Dari pandangan yang kabur, ia dapat melihat keramaian kota dari atas sini. Melihat banyak orang berlalu lalang melakukan aktivitasnya. Ia menarik nafasnya dengan kasar dan membuangnya kembali. Hatinya hancur tak berbentuk. Ia bahkan lupa bagaimana caranya tersenyum semenjak 7 hari belakangan ini.
Wajahnya muram, matanya sembab, dan rambutnya berantakan. Penampilannya sangat menggambarkan suasana hatinya. Badannya yang lemah dan lesu membuatnya tak ada niat untuk melangkahkan kaki menuju dapur ataupun ruang tengah. Kamar, adalah tempat ternyaman baginya.
Di punggung tangan kanannya, terdapat kapas dan plester yang menjadi tanda jika ia habis di infus. Sepertinya infus menjadi makanan sehari-harinya. Jika tak ada cairan bening itu, entah apa yang terjadi pada raga satu ini!
Wanita ini, lemah tak berdaya. Sepertinya tak ada harapan hidup untuk jiwanya yang meronta ronta meminta kebahagiaan. Hidupnya gelap, bahkan malam tanpa pelita dan cahaya bulan. Seperti manusia yang tersesat di labirin kehidupan.
"Oppa, maafkan aku" kalimat itu ia serukan dengan lirih.
Sang pria yang berada di dalam ruangan yang sama dengan wanita itu, menahan sakit yang mendalam di hatinya. Ia tak sanggup melihat kondisi sang adik yang jauh dari kata baik-baik saja.
"Ini bukan salahmu. Kau tak perlu menyalahkan dirimu sendiri." kalimat sederhana itu ia berikan pada adik kesayangannya. Sungguh, dari hati terdalamnya ia tahu jika kalimat itu takkan ada pengaruhnya. Tapi setidaknya, ia sudah mencoba yang ia bisa, dan itu sebuah fakta, adiknya tidak bersalah di matanya.
"Naomi, oppa tahu ini bukan hal yang mudah untukmu. Tapi oppa mohon, hentikan fikiranmu untuk ingin mengakhiri hidupmu. Jangan jadikan masalah ini untuk menghentikan langkahmu. Oppa menyayangimu, begitu juga eomma dan appa. Kami semua menyayangimu, sungguh Naomi, oppa tidak berbohong! Jika kau butuh cahaya, kami bisa menjadi pelitamu! Jangan putus asa, kau masih memiliki kami." pandangannya masih setia menatap punggung kecil sang adik, yang sedang berdiri di balkon.
Lidahnya seperti kelu untuk bersuara. Ia membungkam mulutnya untuk beberapa saat, memikirkan kembali masa depannya dan keluarga.
"Apa kalian tidak malu memiliki anggota keluarga seperti ku? Aku seperti benalu, oppa! Bahkan beasiswaku dia cabut dari kampus. Aku benci diriku oppa, aku membenci hidupku!" cairan bening itu kembaki menghiasi pelupuk mata sang gadis. Membuat bulu matanya harus basah untuk kesekian kalinya dalam satu hari ini.
Kau tahu pedang apa yang paling menyakitkan hati bagi pria itu? Lidah sang adik! Hatinya sangat terluka ketika mendengar perkataan gadis kecil itu. Ia bahkan tak tahu harus menanggapinya seperti apa. Ia tahu adiknya tengah terpuruk, tapi apa yang ia katakan sangatlah tidak benar. Ia bukan benalu! Ia adalah permata.
Ia bangkit dari pinggiran kasur, dan mulai melangkahkan kakinya menuju raga sang adik. Ia memeluk raga yang tengah rapuh itu, memberikan kehangatan yang akan selalu ia berikan sampai ia tua nanti.
"Hentikan omong kosongmu itu Naomi. Siapa bilang kau benalu? Kau permata kami Naomi, kebahagiaan oppa, appa dan eomma. Oppa merasa sangat tak berguna ketika melihat adik kecil oppa menangis karena kesakitan yang ia miliki. Ia bahkan disakiti oleh pria yang oppa percayai untuk menjaganya. Oppa sangat hancur ketika mengetahui bahwa ia disakiti pria itu. Kalo kau ingin mengakhiri hidupmu, lalu apa alasan oppa untuk bertahan hidup? Oppa yang bersalah, karena tak menjagamu dengan baik Naomi. Maafkan oppa"
Hati Naomi menjadi semakin sakit ketika mendengar perkataan sang kakak. Pelukan yang pria itu berikan, ia balas dengan lebih erat. "Apa yang kau bicarakan oppa? Jangan melatur! Kau tak bersalah, hentikan menyalahkan dirimu oppa. Ku mohon" air matanya tak sanggup ia bendung lagi. Cairan bening itu, mulai mengalir deras hingga membasahi baju pria tampan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STIGMA [Tahap Revisi] || END ✓
Romance[Tahap Revisi] NOTE‼️ Beberapa Chapter ada perubahan alur karena di revisi. Thank youuu♥️ Apa kau jelmaan iblis? bagaimana mungkin seorang manusia melakukan hal bejat seperti itu. Kau bukan manusia! Manusia punya otak dan hati, sedangkan kau? Kau ta...