8. Rasa bersalah

2.8K 190 1
                                    

Jika dia bisa membuatmu bahagia
Maka aku rela melepasmu untuknya

-Dika Putra Mahendra-

Tatapan-tatapan yang sulit diartikan menghujani setiap langkah Meysha. Semenjak kabar itu tersebar luas, kabar bahwa Kalevi menembaknya di toilet membuat penggemar Ketua Paswali itu iri dengan Meysha. Dasar Manusia!

Kalian semua harus tahu bahwa Meysha telah resmi menjadi pacar dari seorang Kalevi Wirasana. Ya, gadis itu menyetujui permintaan Kalevi agar Meysha menjadi miliknya. Saat itu ingin sekali Ia menolak tapi seorang Meysha ingat akan janjinya.

"MEYSHA!!!"

Meysha menutup telinga ketika teriakan Dahsyat nan menggelegar itu menyeruak di telinganya. Sisi Jayanti, sahabat terhebohnya itu langsung merangkul Meysha tanpa komando.

"Ciee Meysha punya pacar bauuuu!!!"

"Baru, Si," koreksi Metha Pramudya.

"Gak papa sih, Metha. Yang penting ucapan Sisi gak nyeleweng dari Norma dan agama," kilah Sisi.

Bodo amat Si! Metha gak denger! Gadis Hiperaktif satu ini memang tak mau kalah dan disalahkan.

"Meysha, Sisi mau dong Pajak jadiannya. Ditraktir di warung bakso Mang dude juga Sisi udah seneng kok."

"Gak ada yang jadian, Sisi Jayanti!" ucap Meysha.

"Idihh jangan bohong, Meysha! Nanti kesayangannya ilang loh," goda Sisi.

Ilang? Itulah harapan Meysha, Ia ingin Cowok mesum itu hilang. Pindah ke planet Merkurius, Venus, Mars atau bahkan pindah galaksi pun Meysha Ikhlas, yang terpenting lelaki itu lenyap dari muka bumi ini agar Meysha tak pernah bertemu dengannya lagi.

"Gimana sama Dika, Sya?"

Pertanyaan Metha membuat Meysha menegang di tempatnya. Karena memprioritaskan janjinya Ia sampai lupa bahwa ada seorang lelaki yang selama ini setia mengejar cintanya meskipun dia tahu bahwa sangat sulit meluluhkan hati seorang Meysha Nalandhipa. Terlebih lagi Gadis itu masih trauma dengan yang namanya cinta.

"Sya?" tegur Metha, ketika Meysha hanya diam saja.

"Ehh! Iya ada apa?" tanya Meysha setelah tersadar dari lamunannya.

"Dika-"

"Gue pergi dulu. Ada masalah yang perlu gue selesain." Meysha berlari meninggalkan kedua sahabatnya dalam kebingungan.

&  &  &  &  &


Meysha menghentikan langkahnya ketika melihat Dika berada di depan kelas bersama dengan seorang gadis cantik. Lova Diatmika, teman sekelas Dika. Murid yang menyabet Ranking kedua paralel Di SMA Rajawali setelah Dika. Keduanya terlihat begitu sibuk membicarakan materi Olimpiade yang akan mereka hadapi beberapa minggu mendatang.

Cocok. Itulah satu kata yang menggambarkan keduanya. Sama-sama pintar, sama-sama orang berada, sama-sama Cantik dan tampan. Rasanya Dika lebih pantas mendapatkan Lova daripada Meysha yang jauh dari kata sempurna. Meysha hanyalah gadis pembangkang, Bodoh, dan tak selevel dengan Dika. Benar-benar tak ada yang bisa dibanggakan dari seorang Meysha, mungkin itulah yang dipikirkan Meysha tentang dirinya sendiri.

Dika menghentikan aktivitasnya ketika menyadari kehadiran Meysha yang hanya berdiam sambil menunduk di ujung lorong. Lelaki itu berpamitan kepada Lova dan langsung berlari kecil ke arah Meysha. Lova? Gadis itu hanya tersenyum miris meratapi nasibnya. Tidak peka kah Dika dengan perasaannya? Tidak peka kah Dika bahwa selama ini Lova berusaha mendapatkan perhatiannya dengan berpura-pura bertanya materi pelajaran yang bahkan sebenarnya telah Ia mengerti? Sudahlah, Ini resiko untuk dirinya karena berani menyukai lelaki yang mencintai perempuan lain.

Dika Menyentil kening Meysha karena gadis itu hanya menunduk dan tak menyadari kehadirannya. Membuat Meysha refleks mendongak menatap lelaki di hadapannya yang lebih tinggi darinya.

"Ehh, Dika. Sejak kapan ada di sini?" tanya Meysha canggung.

"Seharusnya gue yang nanya, sejak kapan berdiri sambil nunduk di sini? Mau ngapain? Kangen sama gue ya?" Dika balik bertanya.

"Dihh PD! Siapa juga yang kangen sama lo!"

"Terus ngapain di sini?"

"Eh itu gu-gue mau lewat lah! Emang ini jalan lo?!" kilah Meysha.

"Serius?"

Meysha menggangguk walaupun terlihat sangat kaku. Membuat Dika sebisa mungkin menahan tawanya. Menggemaskan sekali, pikir Dika.
"Yaudah deh gue balik ke kelas ya. Belum ngerjain Tugas Kimia," ucap Dika yang jelas-jelas berbohong. Mana mungkin ranking satu paralel belum mengerjakan tugasnya.

"Tunggu dulu!"

Meysha mencekal tangan Dika, sementara lelaki itu sudah tersenyum penuh kemenangan karena berhasil memancing Meysha. Dika berbalik dengan memasang wajah Sok nya.

"Apa?" tanya Dika sok jual mahal.

Meysha terdiam, menilik wajah Dika dengan seksama. Lelaki di hadapannya ini terlihat seperti Dika biasanya, ceria dan masih suka mengganggu Meysha. Apa Dika belum mendengar gosip tentang Meysha dan Kalevi?

"Lo-lo belum denger tentang-"

"Tentang Lo sama Kalevi?" Dika memotong ucapan Meysha.

Meysha terhenyak, Itu tandanya Dika sudah tahu kabar tersebut. Tapi kenapa Dika terlihat biasa saja? Bukannya Dika menyukainya?

"Kok lo biasa-biasa aja? Katanya lo suka sama gue?" tanya Meysha, yang terlihat sangat polos di mata Dika.

Dika tersenyum."Terus gue harus apa, Sya? Marah? Ngamuk-ngamuk dan ngehajar Kalevi? Gak mungkin kan? Lagipula lo lupa kalo gue bukan siapa-siapa lo," ucap Dika.

"Lucu ya, Gue yang berjuang selama ini tapi malah Kalevi yang dapetin hati lo." Dika tertawa garing. Tawa yang begitu memilukan di telinga Meysha. "Tapi gue bersyukur karena lo masih mau ngasih kesempatan Cinta buat nyembuhin trauma lo."

Meysha tertunduk dengan rasa bersalah yang menumpuk pada dirinya. Ia memang jahat karena telah melukai hati orang sebaik Dika. Seharusnya dari awal Ia membuka hati untuk Dika, bukan malah membuat lelaki itu berharap dengan sesuatu yang tak pasti dan menyakitkan seperti ini.

"Hey."

Dika mengangkat dagu Meysha agar gadis tersebut menatapnya. Wajah serta mata Meysha sudah memerah, menandakan bahwa Ia tengah menahan Emosi serta tangisnya.

"Jangan nangis. Gue gak suka ngeliat bidadari tak bersayap gue nangis."

Air mata Meysha meluruh, tanpa aba-aba Ia memeluk Dika, membuat lelaki itu sedikit mundur karena mendapatkan serangan mendadak. Beruntung lorong sekolah sedang sepi sekarang.

"Maaf," isak Meysha.

Dika membalas pelukan Meysha, mengelus surai lembut sebahu miliknya. Mungkin menurut kalian ini terlalu berlebihan. Namun, bagi Meysha dan Dika tidak. Setahun lebih Dika menjadi teman bercerita, teman suka dan duka Meysha selain Sisi dan  Metha. Tetapi Dika yang selama ini berjuang harus kalah dengan Kalevi yang membuat Meysha nyaman.

"Jangan Minta maaf. Ini semua udah resiko gue, Sya. Lagipula Cinta gak harus memiliki kan? Kalo Kalevi bisa buat lo Bahagia dan aman, gue ikhlasin lo buat dia. Gue berhenti berjuang buat lo, Sya. Tapi gue akan tetep ada di samping lo sampai kapanpun. Jadi teman, sahabat atau apapun. Dan Gue berharap Kalevi bisa buat lo kembali percaya akan cinta," tutur Dika.

Selesai sudah perjuangan Dika. Merelakan, Itulah yang akan Ia lakukan sekarang. Tak ada lagi yang harus diperjuangkan olehnya. Gadis yang hampir satu tahun lebih Ia dambakan telah menambatkan hatinya pada seorang lelaki yang bukan Dika. Dan Ia harap Kalevi Wirasana bisa membuat Meysha bahagia.

Meysha tak berkutik di pelukan Dika. Andai lelaki itu tahu bahwa Ia sama sekali tak mencintai Kalevi, tapi tidak mungkin karena tak akan lagi berpengaruh apapun sekarang. Kalevi Wirasana, lelaki itu yang harus bertanggung jawab atas luka yang dialami kedua insan tersebut. Andai Ia tak menembak Meysha, Sudahlah! Berhenti menyalahkan Kalevi, Ia tak bersalah. Kalevi hanya berniat membantu, ini sepenuhnya salah Meysha karena telah membuat janji yang menyakiti dirinya dan Dika.

KaleviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang