Masa depan bukanya sesuatu yang bisa diprediksi, Nishinoya Yu, pemuda mungil berambut hitam, dengan manik seindah berlian, tidak pernah menyangka, kalau hidupnya akan menjadi seperti ini.
Noya berjalan gontai, tanpa semangat hidup, hutang mendiang ayahnya menumpuk, Ibunya menikah lagi, dengan seorang pria, yang terlihat jelas menyukai anak laki-laki. Saat Ibu Nishinoya pergi keluar kota, karena urusan bisnis, ayah tirinya akan memperkosanya, jika menolak untuk disetubuhi, maka ayah barunya akan memukulnya sampai babak belur hingga ia pingsan.
Pemerkosaan itu terus berlanjut, sampai suatu ketika, sang ibu pulang ke rumah, karena bos diperusahaan tempat ibunya bekerja, membatalkan miting. Tapi, bukanya melaporkan pria yang dinikahinya kepolisi, ibu Nishinoya malah menampar putra kandungnya, menuduh anaknya mengoda suaminya, lalu mengusir sang anak dari rumah, tanpa perbekalan apa-apa.
Hujan mengguyur deras, membuat tubuh mungil itu menggigil kedinginan. Matanya kosong, tak nampak kehidupan sama sekali disana. Seolah tubuh tersebut tak memiliki raga, yang tinggal didalamnya. Noya terus berjalan, dinaikinya pagar pembatas jembatan, laut di bawah sana beriak akibat guyuran air hujan. Yu memejamkan mata, bersiap terjun untuk menghilangkan penderita, yang dunia berikan padanya.
Ketika membuka mata, Nishinoya mengira dia berada di surga, karena tempatnya baru saja bangun sangat indah. Keindahan yang tidak mungkin dia temui di Tokyo, yang sudah padat penduduk. Langkah kaki terdengar, membuat Nishinoya menoleh kearah suara langkah tersebut. Ia terkejut melihat seorang pria, dengan pakaian mewah berhiaskan emas dan permata. Nishinoya menggigil kala tatapan tajam, yang seakan menusuk relung hatinya, diberikan pria itu padanya.
"Aku sudah menyuruh mu untuk tidak pernah berkeliaran!"
Suara itu melengking, Nishinoya terpaksa menutup telinganya untuk meredam teriakan yang mampu merusak gendang telinganya. Pria itu menarik kasar Nishinoya, yang duduk bertumpu dikedua kakinya. Nishinoya meronta, tapi nihil, usahakan untuk melepaskan cengkraman tangan pria itu sangat mustahil. Ia hanya bisa terisak karena yakin akan ada memar dipergelangan tangannya.
"Kau dihukum seratus cambukan, karena melanggar perintah ku"
"Tidak! Jangan lakukan itu! Aku moho-"
Plak
Tamparan keras membuat Nishinoya terhuyung ke belakang, cengkraman ditangannya semakin erat, membuat Nishinoya mengeluarkan tangisan pilu, yang sama sekali tidak mendapat simpati, dari orang yang menarik tangannya terlalu keras. Tangis Nishinoya bergema di sel bawah tanah yang gelap, hanya ada obor disamping pagar besi sel, sebagai penerangan. Dua bulan Nishinoya telah menghabiskan kehidupan, di dunia penuh rasa sakit ini.
Nishinoya tau ia berada di istana Shiratorizawa, kerajaan yang dipimpin oleh raja bernama Ushijima Wakatoshi. Pria yang dikenal suka mengumpulkan gadis dan pemuda desa, ataupun putri dan pengeran dari kerajaan lain, sebagai selirnya, entah yang bersangkutan setuju atau tidak, raja kejam itu akan tetap menjadikan mereka selir, yang hanya digunakan sebagai budak diatas ranjang sang raja. Tidak perduli seberapa banyak raja menaburkan benihnya kemana-mana, masih belum ada satupun selir yang mampu menghasilkan keturunan laki-laki, semua selir raja selalu melahirkan anak perempuan.
Nishinoya termasuk selir, yang dianggap paling tidak mampu memuaskan raja. Setiap Nishinoya dipaksa melayani sang raja, ia hanya mampu terdiam, menunggu raja melakukan apapun yang disuka pada dirinya. Nishinoya seperti cangkang kosong, tidak ada kehidupan dimaniknya, karena ia sudah lama kehilangan keinginan untuk hidup.
Nishinoya mengelus perutnya yang rata, tersenyum kecil, binar Dimata indahnya kembali. Dia tidak akan memberitahu tau raja, jika ia sedang hamil, Nishinoya lebih baik mati, daripada harus memberi tau raja, akan kehamilannya. Hari-harinya didunia ini terasa berat, hanya sang buah hati yang membuatnya bertahan.
Ushijima tidak tau kenapa, tapi akhir-akhir ini ia sering memperhatikan salah satu selirnya Nishinoya Yuu, pemuda mungil itu mampu menciptakan senyum dibibir Ushijima, yang terkenal tidak pernah tersenyum. Bahkan pengawal pribadinya Tendou, juga mengatakan, jika ia lebih bahagia sekarang.
"Pengawal" panggil Ushijima pada salah satu prajurit istana" bawa selir Nishinoya Yuu ke kamarku"
"Baik tuanku"
Nishinoya takut, raja memintanya untuk pergi ke kamar raja, pikiran negatif hinggap di otaknya.
"Apakah aku melakukan kesalahan? Tapi aku tidak membuat ulah akhir-akhir ini, apa aku akan dihukum lagi"
Pikir Nishinoya kalut, hukuman cambuk seratus kali masih segar diotaknya, seolah kejadian itu baru terjadi kemarin, padahal sudah dua bulan lamanya. Pengawal mengumumkan pada raja kedatangan Nishinoya, pintu kamar emas berhias berlian milik raja terbuka, Nishinoya langsung masuk kedalamnya, sambil menundukkan kepala.
Raja memperhatikan orang yang berjalan, dengan kepala menunduk dihadapannya. Entah kenapa akhir-akhir ini sang raja terus memikirkan selirnya yang satu ini.
"Angkat wajahmu"
Nishinoya mengangkat wajahnya, saat mendengar perintah raja, manik berkilat ketakutan. Raja tidak suka tatapan takut, diarahkan selir Nishinoya padanya, itu membuat hatinya sakit, entah karena apa.
"Kemarilah"
Nishinoya menaiki kasur, ia duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala, enggan menatap ayah dari anak dalam kandungannya. Ushijima perlahan menarik tengkuk Nishinoya, agar manik mereka bertatapan. Dimata itu, Nishinoya melihat sesuatu, cinta. Hal itu membuat Nishinoya bergeming.
"Tuanku, apa ada yang ingin tuanku sampaikan pada hamba?"
Biasanya, Nishinoya hanya menunduk, bahkan bersimpuh dilantai saat bertemu Ushijima, tapi kali ini, raja masih menahan tengkuknya, membuat dirinya tak mampu melakukan hal yang biasa ia lakukan.
"Aku ingin kau menjadi ratu, orang yang akan berada disamping ku, untuk hari ini, besok dan selamanya."
Hal itu tentu saja membuat Nishinoya terkejut, pasalnya Ushijima punya banyak selir, tentu saja banyak yang lebih cocok menjadi kandidat ratu selain dirinya. Nishinoya bahkan tidak pernah menyandingkan dirinya, dengan para selir yang lain.
"Tapi tuanku, hamba rasa hamba bukanlah orang yang cocok, untuk kandidat ratu tuanku"
"Apa kau meragukan kepuasanku selir Nishinoya Yuu"
"Sama sekali tidak tuanku, tapi apakah tuanku yakin ini adalah keputusan yang tepat? Hamba tidak ingin tuanku salah langkah"
Ushijima menurunkan yukata Nishinoya perlahan, memperlihatkan kulit putih dengan bekas luka cambukan, meski sudah beberapa bulan terlewati, bekas itu masih ada, hal tersebut membuat hati kecil Ushijima terasa perih. Ditelusurinya bekas luka itu dengan jarinya, membuat Nishinoya bergidik, seperti tersengat listrik saat jari raja menyentuh kulitnya.
"Mulai hari ini, aku, raja Ushijima dari Shiratorizawa, tidak akan membiarkan siapapun menyakiti atau melukaimu"
Nishinoya tersenyum, deklarasi Ushijima membuat hatinya menghangat. Ushijima membaringkan Nishinoya perlahan, dikecupnya kening Nishinoya, Ushijima memperlakukan Nishinoya penuh kelembutan, seakan Noya adalah kaca yang akan rusak jika terlalu kasar. Disaat Ushijima hendak memasukkan miliknya ke hole Nishinoya, Noya menghentikannya.
"Tolong lembutlah tuanku, tuanku tidak ingin menyakiti bayi kita kan"
Mendengar itu Ushijima nampak sangat bahagia, apalagi setelah tau dari tabib kerajaan, jika anak yang dikandung Nishinoya, adalah anak laki-laki, yang akan menjadi pewaris kerajaan dimasa mendatang.
KAMU SEDANG MEMBACA
All x Nishinoya Uke [Yaoi 21+]
FanfictionYaoi 21+ Book khusus all x Nishinoya Uke, mulai dari rating T hingga M.