change 2

743 54 7
                                    

Nishinoya terkapar di lantai gym, napasnya tersengal, tenaganya terkuras habis. Ia lupa jika dirinya, sudah berubah menjadi seorang gadis, tentu saja tenaga serta stamina perempuan, berbeda laki-laki. Ia haus, tapi tubuhnya terlalu lelah, untuk sekedar mengambil air yang Kiyoko siapkan. Matanya terbuka lebar, dia bahkan tidak sadar sejak kapan menutup maniknya. Jeritan kecil keluar dari bibir merah mudanya, kala sesuatu yang dingin menyentuh pipinya.

"Ma-maafkan aku Nishinoya-san, aku hanya ingin memberimu air, karena kelihatannya kau sangat lelah"

"Tidak apa-apa Yamaguchi, aku hanya terkejut, tidak perlu minta maaf. Ngomong-ngomong, bisa bantu aku duduk"

Yamaguchi menarik tangan Nishinoya, guna membantu senpainya duduk. Setelah Nishinoya duduk, Yamaguchi tertengun, kemudian berteriak dengan wajah semerah tomat matang. Teriakan Yamaguchi, menarik perhatian anggota Karasuno yang lain, mereka bergegas menghampiri Nishinoya dan Yamaguchi. Daichi yang sampai lebih dulu, langsung menanyakan apa yang  salah. Tapi sebelum itu, ia sudah pingsan terlihat dulu, saat melihat apa yang membuat Yamaguchi, menjerit dengan tidak jantannya.

"Daichi! Ada apa dengannya? Tanaka, Asahi, bawa Daichi ke UKS" perintah wakil kapten, Sawamura.

"Baik/ya"

"Oi, Yamaguchi, kenapa kau berteriak seperti itu hah?"

Tsukishima bertanya, sambil menaikkan kacamatanya, berusaha bersikap acuh tak acuh. Tapi Yamaguchi yang sudah mengenal si  dari kecil, tantu saja tau jika Tsukishima sedang khawatir.

"Tsuki, itu-"

"Noya-senpai! Bajumu!"

Hinata bergegas kearah senpainya, mendorong Yamaguchi yang menutupi tubuh mungil Nishinoyanya. Tunggu, sejak kapan ia mengklaim Nishinoya, sebagai miliknya? Sudahlah, ada hal yang lebih penting dari itu, untuk dipikirkan. Hinata dengan jentelnya, melepas jaket hitamnya, karena ia berniat pulang dan mandi di rumah saja. Jaketnya dia pasangkan, ketubuh mungil sang senpai, matanya tertutup rapat, tidak mau menatap pemandangan menarik didepannya, ia takut jika dia melihatnya, maka dirinya juga akan pingsan, sama seperti sang kapten.

"Oh"

Itulah respon dari yang lain, ketika otak mereka merespon, tentang apa yang terjadi. Wajah mereka juga sangat merah, itutu wajar saja, banyangkan jika kau melihat tubuh seorang gadis yang tercetak jelas, karena kaos yang dikenakan basah oleh keringat. Hinata bersikeras untuk mengantar senpainya pulang, meski Nishinoya menolak keras, tapi Hinata sangat keras kepala dan tidak menerima jawaban tidak.

Langit jingga serta angin sepoi-sepoi, membuat suasana terlihat romantis. Hinata tak menampik, jika dia jatuh cinta pada senpainya, sejak mereka pertama kali bertemu, tapi dia terlalu takut, untuk mengungkapkan isi hatinya. Ia takut akan penolakan, dijauhi oleh Nishinoya lebih menyakitkan, dari pada mendengar kata tidak, dari bibir ranum itu. Tapi sekarang, Hinata punya banyak saingan, jika ia tidak mengungkapkan perasaannya, mungkin saja orang lain, akan lebih dulu mengambil hati sang senpai. Sebuah ide nakal muncul, diotak Hinata yang isinya cuma bola voli. Ia mencondongkan tubuh kearah Nishinoya.

"Senpai"

"Ya,"

Nishinoya menoleh, alhasil, bibir mereka bertemu. Tidak ada kecupan atau lumatan, hanya saling menempel, meski hanya sedetik, tapi mampu membuat mereka berdua terlena,

"H-hinata"

Nishinoya tergagap, ditatapnya Hinata yang memiliki senyum lebar diwajahnya. Hinata menjalin jemari mereka bersama, sebelum mendaratkan kecupan singkat didahi Nishinoya.

"Aku mencintaimu, senpai"

"Tapi Shoyou, aku laki-la-"

Kepulan asap memutuskan ucapan Nishinoya, saat asap menghilang, ia kembali berubah menjadi laki-laki seperti semula.

"Ah, sepertinya cinta sejati, melunturkan kutukannya, senpai. Mau senpai laki-laki, ataupun perempuan, aku akan tetap mencintaimu"

Nishinoya tersipu mendengar penuturan Hinata, langit jingga menjadi saksi, atas bersatunya dua insan manusia.

All x Nishinoya Uke [Yaoi 21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang