19📱

59 12 0
                                    

19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19. Insiden Loker


5 April
(11 Hari setelahnya...)

Terhitung sudah satu minggu lebih Yara kehilangan ponselnya, sedikitpun belum ada usaha untuk mencari karna masih bingung dengan keadaan dirinya sendiri. Untuk sekolah, ada dua minggu Yara telah sah menjadi bagian siswi Bhintaraja, tidak lagi teratas namakan murid baru.

Dua minggu lamanya Yara sekolah disini, tampak satu kelas sudah semakin mengakrabkan diri, mau menerima Yara dengan suka hati, malah Yara sekarang tidak takut merasakan kesendirian saat Loly tidak masuk sekolah...

Kehebohan dan kekocakan teman sekelasnya yang mudah membuat orang merasa nyaman saat berada disekitarnya.

Waktu istirahat telah tiba...


"Ayoo! Ayoo! Kumpulin bukunya, Bu Rasmi udah nelpon-nelpon tuh." Teriak sang ketua kelas, Arsen namanya.

"Dih bego, emang ada nohap Bu Rasmi lo??" Jufri mencibir tak terima.

"Ohh, jelas tidak." Arsen cengengesan, mengundang umpatan Yoga yang duduk didepan sambil memainkan pulpen dengan mata memicing, seakan siap untuk dilemparkan pada sang ketua kelas.

"Tapikan, hati gue tuh udah saling menyambung ama BuRas. So' lo pada jangan ngiri, kalo cuma gue yang bisa ngerasain sesuatu yang aneh, karna kek wajar orang kita tuh udah saling mengikat hati satu sama lain."

"Ni pulpen, gue belinya pake tenaga tadi pagi, butuh perjuangan karna nyebrangin jalan. Jadi, coba lo bayangin kalo gue lempar, mendaratnya gak cuma disatu titik. Pyuussshh!" Pulpen yang dipegang Yoga kini melayang dengan bantuan tangan, berputar mengelilingi tubuh Arsen yang memandangnya dengan helaan jengahnya.

"Titik mendarat, titik mendarat dimana kapten Yoga??" Jufri juga ikut-ikutan menghebohkan suasana, menempelkan pulpen ditelinga sambil berdiri dengan gerakan spontan mengguncang meja, sampai tak sadar disamping sosok berkuncir Pita yang tengah mencatat mendelik menatapnya dengan mulut penuh umpatan.

"Gue tarik anu lo sampe melar kalo gak diem juga." Ancam Erwita membuat Yara yang duduk didepannya tersentak sambil menahan tawa.

"Heh! Heh! itu jangan rusuh mulu yang dibelakang. cepet, bukunya gue ambil tau rasa." Teriak Arsen selagi memukul meja dengan gulungan bukunya.

Kelas semakin heboh, rusuh karna mencari jawaban dari soal-soal memusingkan. Begitupun dengan Yara yang tengah santai karna ia lebih awal selesai mengerjakan, membiarkan anak kelasnya bergerumbul dimejanya, Yara menaikan alis dengan bibir sebelah terangkat.

Yoga masih terus berputar. tangan yang menggenggam pulpen terus melayang terlihat seperti memainkan sebuah pesawat terbang.

"Titik mendarat, titik mendarat di... sini!"

Chit-Chat Boy! (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang