2. Yara dan pesan yang terabaikan
Paginya dikediaman rumah Pak Tirtana satya tampak rame dengan beberapa mobil yang berjajar rapih, satpam rumah ikut membantu menurunkan beberapa koper berukuran sedang dan besar dari lantai dua, di ruang santai pula tampak ramai oleh orang-orang yang tengah bercengkrama.
Yara, sosok gadis berkacamata, jeans putih terbalut di kaki jenjangnya tak lupa atasan terbaluti cardigan rajut tebal, bersenandung riang menuruni tangga selagi menjinjing beberapa paper bag yang terisi barang keramatnya
"Woy! Maen kabur aja, bantuin bawa napa!" Teriakan menggelegar Dwi terdengar dari anak tangga teratas membuat Yara menghentikan langkah tepat ditengah tangga
Mensetting raut penuh drama. "Ya ampun adeku, lo ngagetin goblok tau gue ntar tiba-tiba jantungan trus jatuh bergulingan ditangga gimana, coba lo bayangin!"
Dwi memutarkan mata, tangannya tampak berusaha meliliti beberapa dus yang terisi banyak barang. "Bekicot lo, males banget ngebayanginnya, mendingan liat nyatanya aja."
"Eh sialan." Yara terkekeh, lalu kembali melangkah mengabaikan keberadaan Dwi yang tampak kesusahan berjalan dibelakang
"Anjir banget gue punya kakak, gak ada jiwa kemanusiaan banget." Gerutu Dwi dibelakang
Yara terkekeh. "Lomah kalo minta tolong gak pernah pake cara baek-baek, kan gak suka."
"Heh, lo pikir ini dalem dus kebanyakan barang siapa? Barang lo kak!!" Sewot Dwi melotot memandang punggung sang kaka
"Barang anda kali, ih nuduh-nuduh." Bodoamat, Yara sibuk membenarkan rambut
Pak Holil, satpam rumah mereka datang dari lantai bawah.
"Mari sini bapak bantu neng Dwi" Ujarnya mengambil alih dua tumpukan dus berukuran sedang, membuat Dwi menunduk berusaha mensejajarkan tubuh karna dirinya lebih tinggi efek berada satu tangga diatas
Yara yang melihatnya tersenyum smirk, mendekat. "Uluhh-uluhh...mesra amat. Pandangan pertama awal Pak Holil membantu~" Ujarnya bernada, mengedipkan sebelah mata pada sang adik yang wajahnya memerah marah
"YARAAA!!" Teriak Dwi murka, berlari mengejar sang kakak yang secepat kilat berlari menuruni tangga, membuat beberapa orang yang berkumpul diruang santai lantai bawah mengernyit bingung
Mamah menghampiri keduanya yang tengah kejar-kejaran. "Wi, gak boleh gitu ah manggil kakakmu. Gak sopan!" Tegur mamah membuat Dwi berhenti berlari mengelilingi sofa
Yara tertawa memegang perut, berlindung dibelakang sofa yang diduduki beberapa tetangga teman mamah dikomplek mereka
"Kak Yara nyah mah yang mulai tuh." Dwi menghempaskan bokong kesofa singel, masih melempari aura sengit pada sang kakak yang tengah mengatur napas
"Ini kakak adek masih gak berubah sering aja kejar-kejaran." Ujar salah satu dari tiga wanita sosialita yang duduk di sofa
"Iya nih...emang kudu dipisahin kayaknya yah." Sahut sang mamah menegur putri kesatunya lewat tatapan
KAMU SEDANG MEMBACA
Chit-Chat Boy! (NEW VERSION)
Teen Fiction"Semua orang pernah di fase alay sendiri, jadi gak perlu takut." *** Pas lagi masa-masanya noob gitu, punya akun jejaring medsos satu tuh berasa kurang. Awalnya Yara iseng bikin dua akun medsos, satu akun pribadi dan satu akun Privacy yang gak semua...