Bagian luar cafe Lavanya dipenuhi oleh murid laki-laki berseragam SMA. Mereka adalah anggota dari Pasukan Rajawali yang tengah mengadakan diskusi. Warung Bu Tuti sedang dalam proses perbaikan, maka dari itu sepulang sekolah mereka memutuskan untuk mampir kemari.
"Seriusan bang? Ini cafe sodara Lo?" Untuk yang ketiga kalinya Rizky melontarkan pertanyaan yang sama pada Bara.
"Nih Ky." Ardan menyodorkan uang dua ribuan kepada Rizky.
"Buat apa Bang?"
"Buat beli korek kuping, kayaknya ada congek segede gaban di dalem kuping Lo," cela Ardan kesal.
"Gimana Bang? Pak kepala sekolah bilang apa tadi?" tanya Tama, tak menggubris perdebatan antara Ardan dan Rizky.
Pagi tadi, sebelum bel masuk berbunyi, Pak kepala sekolah memerintahkan Kalevi untuk datang ke ruangannya guna membahas nasib Pasukan Rajawali pasca penyerangan warung Bu Tuti.
"Belum ada kejelasan, kita belum tahu siapa pelaku perusakan itu, tapi Pak Darwin udah memastikan kalo Pasukan dari SMA Merpati gak terlibat," jelas Kalevi.
"Jadi Pasukan Rajawali gak bakal dibubarin kan, Lev? Karena SMA Merpati gak terlibat, berarti bukan Pasukan Rajawali penyebab dari kekacauan ini kan?" tanya Reza.
"Gue udah bilang 'belum ada kejelasan', Jangan lupa kalo hari sebelum kekacauan itu terjadi, ada orang misterius yang ninggalin surat ancaman buat kita, Anak-anak Paswali."
Anggota Pasukan Rajawali yang berada di sana, antara lain ; Bara, Ardan, Reza, Yoga, Tama, Rizky dan Jaka tertunduk lesu mendengar pernyataan Kalevi. Berat bagi mereka jika harus bubar dari Pasukan Rajawali. Mereka dan anggota lainnya sudah terikat layaknya keluarga. Meskipun mereka masih bisa bersama saat Geng mereka dibubarkan, rasanya akan sangat berbeda.
"Sebenernya siapa dalang di balik ini semua? Punya dendam apa dia sama kita?" Jaka bertanya-tanya.
"Sialan! Siapapun pelakunya, gue gak bakal kasih ampun karena udah nyari gara-gara sama kita." Tangan Ardan mengepal kuat di atas meja dengan rahang yang mengeras, membuat tampang konyolnya beralih menjadi tampang menakutkan.
Kalevi mengedarkan pandangannya ke arah kendaraan yang tengah berlalu lalang di sore hari. Melihat reaksi teman-temannya membuat Ia semakin frustrasi. Apa yang harus dia katakan pada mereka? Mungkin Kalevi bisa merahasiakan ini untuk sementara waktu, tetapi bagaimana jika mereka tahu dari mulut orang lain bahwa pelaku kerusakan tersebut adalah ulah ayahnya? Pasti kekecewaan dan kemarahan mereka akan semakin bertambah.
"Se-"
"Anter gue ke toilet Lev."
Kalevi menoleh ke arah Bara. Bibirnya kembali terkatup rapat kala Bara menatapnya intens, seolah memperingatkan Kalevi untuk tidak mengatakan apa-apa. Namun, Kalevi yakin betul jika Ia belum menceritakan apapun kepada ketiga sahabatnya. Atau mungkin hanya kebetulan saja?
"Badan segede tronton," ucap Ardan.
"Muka sesangar Hulk," sambung Yoga.
"Ke kamar mandi aja minta dianterin. Kaya anak-anak cewek mau ke toilet sekolah." Reza mengakhiri ejekan mereka kepada Bara.
Tetapi sayang seribu sayang ejekan tersebut tak berarti bagi Bara. Bara tetaplah Bara, Kulkas dua pintunya SMA Rajawali. Dengan santainya Bara meninggalkan teman-temannya menuju toilet, disusul Kalevi yang berjalan di belakangnya. Kerutan terpatri di kening Kalevi ketika arah perjalanan mereka tidak menuju toilet, ini mengarah ke sebuah pintu ruangan khusus di cafe ini.
"Toiletnya di sana Bar," beritahu Kalevi. Apa Bara lupa jalan menuju toilet cafe milik saudaranya sendiri?
"Ruang Kak Devan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalevi
Teen Fiction# 1 badboy 08-12-2021 Meysha Nalandhipa, Si bad girl-nya Sma Rajawali. Jika biasannya ruang Bk adalah tempat keramat bagi para murid, tapi tidak dengannya. bagi Meysha ruang Bk adalah tempat dimana Ia bisa duduk santai sambil menikmati sejuknya AC r...