"Perut kakak gak enak mah, bayinya nendang terus, kakak gak bisa tidur." Adu nya manja.
Memang semenjak Adhira dirumahnya tanpa Zeo. Bayi-bayi Zeo itu sering berulah minta diusap-usap. Sedangkan Adhira sudah pasti enggan melakukannya. Ia tak mau menurunkan harga dirinya untuk mengurus anak-anak Zeo walaupun sebagai balasan nya ia tak bisa tidur atau makan dengan tenang.
Prinsipnya adalah enggan mengalah dengan apapun yang berurusan dengan Zeo.
"Oya? Wah cucu-cucu nenek nakal ya. Kangen papa ya sayang?" kata Mira mengelus perut Adhira.
Adhira memberengut, "Mama ih, gak usah bahas-bahas Zeo."
Mira tertawa, "Kenapa emangnya? Kamu takut kangen? Zeo gak ada nelpon kamu apa?"
"Dih, Dia mati juga kakak gak peduli mah."
"Eh, kakak ngomongnya. Nggak boleh begitu loh kak, lagian mama liat-liat Zeo baik juga ya kak."
"Tuh kan mama ih, udah lah aku mau ikut Devan joging aja." kata Adhira marah, perempuan itu menghentakkan kakinya untuk menyalurkan rasa marahnya.
"Eh, kak, Adhira makan dulu" teriak Mira tak didengar Adhira.
Adhira berjalan pelan disekitar depan rumahnya, perempuan itu sesekali memegang pinggangnya yang terasa agak pegal.
"Loh Adhira udah pulang," kata buk Astuti, tetangganya yang ntah datang dari mana, namun jika dilihat dari apa yang dibawa mungkin baru pulang belanja.
"I-iya Tan," kata Adhira malu. Dulu buk Astuti ini sering menjodoh-jodohkannya dengan anaknya yang dua tahun lebih tua dari Adhira.
"Kapan pulang kok gak pernah ketemu?"
"Uda seminggu Tan, "
"Oh, sama suami mu?"
Adhira menggeleng,
"Loh kenapa gak ikut? Berantem?"
Adhira menyengir tak enak hati, perasaannya semakin tak enak ketika melihat tetangga depan rumahnya keluar yang diikuti Devi, teman seperguruan karatenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ego (selesai)
ChickLitRasanya Adhira ingin melakukan percobaan bunuh diri untuk kesekian kali nya lagi begitu ia sadar ia masih terbangun dirumah sakit. Adhira enggan mengakuinya. Ia lebih baik mati daripada mengakui semuanya didepan keluarganya. Mengakui siapa sebenarny...