benang merah 2

710 68 2
                                    

Nishinoya mengeram kesal, saat dia dikabedon, oleh laki-laki bersurai merah, yang menyeringai kearahnya. Pemuda itu terpaksa membungkuk, karena tinggi badan Nishinoya, yang jauh dari langit. Dia sih tidak masalah dikabedon, toh yang ngabedon, adalah salah satu, yang benang merahnya, terhubung dengan dirinya.

Yang bikin dia kesal, cowok itu memilih mengkabedon dirinya, di toilet sekolah, kan enggak banget. Jika nanti ada yang masuk tiba-tiba, mau ditaruh dimana mukanya, didalam dompet author, yang tebal, tapi isinya kertas sama hal gak guna lainnya gitu? Masa iya.

"Senpai, bisa tidak senpai lepaskan aku, aku tidak nyaman senpai, kita lagi di toilet lo"

Nishinoya kicep, kala si Surai merah mendekatkan wajahnya, bibir mereka hanya terpisah beberapa inci saja. Pemuda itu menjilat bibirnya sugestif, membuat bulu kuduk Nishinoya meremang. Satu kecupan mendarat di pipi kiri Nishinoya, membuat remaja mungil itu tersipu sampai keteliga, Nishinoya menendang selangkangan senpainya itu, lalu keluar dari toilet dengan wajah semerah tomat.

"Ukh, masa depanku. Lihat saja chibi, suatu saat nanti, aku akan menganu mu, dengan masa depanku, yang sudah kamu tendang, kujamin kau akan ketagihan."

Nishinoya yang sudah kembali ke kelas dan duduk di samping Tsukishima, menggigil tiba-tiba. Tsuki yang melihat itu, langsung melepas jaketnya, lalu memasangkannya ditubuh mungil teman sebangkunya, Nishinoya tidak menyangka, Tsukishima yang acuh, bisa perhatian juga.

"Arigato"

Nishinoya tersenyum lebar, membuat Tsukishima tersipu, si pirang memalingkan wajahnya, sambil menggerutu pelan.

"Aku melakukannya, bukan karena aku perduli padamu"

Nishinoya terkekeh, menurutnya, Tsukishima yang tsundere manis juga.

Oikawa adalah playboy, cap ikan asin, ia dan Tendou, sudah memacari hampir semua siswi disekolah mereka. Bagi Oikawa, cinta hanyalah permainan, tidak lebih dari sekedar nafsu belaka. Dia juga tidak pernah jatuh cinta. Kata Emaknya, saat jatuh cinta, kau akan merasakan perutmu menggelitik, seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan. Tapi sampai saat ini, dia belum pernah merasakan sensasi itu.

"Senpai"

Oikawa seperti mendengar, ada suara yang memanggil namanya, suara itu begitu lembut, dia seolah bermimpi sedang dipanggil bidadari. Tapi tendangan ditulang rusuknya, membuat Oikawa segera bangun, dari tidurnya.

"Ow ow, tulang rusukku, siapa yang berani menendang ku hah?!"

Nishinoya yang menjadi pelaku penendangan, hanya acuh. Oikawa berang, dia akui adik kelas, yang dirinya dan Tendou lihat tadi pagi, lumayan manis, tapi bukan berarti ia akan membiarkan kouheinya itu berlaku seenaknya. Oikawa menarik kerah seragam Nishinoya, membuat kulit perut seputih salju, pemuda itu terlihat. Hal tersebut mampu menciptakan rona merah dipipi Toru, dengan segera dia melepas cengkraman, pada kerah adik kelasnya. Perut Oikawa terasa menggelitik, seperti kata Emaknya, sensasinya seperti ada ribuan kupu-kupu beterbangan.

"Aku akan memaafkan tindakan kurang ajarmu, sebagai gantinya, kau harus jadi pacarku"

Setelah mengatakannya, Oikawa langsung pergi dari TKP, meninggalkan Nishinoya yang melongo.

"Itu peryataan cinta, paling tidak romantis, yang pernah ada. Tapi ya sudahlah, nanti kami juga akan tetap berakhir bersama"

Gerutu Nishinoya, ikut pergi dari bawah pohon sakura, yang menjadi saksi, akan ketidak romantisan Oikawa dalam menyatakan perasaan.

"Oi, kau yang kemarin kan"

Setelah hampir mencapai rumahnya, yang hanya berjarak beberapa blok lagi. Nishinoya malah dicegat oleh orang, yang Nishinoya ketahui bernama Terushima. Ponselnya juga tidak dia ambil kembali, dan lebih memilih untuk membeli yang baru, sebab ia tidak mau berurusan dengan pemuda itu.

"Akhirnya kita bertemu lagi"

Yang namanya sudah berjodoh, pas akan bertemu. Nishinoya mengumpat, karena realita itu, benang merah mereka terhubung, mau tidak mau, dia harus menerima kenyataan, jika beberapa tahun lagi, mereka akan menjadi sepasang suami dan suami.

"Aku mencarimu, untuk mengembalikan ini"

Terushima menyodorkan ponsel lama Nishinoya, yang diterima pihak bersangkutan, dengan setengah hati.

"Terima kasih"

"Aku juga sudah mencatat nomor hp ku, diponselmu, nama kontaknya jangan diubah, jika kau melakukannya, kita putus"

Lah, sejak kapan mereka pacaran? Udah lah, iyain aja, yang penting senpainya itu bahagia. Nishinoya pamit pulang pada Terushima, tapi sang senpai, malah ngotot mau mampir, malah nginap pula, dasar pemaksa, tapi dia suka.

All x Nishinoya Uke [Yaoi 21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang