Bab 16

11.1K 1K 9
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Tidak selamanya lelaki menjadi tersangka dibaliknya luka. Perempuan juga terkadang bisa saja menciptakan rasa sakit yang tak terduga."

∆∆∆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

∆∆∆

Tungkai kakiku bergerak semakin cepat saat sampai di depan loby. Netraku memandang setiap orang disana. Namun, terlihat sepi. Hanya beberapa orang saja yang berjaga malam.

Astaghfirullah, dimana Atiqa berada saat ini?

"Dimana kamu Ti ..." gumamku lirih.

Aku langsung teringat, mungkin Atiqa ada di Nursing Station. Baiklah, aku akan coba ke ruangan tersebut.

Namun, saat tungkai kakiku bergerak melangkah lagi. Suara berat seseorang membuatku berhenti.

"Jangan ganggu saya lagi Dokter Zidan!" seruku padanya.

Akan tetapi, Dokter Zidan seakan menunjukkan raut khawatirnya padaku.

"Chafiya, tolong ... saya tidak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Kita harus selamatkan Atiqa sekarang. Dia sedang dibawa oleh Kakak sa—"

"Kakak?"

Dokter Zidan mengangguk. "Ayo ikuti saya, dan percayalah. Setelah kita selamatkan Atiqa, saya akan menjelaskan semua padamu," ujarnya sembari melangkah menuju koridor ke rooftop.

Aku pun tak punya pilihan lain. Segera, tungkai kakiku mengikuti kemana Dokter Zidan pergi.

Saat didalam perjalanan, ponselku berbunyi. Aku dan Dokter Zidan berhenti sejenak. Tanganku dengan gerakan cepat mengangkat panggilan telepon dari Atiqa.

"Fi ... Hiks ... Tolong ... Tolong aku Fi ... Aaaa ti—" Suara Atiqa terpotong begitu saja. Aku pun langsung panik seketika. 

Dokter Zidan yang mendengar suara barang jatuh dari rooftop pun langsung berlari. Dan aku segera mengikutinya.

Tanganku terkepal menahan rasa sesak dalam dada. Kalau terjadi sesuatu dengan Atiqa, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri.

Setelah sampai didepan pintu rooftop, segera Dokter Zidan mendobrak pintu tersebut.

Tubuhku seketika membeku saat melihat keadaan Atiqa. 

"ATIQA!" Aku dan Dokter Zidan berteriak, saat melihat tubuh Atiqa dengan darah yang mengalir disekitar area tubuhnya.

Air bening itu menetes dengan lancangnya, melewati pipiku. Bahkan, aku pun langsung berlari kencang ke arah Atiqa. Akan tetapi, tubuhku langsung terhuyung kebelakang.

Assalamu'alaikum Kekasih Impianku [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang