Part 16 - Spesial Chapter (Naomi ver)

105 34 121
                                    

Kim Naomi P.O.V

1 hari

2 hari

3 hari

4 hari

5 hari

6 hari

7 hari

Sial! Sudah 7 hari ragaku tak berjiwa. Seperti mayat yang memandang kosong semesta. Setitik air, bukan, tapi sederas sungai air mengalir dari pelupuk mataku. Seperti tak ada harapan munculnya pelangi di tengah badai ini.

Aku menatap nanar panorama kota dari ketinggian apartemen milik sepupuku, Taehyung. Banyak orang bisa kulihat bejalan kesana kemari, tanpa bisa ku lihat jelas ekspresi model apa yang mereka pancarkan. Yang ku tahu pasti, masih ada haraan hidup untuk mereka. Sedangkan aku? Menyusahkan keluarga!

"Naomi-ya"

Suara itu mengalun indah di panca indraku. Bisa ku tangkap dengan jelas kata itu mengalun. Aku bahkan mengetahui siapa pemilik suara ini, dan bisa ku tebak apa alasannya menyerukan namaku. Tapi sepertinya itu tak menarik bagiku, fokusku masih berdiam di kerumunan kota di bawah sana.

"Naomi, boleh aku masuk?" lagi dan lagi suara itu mengalun, bahkan suara indah itu menjadi hal yang mengerikan bagiku. Ia kakakku, Kim Seojin, pria yang paling ku cinta setelah ayahku. Tapi akhir-akhir ini, keberadaannya menjadi tamparan bagiku.

Jangankan mendengar suaranya, membayangkan wajah rupawannya saja, atau menyebut namanya di lubuk hati membuatku mendesir nyeri. Aku menghancurkan harapannya.

Aku membuatnya terluka dengan masalah yang ku timbulkan. Bahkan aku perempuan paling tolol, yang membuat pria setampan pangeran berkuda putih ini harus menangis disetiap malamnya. Kurang bejat apalagi manusia sepertiku?!

Ia melangkahkan kaki jenjangnya, memasuki ruangan tempat dimana aku menempatkan ragaku. Ia mendekapku dengan tatapan nanarnya, memeluk ragaku yang tak pernah menggubris keberadaannya. Air mataku kembali mengalir, menjatuhi pipiku dengan leluasa.

Jujur, jiwaku sangat tersiksa ketika harus menghindarinya. Aku tak bisa berbohong, dia adalah sandaran paling nyaman bagi jiwaku. Tapi aku harus melakukannya, sebagai hukuman kepada diriku karena telah menghadirkan  luka yang akan meninggalkan bekas disepanjang hidupnya.

"Berhentilah menangis gadis kecilku. Kata Taehyung kau belum makan seharian ini. Kenapa, hm? Jika oppa pergi kerja, kau nakal ya Naomi, tak pernah mau menuruti perkataan orang dirumah ini." ia berucap dengan sangat lembut, memberi kehangatan tersendiri untukku. Tapi sepertinya kehangatan yang paling nyaman ini, sedikit demi sedikit mulai sirna. Terganti dengan sakit yang tiada tara.

"Oppa, jika seseorang terjatuh dari sini, apa ia akan mati?" aku bertanya, ketika menimbang ketinggian balkon dengan tanah di bawah sana.

Ia bahkan tak menggubris pertanyaanku. Yang ia lakukan malah semakin mendekapku dan mata indah yang selalu ku puja mulai mengeluarkan cairan bening sama sepertiku. Aku bisa mendengar isakan tangisnya samar-samar dari daun telingaku. Aku bahkan merasakan ada sesuatu yang membasahi pundakku.

Aku memalingkan wajahku, menatap wajah rupawannya. Aku menyesal pernah lahir di dunia, dan menjadi adik dari orang ini. Aku menyesal tlah menciptakan mata panda pada bawah matanya. Aku tahu, tidurnya tak pernah nyenyak semenjak 7 hari belakangan ini. Ia bahkan serimg terbangun hanya untuk melihat wajahku semalaman.

"Kenapa menangis? Apa ada yang membuatmu sedih? Katakan padaku, aku akan membunuhnya oppa."

"Jangan pernah berfikir untuk meninggalkan oppa, Naomi! Hentikan itu! Jangan pernah kau lukai setitik pun badanmu!" kalimat ini, kalimat yang mirip. Kalimat yang selalu ia ucapkan ketika pertanyaan randomku keluar. Ia selalu berucap setiap kali aku memegang pisau, memegang pembersih toilet, melihat balkon, memegang tali, atau bahkan melihat kaca.

STIGMA [Tahap Revisi] || END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang