38📱

36 7 4
                                    


38. Sisi lain Rajan


Tarikan kursi diruang makan berhasil menyita perhatian Mora yang tengah berkutat dengan ponsel. Cewek itu menarik bibir kecil, lalu dengan sepenuhnya mematikan ponsel dan ikut sibuk membalikan piring kosong didepannya.

Seperti sebuah keluarga kecil pada umumnya. Sang kepala rumah tangga diam membiarkan sang istri yang bergerak menyajikan, sedangkan sang anak? Mora menatap lurus dengan senyuman kecut terpatri diwajahnya. Tidak ada anak! Keberadaannya disini hanya karna semata-mata menolongnya dari rasa sepi karna hidup sendiri.

"Gimana Rayyn disekolah?"

Tersentak dalam diam, Mora mendongak. Sudah menjadi rutinitas, kehadirannya memang sangat dibutuhkan dalam persoalan membahas putra satu-satunya seorang Daridya Marbun.

Dengan kedua tangan terlipat didepan, terdengar ringisan kecil sebelum Mora siap berujar. "Aku pikir om emang gak nuntut soal pendidikan Rajan..."

Darid ditempat menaikan alis.

"Tapi kenapa selalu nanya itu? Maksud aku, kenapa gak nanya soal pergaulan Rajan yang sekarang?"

Diamnya Pria paruh baya itu membuat senyum Mora semakin lebar saja.

"Soal pendidikan Rajan gak perlu om khawatirin. Yaaa.. kaya siswa pada umumnya aja, masuk keluar kelas sesuai jadwal dan waktunya." Kata Mora tanpa ragu, seolah ia memang satu-satunya manusia paling tau.

Wanita cantik disebrangnya sampai menggelengkan kepala dengan
Implus geli. Beranjak menuangkan air putih kedalam gelas tinggi.

"Tapi gak ada yang tau gimana Rajan diluar dan disekolah. Mora juga gak bisa terus ngasih info yang relevan soal Rajan. Ya karna itu, Circle nya yang buat aku takut kalo terus mantau Rajan." Ujarnya sambil menunduk dengan nada sedih, sadar menjadi pusat Om dan tantenya, ia lantas menyeringai kecil nyaris tak terlihat.

Mengangguk saat sang istri menawarinya tumis daging, Darid balas menghunus remaja itu dengan dengusan geli. "Jadi kalo misal Om nanya itu juga. Percuma dong, kamu aja gak bisa jawab."

"Siapa bilang?" Sahut Mora cepat, bibirnya mengembang lebar. "Namanya Fares om, dia bawa dampak gak baik buat Rajan."

"Fares?" Om Darid membeo dengan tatapan lurus.

Arsyita ikut melempari pandangan menerawang kedepan. "Yang rambutnya pirang itu?" mengingat karna kerap ia melihat pemuda itu berkunjung kesini untuk mengambil barang penting Rajan.

Mora menyibakan rambut panjangnya kebelakang. Dengan raut tak santai ia mengangguki. "Terakhir kali dia bantu Rajan lolos dari aku karna ketauan lagi kumpul sambil minum-minum." Ujarnya menggebu.

"Rayyn sekarang gitu?" Tanya Darid dengan raut datar mendapat anggukan berlebihan dari Mora.

Arsyita menatap bergantian keponakan dan suaminya itu. Tak menjamin keamanan Mora karna gadis itu suka bertindak seenaknya, keponakannya itu tidak kenal takut, jika semakin dibiarkan Mora akan terancam. Karna yang ia tahu, Rajan dan Mora sudah lama saling menjauh, apalagi Rajan anak suaminya itu yang memang kini memusuhi mereka berdua. Sedangkan Yang Daridya-suaminya-tahu, bahwa keadaan Rajan dan Mora masih seperti dulu.

"Masa remaja mas. Wajarin aja, gak perlu nganggap ini ancaman."

Mora mendelik tak terima. "Wajarin? Tan, gak tau apa dunia luar sekarang gimana. Harusnya jadi ancaman kalo terus dibiarin, secara kalian berdua bukan pelindungnya sekarang, kamana Rajan buat nyari kesenangan? Ya, pergaulan kaya yang aku ceritain."

Pasangan suami istri itu terdiam sampai ruang makan itu terjebak dalam keheningan. Mora secara sadar menatap tantenya yang bergeming penuh rasa sesal, walaupun awalnya ia memang penuh niat berujar demikian.

Chit-Chat Boy! (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang