Bab 18

10.7K 1K 6
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Tidak perlu diulangi lagi perihal perasaan yang kandas di masa lalu, cukup buka lembaran baru, dengan orang yang tepat untukmu."

∆∆∆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

∆∆∆

Dunia memang terkadang lucu, disaat aku tak mengharapkan seseorang itu untuk ku genggam. Namun, malah dijauhkan. Akan tetapi, saat aku mulai berharap padanya, malah kekecewaan yang aku terima.

Terdengar menyakitkan memang, tapi aku percaya. Bahwa Allah, akan senantiasa bersama dengan orang-orang yang bersabar.

"Adek, kenapa diem terus dari tadi?" Aku menoleh menatap Kak Naura yang berada disampingku.

Hari ini, kami berdua sedang berada di pusat perbelanjaan, atau bisa dibilang, mall.

Awalnya, aku menolak saat diajak Kak Naura, tapi Kak Naura, malah memaksa. Dan akhirnya, aku pun berjalan berdua dengannya.

"Tidak apa-apa Kak, aku hanya gak mood aja," kataku jujur.

Ya, sebab karena datang bulan. Perasaanku terombang-ambing akhir-akhir ini. Apalagi, setelah bertemu dengan Kak Izzan kemarin.

Huh, kenapa malah membahas dia lagi?!

"Pasti karena Kakak yang maksa kamu ke mall? Iya kan?"

Aku menggeleng dengan kekehan. "Enggak ihh, orang aku emang gak mood aja kok Kak."

Kak Naura nampak tak percaya, alhasil aku-nya yang ditarik menuju kursi disebelah sana.

Kak Naura meletakkan barang belanjaan nya terlebih dahulu, lantas tangannya menggenggam tanganku. Sorot netranya, mematriku dalam.

"Maaf, Kakak gak bilang sama kamu, kalau Izzan itu, Bos Kakak di tempat kerja," ujar Kak Naura sembari menatapku.

Gurat wajahnya, menyiratkan rasa bersalah disana. Aku yang tak tega pun, akhirnya tersenyum, sembari membalas genggaman tangan Kak Naura.

"Tidak apa-apa Kak, aku juga sudah tau kok," balasku padanya.

Kak Naura menyipit menatapku. "Tau darimana?"

"Abi," kataku menatap Kak Naura yang memasam wajahnya.

"Dasar Abi," gumam Kak Naura yang masih aku dengar.

"Gak boleh gitu sama Abi Kak, dosa."

Kak Naura terkekeh pelan, lalu ia berdiri, dan menarik tanganku. Tak lupa, membawa barang belanjaan kami berdua.

°•°

Setelah dua jam, kami berdua membeli berbagai macam gamis, serta pashima, juga aksesoris lainnya. Aku dan Kak Naura pulang menuju ke rumah.

Assalamu'alaikum Kekasih Impianku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang