Bab 15

11.9K 1K 3
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Karena bagaimanapun, persahabatan akan tetap terjalin, disaat kedua insan bisa saling percaya satu sama lain."

∆∆∆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

∆∆∆

"Fiya!" Aku terkejut dikala suara Atiqa terdengar, ia menaikkan alisnya sembari menatapku.

"Ada apa? Kenapa melamun?"

Aku menggeleng seraya kembali meminum aqua botol ditanganku.

Atiqa mencebik sembari menatapku sengit. "Ada sesuatu yang kamu sembunyikan, iya kan Fi?"

Aku menggeleng lagi mendengar pertanyaan dari Atiqa, tapi pikiranku melalang buana pada kejadian saat di kantin tadi.

Dan aku beruntung, karena waktu Dokter Zidan mengatakan hal itu, Atiqa tidak mengetahui sama sekali. Itu saja sudah membuatku lega seketika.

"Baiklah kalau kamu tidak ingin menceritakan sekarang, aku fine-fine aja," katanya terdengar santai.

Aku terkekeh menatap wajah Atiqa. "Gak ada apa-apa Atiqa ku sayang," balasku seraya mencubit pipinya.

Atiqa menatapku garang, "Hish, jangan cubit-cubit di pipi!"

Aku mengerutkan kening menatapnya. "Kenapa emang?"

"Kotor."

Aku menganga mendengar jawabannya. Kotor? Yang benar saja, bahkan aku habis mandi dan memakai lotion setelahnya.

Dia bilang kotor?

"Ihhh! Kamu gak tau, kalo aku udah mandi! Kamu tuh yang kotor, jam segini baru pulang," sindirku padanya.

Namun, Atiqa malah tersenyum-senyum sendiri. Aku yang heranpun bertanya padanya.

"Kenapa kamu senyum-senyum gitu? Masih waras kan?"

Lemparan bantal mendarat sempurna di wajahku. Sontak aku pun terkekeh menatap Atiqa.

"Canda Ti," gurauku padanya.

Atiqa terlihat menahan senyumnya, dan aku bisa melihat semburat merah muda berada di pipinya. "Kamu kenapa sih?!"

Perempuan itu menatapku setelah menyudahi acara melamunnya. "Kamu tau gak Fi?"

Assalamu'alaikum Kekasih Impianku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang