12. Titik terang
"Percaya gak percaya gue harus coba nyari."
Rajan menaikan tatapan, memandang sekumpulan cowok-cowok yang tengah berlarian ditengah lapangan, kehebohan Yanyan dan Adib yang saling mengoper bola melintas ditelinganya, seruan para penonton saling bersahutan terdengar membuat Rajan memalingkan wajah abai dan mulai berlalu.
Melangkah pasti meninggalkan area
lapangan sebelum menginjakan kaki dilahan berumput area pusat gedung Bhintaraja.Tatapan Rajan mengedar, bibir yang terkulum seolah menandakan ia ragu untuk melakukannya, sekaligus gugup jika bener-bener mengetahui keberadaan sosok tersebut,
Karna sampe sekarang, keinginan untuk bertemu terganti menjadi nomor dua, jelas nomor yang kesatu ialah, bagaimana cara ia bersikap serta mengekpresikan wajah didepan sosok tersebut.Tatapan Rajan kembali mengedar, memandang sekitar taman sekolah yang tidak terlalu ramai, terlihat jelas sekali perbedaan keadaan antara lapangan outdoor dimana kursi penonton terlihat ramai dibandingkan keadaan taman yang menghadap langsung kearah lapangan itu tampak sepi, jelas memudahkan Rajan untuk menemukan sosok tersebut ditengah tatapan yang berguliran dan kembali merunduk memandang ponsel yang menyala selagi langkah kaki yang terus berjalan.
Mengangkat wajah kembali, mencoba menyamakan letak jarak dalam satu tempat yang sama. Tatapan tajam nan teduhnya kembali mengedar, bibirnya tampak terkulum ditengah ekspresi wajah yang berusaha terlihat tenang, jambul yang menjuntai menutupi dahinya tampak bergerak sesuai sapuan angin yang menerpa.
Merasakan jantungnya yang semakin kencang berdetak ditengah langkah kaki yang terus berjalan menyusuri lahan berumput sesuai aturan dari benda persegi yang masih menampilkan Log yang tidak berubah.
Semakin dekat radius yang ditempuh, semakin kuat terdengar detakan jantung serta desiran aliran darah yang ikut terkontaminasi dari kegugupannya.
Sesaat pandangan yang mengedar, Rajan kembali menunduk memandang layar yang menyala tersebut dengan pandangan datar, tatapannya menyayu dengan helaan nafas yang setelahnya terdengar.
Lagi dan lagi harapannya terpupuskan begitu saja.
Terkekeh miris, merasakan aura excited selalu mendasari jika berhubungan dengan sosok yang tengah dicarinya.
Namun lagi-lagi percobaan yang dilakukannya gagal tanpa ada unsur yang pasti, dan seolah dikamusnya tak ada kata menyerah tidak juga merasa Jera, Rajan selalu menganggap hal biasa ditengah kegiatan tersebut yang akan ia coba kembali.
"Ini cuma hal biasa." Lalu kembali terkekeh selagi mengusap wajah. "Jadi ngerasa disini cuma gue seorang yang berjuang." Lirihnya dengan tatapan meredup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chit-Chat Boy! (NEW VERSION)
Fiksi Remaja"Semua orang pernah di fase alay sendiri, jadi gak perlu takut." *** Pas lagi masa-masanya noob gitu, punya akun jejaring medsos satu tuh berasa kurang. Awalnya Yara iseng bikin dua akun medsos, satu akun pribadi dan satu akun Privacy yang gak semua...