15. Lost Soul

46 3 0
                                    

Istana kokoh di hadapannya kini menjadi objek yang menjadi pusat bagi Titya, dirinya gugup sekarang, setelah bedebat dengan Leighton akhirnya dia di perbolehkan pergi asalkan bersamanya.

Sedangkan Tryaxe kini sudah tertidur bersamaan dengan Reenzy dan Lyqora, yah Titya tahu kejadian itu semua, hukum dunia immortal tak pernah membiarkan penerus dunia immortal merasakan kebahagiaan tanpa penderitaan.

“jangan takut, ada aku, lagipula aku sudah memberi tahukan kepada Lady Aracel dan Lord Kenzie” Titya tersenyum dan mengangguk, tangan mungilnya kini sudah berada di dalam genggaman tangan Leighton.

Seketika sekelebat bayangan hitam datang, Titya dan Leighton seketika waspada, tapi setelah bayangan itu berubah menjadi Xanveer mereka merasa lega.

“bibi, paman ayo masuk”  Xanveer menuntun keduanya berjalan ke arah singgasana Raja Darvice, melewati lorong kerajaan kegelapan Titya hanya dapat mencium bau anyir kuat dari setiap sudut, nuansa yang gelap meliputi hampir seluruh ruangan kerajaan ini.

Titya bergidik, ini pertama kalinya ia bertemu dengan Mate dari saudarinya, entah Raja itu jahat atau baik, Titya belum bisa memastikannya.

“biar aku saja yang masuk, aku akan berbicara empat mata dengannya” ucap Titya ketika mereka sudah sapai di depan pintu singgasana Leighton langsung mendelik ke arah Titya sedangkan Xanveer memandang bibinya heran.

“aku tak mengizinkan” ucap Leighton tegas, toh ia tak ingin jika Matenya terluka, Titya menggeleng ia memegang lembut tangan Leighton.

“jangan khawatir, aku akan baik baik saja, pasti” Titya berusaha meyakinkan Mate nya ini, Leghton mendengus, ia tak suka jika Titya memohon seperti ini karena pasti dia yang akan kalah, akhirnya Leighton mengangguk.

“biarkan Xanveer ikut, kalau tidak ya tidak usah” ucap Akhir Leghton, Titya mengangguk.

***

“sudah lama sekali sejak kejadian itu, Ratu ku menginggal karena kedua orang itu” tersirat nada kebencian di ucapan Raja Darvice, Titya mendongak, ini adalah kalimat pertama yang di keluarkan oleh Raja Darvice.

“Raja, saudari ku tak akan suka jika kau berbuat seperti ini, tolong hentikan, lagipula apa kau ingin jika anakmu kehilangan Mate seperti dirimu?” ucap Titya, Raja Darvice terdiam sejenak sebelum akhirnya dia mendelik tajam ke arah Titya.

“walaupun Mate ku tak akan suka, walaupun kau saudari Mate ku, aku tak akan berhenti, setidaknya sampai Kenzie juga kehilangan Matenya” ucap Raja Darvice sambil menatap Titya tajam.

“AYAH....” Xanveer berteriak, ia tak suka dengan jalan pikiran ayahnya, ia mendekat hingga berada di hadapan ayahnya yang kini juga tengah menatapnya tajam, ruang singgasana ini sepi karena Raja Darvice menyuruh untuk meninggalkan mereka bertiga di dalam ruangan itu.

“ku mohon ayah, bunda tak akan suka, bunda sangat menyayangi Lady Aracel, jika kau berbuat seperti itu, maka bunda akan marah” ucap Xanveer, baru kali ini Titya melihat sisi lemah Xanveer, sepertinya anak itu sudah tak berdaya dengan sifat ayahnya yang satu ini.

“Lady Aracel pernah menyelamatkan ku dan saudariku dari serangan monster kera di hutan terlarang waktu kami tersesat dulu, apa ku tega Raja Darvice” ucap Titya sekali membentak, Raja Darvice mendelik, dengan sekejap kilat kini tangannya bertengger indah di leher Titya, Raja darvice mencekik Titya.

“aku sudah bilang, kini hatiku telah mati sejak kepergian Mateku, kau tahu Mateku saja tak menerimaku” ucap Raja Darvice, nafas Titya tersenggal senggal, Xanveer memandang tak percaya ke pemandangan di hadapannya, dirinya ingin membantu, tapi ketika melihat tangan Titya yang melarangnya, ia berhenti diam sambil kesal.

“jika Lilya yang berbicara padamu, apakah kau akan menurutinya?” ucap Titya lemah, Raja Darvice hanya diam, tiba tiba cahaya berpendar datang dari langit langit kerajaan Kegelapan, cahaya itu masuk ke dalam tubuh Titya yang hampir tak sadarkan diri.

Raja Darvice dengan refleks melepaskan cekikannya dari leher Titya, Titya jatuh pingsan, Xanveer memandang Titya sedih, ia tak meyangka apa yang telah terjadi pada bibinya ini.

Xanveer mendekat dan mulai mencekik Raja Darvice dalam senyap, ia kalut sekarang, sesudah bundanya yang meninggal kini malah bibinya yang meninggalkannya.

“nak berhenti lah” ucap Titya atau Lilya yang kini tengah bersemayam di dalam tubuh Titya, Xanveer menoleh dan melepaskan cekikannya.

“jangan membunuh ayahmu nak, bunda tak akan suka itu” Lilya memandang Xanveer sayu, ia mendekat dan mengelus pean wajah tampan anaknya itu, Xanveer masih tercengang tapi satu persatu air matanya itu jatuh.

Raja Darvice memandang Titya lamat, dirinya tak berucap sama sekali.

“kau sudah tumbuh besar nak, bunda bangga padamu” ucap Lilya tulus, dengan cepat Xanveer memeluk tubuh mungil Titya yang kini tengah di ambil alih oleh Lilya.

“bunda aku sangat merindukan mu” ucap Xanveer, Lilya tersenyum, mengelus punggung Xanveer yang lebar itu, membiarkan anaknya itu menangis karena rindu padanya.

“apakah kau percaya ini aku Morix?” Raja Darvice tercengang hebat, Xanveer kini melepaskan pelukannya, ia menatap ayahnya was was.

“Morix sudah cukup apa yang telah kau lakukan selama ini”
.
.
.
.
.
Hai hai hai, aku balik lagi nih, ada yang kangen??? Ah abaikan lah

Seperti biasa aku bakalan terus ucapin terima kasih buat kalian yang udah mau luangin waktu untuk baca cerita kecil aku.

Aku seneng ketika notif tentang cerita ini meningkat, semoga kedepannya makin banyak lagi yang suka cerita aku

Jangan lupa yah, bagikan ke teman kalian jika menurut kalian cerita ini bagus dan jangan lupa tombol bintangnya.

Ok lah segitu aja, ILY💙

See you in nexth chapter
And abaikan typonya

Bay bay

Salam Hangat
Diah Alfia Zahra🌹

LYXARE (Sequel The Princess) [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang