Venti mengangkat alat musiknya dan tersenyum lebar.
"Malam ini, khusus untuk kalian, aku akan menceritakan sebuah kisah," katanya. Di hadapan sang penyair, Paimon dan Lumine bertepuk tangan dengan gembira. "Ini tentang seorang tuan putri yang berubah menjadi monster. Jadi dengarkan baik-baik, mengerti?"
Pada salah satu masa yang paling kelam
Seorang tuan putri terlahir dari tetesan kekuatan para dewa
Rupanya, oh, rupanya
Mengalahkan kecantikan matahariSaat ia berjalan anggun di atas padang bunga
Ia membuat bunga-bunga menunduk malu
Pohon-pohon menahan napas
Dan setiap mata yang melihatnya tidak akan pernah melupakan pemandangan ituSeorang dewa terpikat oleh kecantikan tuan putri
Ia merunduk di hadapan tuan putri, dan menawarkan sebuah cincin
Lalu, tuan putri tersenyum
"Maaf, aku tidak dapat memberikan apa yang kau inginkan"Sang dewa merasa murka
Hari itu, pertumpahan darah tidak dapat dihindari
Pilar-pilar rubuh, dan rumah-rumah hancur
Meski tuan putri berdiri di atas mayat sang dewa
Ia mengorbankan kecantikannyaTuan putri berjalan di atas padang bunga
Namun mata yang menatapnya tidak lagi dipenuhi binar kekaguman
Bunga-bunga di sekitarnya mendadak layu
Dan pohon-pohon menjadi keringMereka yang melihatnya akan berteriak
"Monster! Monster! Enyahlah!"Tuan putri tersenyum dan tidak mengatakan apapun
Karena meskipun ia tidak lagi memiliki apapun
Ia tidak membawa penyesalan dalam hidupnya
Demi kepentingan mereka yang disekitarnya, ia harus hidup sendirian hingga akhir hayatnyaNamun, ada satu hal yang tidak ia tahu
Pada malam saat ia tertidur pulas
Seseorang datang menemuinya
Di bawah bintang-bintang yang bersinar
Orang itu berbisik"Apapun yang mereka katakan tentangmu, bagiku, kau terlihat sangat indah
Jadi, aku akan menunggumu
Hingga akhir waktuku
Namun, wajah seperti apa yang akan kau tunjukkan
Bila kau tahu bahwa akulah yang menunggumu?
Karena apapun yang kulakukan, kenyataan tidak akan berubah
Akulah orang yang mengubahmu menjadi monster""Apa?! Sudah selesai?!" Paimon melayangkan protes akibat lagu yang berakhir tidak sesuai harapannya. "Yah, begitulah," Venti menurunkan alat musiknya dan tersenyum. "Aku akan lanjutkan bila ceritanya sudah selesai," katanya. Sementara itu, Lumine mengusap dagunya dan terdiam. "Ada yang janggal dari lagu itu," gumamnya. Lalu, Venti memiringkan kepala dan menggigit sebuah apel. "Bagian mana yang janggal?" ucapnya dengan mulut penuh.
"Bukankah dewa yang menyerang tuan puteri sudah mati? Lalu siapa orang yang muncul di akhir?" tanyanya, selagi Paimon mengangguk-angguk setuju. "Benar sekali, ini aneh," ucap Paimon sebelum keduanya menatap Venti meminta jawaban. "Entahlah, aku hanya mendengar cerita ini dari seseorang dan menjadikannya lagu," Venti mengangkat kedua bahunya dan berlagak tidak tahu. Sontak, Paimon terbang menghampiri sang penyair dan menjambak rambutnya. "Kau menyebalkan sekali, tahu tidak?" Paimon berteriak dengan wajah yang memerah kesal.
"Paimon, cukup," pada akhirnya, Lumine menjadi penengah antara Paimon dan Venti yang tidak berhenti mengaduh kesakitan. Sementara itu, Venti menegakkan tubuh dan mengusap-usap kepalanya yang berdenyut.
"Meski begitu, menurut kalian, bagaimana wajah tuan putri saat mengetahui siapa yang menunggunya?" pertanyaan Venti kali ini membuat Paimon dan Lumine terdiam sejenak untuk berpikir.
"Dia pasti akan marah, bukan? Bayangkan, diubah menjadi monster begitu," jawab Paimon.
"Aku tidak tahu. Bagaimana menurutmu, Venti?" setelah menyatakan jawabannya, Lumine memutuskan untuk balas bertanya pada Venti."Aku juga tidak tahu. Ehe~"
"......"
"Paimon, pegang barang-barangku. Ini giliranku untuk menjambaknya."
*******
Edit : Traveler saya switch ke Lumine. Yah, traveler juga blm pernah muncul kecuali di prolog ini, so I think it's not a big deal.Author note:
Yo! Hmm...
Kalo diinget2, kayaknya udah berapa tahun saya gak pernah publish cerita. Saya gatau kemampuan nulis saya masih sama atau enggak, jadi saya deg-degan lagi... Tapi tolong dinikmati aja ya~Btw, cerita ini bakal jauh beda dari cerita saya sebelumnya. Jadi jangan kaget ya... (Sama jangan harepin banyak kontak fisik dan adegan doki-doki, oke? Cerita ini gak begitu soalnya). Saya harap walau tanpa adegan doki-doki, reader bisa tetep ngerasain gimana dua tokoh utama kita disini saling sayang satu sama lain.
Dan kali ini, saya milih nulis x reader, karena... well, pengen nyoba aja?
Tapi karena saya ngerasa aneh kalo pake sudut pandang orang ketiga pas nulis x reader, saya bakal pake sudut pandang orang pertama ya, jadi POV nya Y/N
Oke, cukup. Silakan dibaca kalo ada waktu luang^^
Love, author.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Torch ( Xiao x Reader ) -Genshin Impact Fanfiction-
FanficMereka mengatakan hal-hal mengerikan tentang pemuda itu. "Dia sudah merenggut jutaan nyawa." "Bukankah dia mantan bawahan dewa 'itu'? Kalau begitu dia tidak pantas berada di sini." "Kudengar dia adalah pertanda buruk." "Apa yang sebenarnya tuan kita...