23. Sebuah Fakta

1.4K 95 0
                                    

Semakin malam semakin ramai saja tamu yang datang. Meysha hanya bisa duduk sambil mengamati beberapa orang yang tengah berdansa diiringi dengan lagu Yang romantis. Namun, tiba-tiba Kalevi menggandeng tangannya, berniat mengajaknya untuk berdansa.

"Lev gue udah lama gak Dansa," tolak Meysha.

"Udah, ayok," Kalevi tak menggubris, Ia menarik tangan Meysha dan mengajak gadis itu ke tengah-tengah.

Kalevi meraih tangan kiri Meysha dan menaruhnya di bahu kirinya. Kemudian tangan kanan gadis itu Ia genggam erat di atas.

"Sorry." Dengan ragu Kalevi melingkarkan tangannya di pinggul ramping Meysha.

"Sekarang nikmati lagunya dan ikutin gerakan gue." Dengan langkah ragu, Meysha mengikuti dan mengimbangi gerakan Kalevi.

Meysha mencoba tidak kaku dan semakin lama Meysha semakin terbiasa dan mengikuti iringan lagu. Ia mendongak, alhasil dua pasang mata itu saling bertemu.

"Udah gak kaku lagi kan?" tanya Kalevi lembut.

Meysha mengangguk. "Udah enggak."

Dua insan tersebut tenggelam dalam keterpanaan. Menghiraukan orang-orang yang juga tengah berdansa di sekitarnya. Seolah-olah hanya mereka berdualah yang tersisa di ruangan. Menikmati kebersamaan dan kedekatan yang tercipta pada malam itu. Tak sadar jika dua pasang mata tengah mengamati keduanya sedaritadi.

"Selamat malam Tuan dan nyonya Wirasana."

Tuan Wirasana dan Mayang yang tengah berbincang-bincang dengan tamu sambil mencuri pandang ke arah anak tunggalnya itu sontak beralih pada seorang wanita yang berpakaian elegan beserta anak gadisnya

"Selamat malam, nyonya Sarah," balas Mayang tersenyum.

Mereka saling cepika-cepiki. Maklum, orang tua Tuan Wirasana dan Nyonya Sarah adalah teman dekat. Dan hingga sekarang mereka mempertahankan hubungan pertemanan tersebut. Kedua perusahaan mereka pun saling bekerja sama.

"Om, tante." Clarissa, anak dari Nyonya Sarah menyalami punggung tangan Wirasana dan Mayang dengan sopan.

"Sayang, kamu makin cantik aja," puji Mayang pada Clarissa.

"Ahh tante bisa aja. Oh iya, Kalevi nya kemana, Tante?" tanya Clarissa.

Mayang dan Wirasana bertukar pandang canggung. Keduanya nampak ragu menjawab pertanyaan sederhana yang dilontarkan oleh Clarissa.

"Kalevi sedang dansa dengan temannya." Bukan Mayang yang menjawab, melainkan Wirasana mewakili istrinya yang diam saja.

Clarissa beralih menatap ke arah Kalevi dan Meysha. Saat ini sepasang kekasih itu terlihat sangat romantis, berbanding terbalik dengan sifat keduanya di Sekolah yang sering bertengkar ataupun mendebatkan hal-hal yang sepele.

"Romantis ya mereka," ujar Clarissa.

Sarah mengamati perubahan sikap putrinya. Kini senyum manis Clarissa yang selalu ditampilkan sejak Sarah mengajaknya ke pesta ulang tahun perusahaan Ayah Kalevi menghilang entah kemana. Dan Sarah paling benci ketika melihat putri kesayangannya murung seperti ini.

"Anda tidak lupa dengan perjanjian kita kan, Tuan Wirasana?" ucap Nyonya Sarah sarat akan peringatan.

"Saya tidak akan lupa. Tenang saja, perjodohan itu akan tetap berlangsung," ucap Wirasana.

"Nyonya Sarah, apa kalian hanya berdua datang kemari?" tanya Mayang, mengalihkan topik pembicaraan.

"Clarissa sama Papah juga, Tante. Tapi Papah masih di luar soalnya tadi ketemu sama rekan bisnisnya," jawab Clarissa ramah.

KaleviTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang