31📱

41 11 0
                                    

31. Bukan Yara...



Previously

"UANGNYA KOK GAK ADA??"

Suara teriakan kalap Erwita, memancing langkah rusuh teman sekelasnya yang mulai berdatangan

💑💑💑💑




"Sialan!"

Ditempat duduknya, Mora terus membanting barang-barang yang ada diatas mejanya, saling berjatuhan dengan bunyi bising, membuat Maya dan Laudy mengurut dada tabah dikursi depan.

"Mor... kenapa sih?" Laudy bangkit, memungut buku-bukunya yang ikut menjadi sasaran dengan bibir mencebik.

Maya mengedar pandang pada kelasnya yang sepi tak berpenghuni, kecuali mereka bertiga.

"Marah-marah kenapa sih, cerita-cerita..."

"LAU!" Sergah Mora menyentak saat Laudy merangkul tangannya.

Laudy mencuatkan bibir, menjauh.

Maya yang tengah melipat tangan, menyandar pinggang pada meja mulai berdiri tegak. Menghela nafas menatap wajah merah Mora ditempatnya, menarik tangan Laudy untuk beranjak.

"Lo tadi katanya mau beli es krim kan? Gue temenin." Kata Maya menggiring Laudy untuk keluar kelas.

"Lho, tapi mora..."

Suara Laudy mulai teredam dari balik pintu kelas membuat Mora mendongak. Bentuk Formalitas Maya membiarkannya sendiri ditengah amarah melambung tinggi, memang sering cewek itu lakukan. Membiarkan Mora untuk menenangkan diri, sebelum Maya kembali muncul dan menanyai masalahnya dengan baik-baik.

Tapi untuk masalah yang satu ini, Mora tidak bisa tenang. Bayangan saat sosok Yara menyangga wajah ditengah pandangan menyorot lurus Rajan dilapangan membuat Mora semakin mengepalkan tangan kuat.

Tak bisa dipungkiri, Mora terusik melihatnya.

"Lo gak seharusnya natap Rajan kaya gitu..." Dumel Mora ditempatnya dengan wajah keruh. Bibirnya mulai mengeluarkan desisan, matanya mulai dilingkupi kabut emosi. Dan tangannya, masih setia mengepal kuat sampai buku-buku tangannya memutih.

Mungkin karna itu, karna tak suka melihat cara memandang Yara pada Rajan, Mora sampai berani menuntun langkah. Mengahampiri Rajan, cara satu-satunya agar cewek itu tau, paham dan bisa mengerti saat melihat kedekatan dirinya dan Rajan.

"Rajan!"

Rajan yang tengah mengatur nafas dengan sebelah tangan menyangga dipinggang dibuat tersentak. Mora tanpa malu merangkul lengannya, membuat dia menatapnya dengan raut datar.

"Gue gak seneng liat lo jadi tontonan!"

"Mor..." Rajan berusaha berkata sedikit tenang saat tau permainan bubar tanpa intruksi.

Mora mendongak. Posisi masih merangkul tangan cowok itu. "Biarin gue gini..." karna Mora perlu menunjukannya pada seseorang.

"Dan gue. gak. mau." Rajan berucap penuh tekanan.

"Lo emang gak pernah mau." Bisik Mora, lalu tersenyum merangkul erat walau Rajan mulai kesal, berusaha mengelak sambil berjalan menjauh dari lapangan. Tidak ingin menjadi tontonan.

"Mora kenapa sih?" Kekeh Adib memandang heran tingkah aneh cewek yang kerap menganggu sahabatnya itu.

Yanyan menggelengkan kepala dramatis. "Satu minggu Rajan ngemplong gak diganggu tu cewek, lah tiba-tiba... kumat lagi pasti tuh si Mora."

Chit-Chat Boy! (NEW VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang