Ego-13

20.1K 1.1K 32
                                    

Zeo masih sibuk berbalas chat dengan ketiga teman laknatnya ketika tiba-tiba Adhira datang merebut dan membanting ponselnya.

"Apa-an sih lo Dhir!" bentak Zeo melihat ponselnya yang retak.

"Lo yang apa-an, maksud lo apa coba!" teriak Adhira.

Zeo menggeleng. Ia berusaha menahan emosi yang sudah diubun-ubun. Ia tak mau kelepasan emosi dan melayangkan tangan yang sudah mengepal kuat ini.

Mengusap wajahnya kasar, Zeo menunduk untuk mengambil ponselnya, namun dengan sigap Adhira menendang ponsel itu.

"Adhira!" bentak Zeo kelepasan. Adhira benar-benar kelewatan. Zeo tak tau apa masalahnya yang membuat perempuan itu mengamuk dan memancing emosinya.

"Apa!"

"Bisa gak sih lo pakai otak lo itu, punya mulut kan lo, coba sesekali mulut lo itu dipake buat ngomong secara baik-baik, lo ngomong sama gue apa masalahnya jangan- " Zeo mengatur napasnya. " Bangsat lo." maki Zeo.

Adhira mendorong dada Zeo, "Lo yang bangsat, lo yang gak punya mulut bukan gue bajingan. "

Zeo membiarkan Adhira mendorong dan memukuli dadanya.

"Maksud lo apa mau pindah rumah hah, lo mau bawa gue pergi? Lo buat mama sama ayah gue ngusir gue. Lo mau apa sih Zeo!" amuk Adhira.

Zeo menatap Adhira, ah, sekarang ia tau apa alasan perempuan itu mengamuk. Ini sudah dua hari berlalu setelah ia meminta izin kepada dua mertuanya. Tapi Zeo memang belum membicarakannya dengan Adhira. Mungkin perempuan itu tau dari kedua orang tuanya.

"Setelah lo hancurin gue, lo juga mau ngusain hidup gue sialan! Gue gak mau ikut lo, lo tau itu." kata Adhira menggebu. Emosinya terus meningkat saat kedua orang tuanya menanyakan niatan pindah nya yang katanya sudah didiskusikan dengan Zeo.

"Lo harus ikut gue!"

"Gue gak mau, lo gak berhak atur hidup gue. Kalau lo mau pergi, pergi aja gue juga gak butuh cowok brengsek kayak lo disini."

"Lo istri gue." tekan zeo.

"Oya? Gue gak ngerasa tuh, "

"Adhira!"

"Apa!"

"Lo ikut gue pindah!"

"Gue gak mau bajingan. Gue gak sudi hidup sama lo."

Zeo mengangguk, "Gue gak nanyak atau nawarin, gue cuma ngasih tau, sekarang beresin barang-barang lo, setelah gue kelulusan besok, kita langsung pindah."

"Gue gak mau, ini rumah gue!"

"Lo itu istri gue bangsat! Lo harus ikut gue. Jangan buat hidup gue makin ribet bisa! Kepala gue uda pusing mikirin banyak hal lo tau itu!" ujar zeo menunjuk Adhira.

"Gue bukan istri lo brengsek, kita cuma keiket sama anak ini kan? Ok, dari pada gue ikut lo pindah mending gue gugurin aja ini anak. Dia cuma nyusahin gue aja. Lagian gue juga gak sudi berbagi darah brengsek lo itu ke anak sia- Akh Zeo!" Adhira menjerit kesakitan saat Zeo mencengkram pipinya.

"Lo berani nyakitin anak gue, Mati lo ditangan gue. Ngerti lo-" ujar Zeo yang sekarang sudah kemode dingin dan iblisnya.

"Ngerti gak lo Adhira!"

"S-sakit Zeo!"

Zeo mendorong Adhira pelan, pemuda itu mengusap wajahnya, mengambil ponselnya yang pecah dan keluar dari kamar. Meninggalkan Adhira yang terisak-isak memukuli perutnya. Ia benci anak ini sedalam-dalamnya.

-

"Lo mau ikut gue?" tanya Zeo keesokan paginya. Hari ini ia akan menerima pengumuman kelulusan serta perpisahan sekolah. Dan ini juga hari terakhir ia berjumpa dengan teman-temannya. Ketiga temannya itu akan melanjutkan hidup seperti yng sudah diatur orang tua mereka masing-masing.

Ego (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang