Bab 17

10.9K 1K 1
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Melihatnya bahagia dalam mengarungi bahtera rumah tangga saja, bisa membuatku lega seketika. Walau rasa ini masih aku simpan rapi, didalam hati."

∆∆∆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

∆∆∆

Tidak ada yang tau, bahwa takdir membawaku sampai kedalam tahap ini. Tahap, dimana semua usaha, dan kerja kerasku selama ini, akan ditentukan dalam satu hari.

Lelah mungkin pernah menyapa raga, bahkan sempat terpuruk dalam keadaan tersiksa.

Namun, setelah semua terlewati, hingga aku bisa menuai keberhasilan kini.

Kata orang, sulit sekali untuk menjadi seorang perawat, dibutuhkan mental, serta fisik yang kuat. Akan tetapi, setiap usaha yang kita yakini akan berhasil untuk kita lewati, maka Allah akan senantiasa mendampingi.

"FIYA!" Aku tersentak mendengar suara teriakan Atiqa yang keluar dari ruang Ujian Akhir Program (UAP).

Ujian Akhir Program, dilaksanakan untuk persiapan Ujian Kompetensi Profesional Tenaga Kesehatan tingkat Nasional program D3 Ilmu Keperawatan. 

Setelah dinyatakan lulus dalam ujian tersebut, nanti akan berlanjut untuk penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI), dan akan diujikan pada ujian sidang.

Aku hampir saja terjungkal kebelakang, saat Atiqa memelukku erat.

"Gimana Ti?" tanyaku pada Atiqa yang telah melepas pelukan, dan menatapku dalam diam.

Tanganku bergerak menyentuh pundaknya, dan kepala itu, ia dongakkan, sehingga netranya menatapku dalam.

"Alhamdulillah," lirihnya. Bibirku melengkung membentuk senyuman.

"Lulus kan?" tanyaku sekali lagi pada Atiqa.

Anggukan berkali-kali dari kepalanya, membuatku seketika lega. Lalu, beberapa menit kemudian, aku berdiri, dan menatap pintu di depan.

"Bismillah Fi, ayo! Kamu pasti bisa!" kata Atiqa, memberiku semangat.

Aku mengangguk, lantas berjalan menuju ruang ujian itu berada. Setelah menutup pintu, dan masuk kedalam ruangan.

Netraku bisa menatap dosen penguji, dan dosen pembimbing disana. Detakan jantungku berdegup, seiring tungkai kakiku berjalan.

Setelah sampai, aku tersenyum kepada beliau. Lantas memulai praktik ujian.

°•°

Seusai ujian dilaksanakan tadi, aku hampir saja menangis setelah keluar dari ruang ujian. Bahkan Atiqa saja hampir panik melihatku.

Sebenarnya, aku bukan menangis karena sedih. Akan tetapi, aku menangis karena bahagia. Setelah sekian lama usahaku, akhirnya aku bisa lulus dalam praktik ujian.

Assalamu'alaikum Kekasih Impianku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang