Bruk
"Sial"
Nishinoya mengumpat, saat ia terjatuh, akibat banyaknya surat cinta, di dalam lokernya. Teman sekelasnya yang melihat itu, langsung membantu Noya berdiri.
"Ck, tidak usah, aku bisa sendiri"
Nishinoya menepis tangan yang terulur untuknya, lalu bangkit sendiri. Teman sekolah yang berniat membantunya tadi, hanya bisa tersenyum kecut dan berlalu pergi, karena bantuannya tidak diterima.
"Kenapa surat ini terus ada setiap hari"
Keluhnya, sambil memunguti surat-surat tersebut, satu persatu, memasukkan semua itu kedalam tasnya. Nishinoya masuk ke kelas dan duduk di kursinya.
"Hyaahh!"
Nishinoya memekik, saat ada hembusan napas ditelinganya. Wajahnya Noya merah karena malu, ketika tak sengaja mengeluarkan suara, yang terkesan seperti desahan. Untuk saja kelas masih sepi, jadi ia tidak terlalu malu. Orang yang menghembuskan napas ditelinga Nishinoya, menjilat bibir.
"Ah, desahanmu sangat mengoda Yu, yang dibawah jadi bangun"
Tangan Nishinoya dituntun ketonjolan, dicelana siswa tersebut. Wajah Noya merah sampai kelehernya. Napas siswa tersebut semakin berat setiap kali dirinya menggosokkan tangan Nishinoya dibonernya.
"Hentikan breng-hmmppp"
Siswa bernama Tendou tersebut mencium kasar bibir Nishinoya, membuat yang dicium hanya bisa terdiam, Nishinoya memang dikenal berandalan, tapi soal tenaga, ia kalah jauh, dari orang yang kini tengah mengekspor mulutnya. Nishinoya meremas kuat penis dibalik celana Tendou, membuat yang bersangkutan meringkis dan terpaksa melepaskan ciuman ganasnya.
"Brengsek!"
Nishinoya melayangkan pukulan keulu hati Tendou, membuat si rambut merah meringkis sambil memegangi perutnya. Noya mencak-mencak keluar dari kelas dan pergi menuju atap, tidak perduli meski bolos pelajaran.
"Sialan! Beraninya bedebah itu melakukan hal seperti itu pada ku!" Nishinoya menjambak rambutnya, karena frustasi.
"Wah, sepertinya Nishinoya Yu yang hebat, sudah menjadi gila"
"Kau benar Tsumu, kasian sekali, sepertinya kita harus menelepon rumah sakit jiwa"
"Ide yang bagus Samu, hahaha"
Ah, Nishinoya lupa kalau kedua Miya bersaudara itu selalu ke atap. Keduanya tidak masuk kelas juga tidak masalah, toh ayah mereka adalah kepala sekolah, sekaligus pemilik sekolah.
"Ck, tutup mulut kalian, pergi dari sini sebelum kuhajar"
Tapi keduanya bergeming, seolah ancaman Nishinoya hanyalah angin lalu. Noya bergidik, ketika dua anak orkay itu menatapnya, dengan tatapan hewan buas, yang siap menikmati hasil buruan. Tanpa sadar ia mundur, sedangkan si kembar Miya melangkah maju. Nishinoya bersiap lari, tapi lengannya sudah dicengkeram lebih dulu oleh Atsumu.
"Jangan pergi dulu, bagaimana jika kita bersenang-senang?"
Tubuh Nishinoya dilempar kelantai atap, membuatnya mendesis kesakitan. Belum sempat ia melontarkan sumpah serapah, benda lunak tapi keras, disodorkan ke bibirnya, itu adalah penis Osamu, sejenak Nishinoya kagum dengan ukuran kejantanan remaja itu.
"Baka! Apa yang kau lakuka-hhmmppp uhuk"
Nishinoya terbatuk, sebab Osamu langsung memasukkan penisnya, ke mulut Nishinoya, saat bibirnya terbuka untuk berteriak. Tanpa ragu Nishinoya langsung mengigit milik Osamu, membuat pemuda itu menjerit kesakitan. Osamu menjambak rambut Nishinoya, memaksa si mungil untuk melepaskan gigitannya pada benda si rambut abu-abu.
"Brengsek! Beraninya kau mengigit penisku!"
Belakang kepala Nishinoya dipukul, hingga ia pingsan, saat bangun dirinya melihat keadaannya yang mengenaskan, pakaiannya terkoyak, dia telanjang, tubuh bagian bawahnya sakit dan ada lelehan sperma dari lubangnya. Perutnya sedikit buncit, tanda bahwa kedua saudara kembar itu, memperkosanya selama berjam-jam, langit bahkan telah diterangi cahaya bulan.
"Bedebah! Akan kuhajar mereka nanti!"
Nishinoya mendengus, matanya merah, tak lama air mata keluar dari maniknya. Nishinoya terpaksa tidur diatap, karena ia tidak bisa bergerak, mengerakkan badan sedikit saja, rasanya semua tulangnya mau copot. Nishinoya tertidur, ditengah dinginnya malam. Tidak lama setelah remaja mungil nan manis itu tidur, pintu atap terbuka, memperlihatkan si kembar Miya, yang perlahan mendekati sosok Nishinoya yang terlelap.
"Maafkan kami karena terlalu kasar"
"Kami mencintaimu"
Nishinoya merasa jika ia tengah dipeluk oleh dua tubuh kokoh, meski penasaran siapa yang memberinya kenyamanan, ditengah cuaca dingin, tapi matanya enggan untuk terbuka.
Ketika membuka matanya lagi, Nishinoya diapit oleh dua orang yang memperkosanya sebelumnya. Ia berteriak dan mencakar bentuk tak sadar kedua Miya itu, menerima desisan rasa sakit.
"Aw aw, hentikan"
"Yak! Jangan mencakar wajah tampanku!"
Napas Nishinoya ngos-ngosan, sekarang ia sudah puas mengamuk, menyeringai ketika melihat tampang kembar Miya yang acak-acakan, dengan wajah penuh tanda cinta berupa cakaran yang Nishinoya berikan pada keduanya.
"Yu"
"Apa!"
"Selow napa, kayak cewek lagi PMS aja"
"Atsumu ingin mengatakan, jika kami siap bertanggung jawab"
"Aku tidak hamil, ngapain bilang mau tanggung jawab "
"Yah, siapa tau nanti kau hamil, soalnya kami mengeluarkannya banyak sekali"
Osamu menjitak kepada Atsumu, karena kata-katanya yang pulgar, tapi siapa yang menyangka, jika Nishinoya Yu, si berandal sekolah benar-benar akan hamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
All x Nishinoya Uke [Yaoi 21+]
FanfictionYaoi 21+ Book khusus all x Nishinoya Uke, mulai dari rating T hingga M.