04. Sosok yang Dirindukan

258 104 124
                                    

Haii kesayangankuhhh 😍😍
Ketemu lagi di chapter ini 💜💜
Tengkiuuu yaa udh mampir kesini dan mau baca tulisan sederhanaku ini 💜💜

Fyi, harusnya minggu ini aku double update untuk cerita STIGMA ini. Tapi aku pengen bikin challange nih..
Aku bakal up 1 chapter lagi kalo chapter yang ini nyampe 100 comment. Bisa ngga yaa?? Yukk bisa yukkk.. Comment sebanyak-banyaknyaa yaa 😍😍

Jangan lupa comment dan vote ya sayang-sayangku ♡♡

Happy reading 🌻🌻

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Kulihat di layar smartphoneku, tertera tanggal 28 Februari. hari ini hari ke-6 setelah anniversary ku dengan kekasihku. Terhitung sudah 371 hari, 8.901 jam, 534.240 menit, 32.054.400 detik aku menjadi kekasih dari seorang anak CEO ternama dikota ini. Sudah sebanyak itu waktu yang ku habiskan bersama laki-laki itu.

Di sudut bibirku tercipta lengkungan indah yang menciptakan sebuah senyuman tipis. senyuman yang ku berikan untuk diriku. By the way itu adalah apresiasi yang ku berikan pada dirku pribadi. Love yourself! Aku selalu mengatakan itu kepada diriku sendiri.

Aku mendengar kalimat itu sejak lama. Banyak orang yang mengatakannya untukku, tapi aku tak mengerti apa maksud dari kalimat itu.

Tapi aku mulai memahami arti kata itu, setelah aku mengenal segerombolan laki-laki berbakat dan tampan yang selalu menyuarakan LOVE YOURSELF dimanapun mereka berada. Segerombolan idol pria yg sangat ku kagumi sekitar 3 tahun terakhir ini ♡

Mungkin kalian akan bertanya tanya, apa hubungannya aku menceritakan seseorang yang ku kagumi dengan kondisi ku saat ini? Tentu saja aku harus menceritakannya! Mencintai diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Aku tau maknanya, tapi tak mampu menerapkannya dalam hidupku. Aku selalu bilang pada diriku sendiri, "berhentilah menyakiti diri sendiri. Keluarlah dari zona hitam ini. Berlarilah dan kejar kebahagiaan yang sesungguhnya." Tapi bagiku itu hanyalah kalimat yang bibirku ucapkan. Bukan hatiku yang berbicara.

Aku lelah! Rasanya sangat hampa seperti ingin menyerah dari jalanan berduri ini. Kakiku tak sanggup berjalan lagi. Bahkan air mataku sudah mengering hanya untuk menangis. Aku begitu sakit tapi aku tak ingin semua orang tahu kegundahan hatiku. "Tak perlu khawatir Naomi, cukup kenakan topengmu dan tersenyum maka semuanya akan baik-baik saja."Lagi-lagi jalan itu yang ku ambil. Jalan berduri yang melukai kakiku.

Di ujung bumi, terlihat senja tengah bersinar indah menerangi semesta.
Euphoria cafe, sebuah cafe yang didirikan oleh salah satu member idol kesukaanku. Disini aku mendudukkan raga letihku. Dengan konsep cafe yang klasik elegan, ditemani sang surya yang kian meredup, membuatku sangat betah berada di dalam sini.

Aroma hujan dan pepohonan di pilih oleh sang owner untuk menjadi ciri khas dari cafe ini. Dihiasi warna coklat dan sedikit sentuhan hijau, serta properti pohon dan tanaman membuat bangunan ini terlihat sangat indah. Aku menyukainya, sangat menyukainya.

Ku pilih bangku paling ujung yang berhadapan dengan jalanan. Dengan dinding kaca yang luas, aku bisa melihat puluhan bahkan ratusan orang berlalu-lalang diluar sana.

Ku nikmati sore hari ku dengan segelas cappuccino di tangan dan meyeruputnya dengan pelan. Sekitar 1 jam aku duduk di sofa empuk berwarna coklat ini, sosok yang ku tunggu sedari tadi tak kunjung tiba. Kemana ia pergi? Entahlah. Telephone dan chat terakhirku tidak ada yang di respon olehnya.
Ku sandarkan tubuh ku pada sofa dan ku pejamkan mataku untuk mengurangi rasa lelah ku. Ku hirup Udara dengan rakus, dan menghembuskannya dengan kasar.

STIGMA [Tahap Revisi] || END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang