4. Trauma

3.5K 207 0
                                    

Aku menyukai kesunyian
Karena dia selalu mengerti bahwa manusia butuh waktu untuk sendiri

-Meysha Nalandhipa-


"Meysha semalem mabuk, kan?" tanya Sisi, sahabat Meysha.

"Gak."

"Jangan bohong Sya! Semalem Jessy nelpon gue, dia bilang lo mabuk berat kan gara-gara minum?" Sekarang giliran Metha yang mengintimidasi Meysha, Ia tidak suka sahabatnya itu berbuat hal yang tidak baik.

Meysha hanya bisa pasrah, mau bagaimana lagi dirinya sudah ketangkap basah. "Iya, semalem gue mabuk."

"Ya ampun Sya. Kenapa bisa mabuk sih?!" omel Metha.

"Semalem pikiran gue kacau banget makannya gue mutusin buat minum," ucap Meysha apa adanya.

"Tapi gak minum juga kan Sya. Apa dengan lo minum bisa jernihin pikiran lo? Gak kan." Metha marah.

"Maaf." Hanya itu yang keluar dari bibir meysha. Ia mengaku salah karena telah berpikir cetek semalam. Minum alkohol hanya karena masa lalu kelam itu. Dasar bodoh!

"Sya, kalo ada masalah lo bisa cerita ke kita, gue sama Sisi siap kok dengerin. Jangan malah minum minuman haram itu. Kasihan diri lo, kasihan Kakak lo juga kan," ucap Metha menasehati yang juga diangguki oleh Sisi.

Metha tahu Meysha hanya tinggal bersama dengan Kakak perempuannya saja. Pasti Kak Amira begitu khawatir ketika mengetahui Adik kesayangannya pulang dalam keadaan mabuk.

"Jangan diem aja. Lo denger gue kan Sya?" tegur Metha marah. Seperti biasa, gadis itu selalu protektif kepada sahabatnya.

Meysha mengangguk. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa Ia tak akan lagi menyentuh minuman haram itu. Semalam adalah yang terakhir. Meysha tidak ingin membuat khawatir dan merepotkan siapapun.

___

Saat ini Meysha berada di taman belakang sekolah yang jarang sekali dijamah oleh para murid. Karena rumor yang beredar bahwa taman tersebut adalah tempat kesukaan mbak kunti and the gang berkumpul. Terlebih lagi ada sebuah pohon beringin besar yang diyakini sebagai rumah mbak kunti. Meysha tak peduli, lagipula apa yang mesti ditakutkan? Bukankah bumi diciptakan untuk dihuni oleh manusia? Selagi tidak gelap Ia akan baik-baik saja di sini. Meysha memejamkan mata, di telinganya sudah ada Earphone yang sudah terpasang. Mendengarkan lagu yang menenangkan hati.

Sunyi. Dari dulu Meysha sangat menyukai kesunyian. Rasanya kesunyian memberinya ruang dan waktu untuk menenangkan pikirannya. Meysha tersentak ketika seseorang tiba-tiba mencabut Earphone dari telinganya. Jantungnya seperti ingin loncat keluar saja ketika mendapati seorang lelaki berseragam SMA sama sepertinya sudah duduk manis di samping Meysha dengan memasang wajah jelek.

"Astagfirullah! ngagetin aja sih Dik!" gerutu Meysha, memukul lengan atas Dika dengan kencang.

Dika Putra Mahendra, Si murid laki-laki terpintar se-SMA Rajawali itu mengelus lengannya kesakitan sambil tertawa renyah. Menertawakan wajah lucu Meysha karena Ia kejutan tadi. Dika mengatur tawanya. "Bolos lagi?" tanyanya seolah-olah sudah hafal dengan kebiasaan buruk Meysha.

Meysha menggeleng kuat. "Enggak. Seudzon aja bisanya."

"Terus ngapain di sini? Ini masih jam pelajaran loh."

"Diusir dari kelas sama Bu Jaenab."

"Kenapa bisa diusir?" tanya Dika

"Ketahuan tidur di kelas pas Dia nerangin," jawab Meysha apa adanya.

KaleviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang