Part 13

89 49 147
                                    

Di kediaman megah nan mewah keluarga Jeon, seorang pria muda yang ditakdirkan dengan wajah tampan tengah menghantarkan nyawanya menuju alam mimpi. Tak kunjung usai dunia mimpi di arunginya, padahal mentari sudah berada di atas menyinari seluruh kota dengan terik.

"Dimana Jeon Junghyun?" seorang pria paruh baya melontarkan pertanyaan itu pada seorang wanita yang tengah melakukan aktivitasnya di dapur rumah mewah itu.

"Dikamarnya tuan. Ada apa tuan?" jawab bibi Park, seorang wanita paruh baya kesayangan Junghyun setelah ibunya (dan Naomi tentu saja).

"Panggil anak itu, dan suruh ia menemui ku di ruang tengah!" perintah yang tegas itu dilontarkan oleh sang ayah, tuan Jeon, Kepala keluarga dirumah ini.

"Baik tuan" jawab bibi Park dengan sopan, kemudian pergi meninggalkan pria paruh baya itu menuju kamar sang tuan muda.

Tok tok tok...

"Junghyun-ssi, kau di dalam?" sepertinya pertanyaan itu sia-sia bibi Park lanturkan. Kenapa? Karena kamar pria itu kedap suara. lantas, apa sebab bibi Park mengetuk terlebih dahulu? Itu sopan santun sayang.

Junghyun tipe orang yang suka tidur diiringi lagu dari bluetooth speaker. Itu alasannya kamarnya di beri kedap suara, biar tak mengganggu orang lain dengan kegiatannya itu.

Bibi Park segera mengeluarkan kartu dari kantong celananya. Mendekatkannya pada ganggang pintu untuk membukanya, dan terbukalah pintu besar itu.

Tak semua pekerja dirumah mewah itu memiliki kartu yang berfungsi sebagai kunci beberapa pintu tersebut. Hanya bibi Park yang punya, karena ia kepercayaan sang pemilik rumah.

"Aigoo Junghyun-ssi, kau masih tidur? Bangun Junghyun-ahh, ini sudah siang" ucap wanita itu dengan lembut.

Tangan wanita itu dengan lihai membuka horden dan jendela yang berada di kamar mewah ekskulin milik pria muda bermarga Jeon itu, membiarkan cahaya masuk menyinari wajah pria tampan tersebut.

"Junghyun-ahh! Ayahmu mencarimu, cepat bangun sebelum ia memarahimu!" bibi Park mulai berteriak di dekat telinga pria itu. Anak ini kalo tidur memang seperti orang mati, sangat susah di bangunkan.

Berulang-ulang kali bibi Park membangunkan pria itu, dengan berbagai cara. Menggoyangkan badannya, mencubitnya, membuka jendela, mematikan ac, memercikkan air di wajahnya, dan terakhir yaitu meneriakinya.

"Kenapa bibi teriak pagi-pagi, sih?" pria itu akhirnya merespon perkataan bibi Park dengan mata yang masih tertutup sempurna.

"Bangun Junghyun-ahh, ayahmu mencarimu" ucap bibi Park sambil menggoyang-goyangkan badan pria itu.

"Kenapa ia mencariku di pagi buta begini?" pagi katanya? Mari kita tertawa bersama, pria ini tengah ngelantur seperti orang mabuk.

"Apanya yang pagi. Ini udah jam 11 Junghyun-ssi. Cepat bangun, kau terlalu mabuk. Cepat mandi dan temui ayahmu. Badanmu seperti botol wine yang berjalan, sangat bau! Cepat bangun Junghyun-ah!" wanita itu mulai memukul mukul badan pria yang jauh lebih muda darinya tersebut.

Dengan kesadaran yang masih sangat rendah, pria itu berjalan dengan lunglai menuju kamar mandi, menuruti titah sang bibi.

***

"Kenapa ayah mencariku?" pria muda bermarga Jeon itu bertanya disaat raganya masih menyusuri tangga mewah, yang menjadi penghubung antara lantai dengan lantai lainnya.

"Kenapa ayah?" ucapnya lagi disaat raganya benar-benar sudah ia dudukkan di depan sang ayah.

"Kau sudah melihat berita ini?" ucap pria paruh baya itu dengan tatapan yang sangat tajam, melemparkan sebuah smartphone mahal miliknya pada sang anak.

STIGMA [Tahap Revisi] || END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang