Jaemin terdiam di ruang tengah ketika dokter datang untuk memeriksa Jeno. Tadi Taehwan mengantar hanya sampai di depan pintu, karena ia tak boleh terlihat, sehingga Jaemin yang membawanya masuk. Hal itu menimbulkan keterkejutan bagi Renjun dan Jisung yang sedang bergulat di depan televisi. Mereka kini duduk diam di ruang tengah, membiarkan dokter memeriksa Jeno dengan nyaman. Manager hyung yang tinggal di dorm Dreamies kembali mondar mandir di sebelah mereka. Tak lama kemudian, dokter yang memeriksa Jeno keluar. Mereka segera beranjak menghampiri dokter.
"Bagaimana keadaannya dokter?" tanya Manager mewakili yang lainnya. Dokter menampakkan senyum menenangkan.
"Dia baik-baik saja, hanya pingsan karena efek bius. Ia akan bangun saat efek biusnya hilang. Kondisinya sangat baik, kalian tak perlu khawatir," kata dokter itu sambil tersenyum hangat. Ia segera permisi diiringi ucapan terima kasih dari para member dan Manager Hyung. Mereka segera menghambur ke kamar Jeno. Jisung segera menggenggam tangan Jeno dengan sedih. Sisanya berdiri di sekitar tempat tidur Jeno.
"Jaemin-ah, sebenarnya ada apa?" tanya Manager hyung. Baru ia sadari Jaemin tampak sedikit pucat. Ia tampak gelisah. Ia menoleh pelan pada Manager hyung, tak tahu bagaimana caranya menjelaskan.
"Aku rasa yang mereka incar seharusnya aku. Jeno sempat mendorongku sebelum ia dibekap orang itu," jawab Jaemin membuat semua orang yang berada disana tertegun.
"Jaemin-ah, jujur pada hyung, apa yang terjadi?" tanya Manager hyung. Tiba-tiba terlintas di pikirannya kejadian Jaemin menghilang di Mcountdown beberapa hari lalu. Walaupun hanya sebentar, ia merasa sangat khawatir.
"Aku mendapat teror hyung," kata Jaemin lagi. Membuat semua orang menahan nafas.
"Ini yang ketiga,"lanjutnya lagi membuat mereka menoleh serempak padanya.
"Kita laporkan polisi," putus manager hyung saat itu juga membuat Jaemin menutup mata, putus asa. Percuma, polisi akan mengatakan kasus ini bukan wewenang mereka lagi. Entah seserius apa kasus ini sampai polisi saja tidak bisa terlibat, Jaemin tak mengerti. Tapi kenapa dia harus terseret ketika ia sendiri bahkan tidak tahu apa-apa? Apa keuntungan mereka jika berhasil mencelakainya? Menjatuhkan ayahnya? Memang siapa sebenarnya ayahnya? Ia bahkan tak tahu. Ini gila.
"Percuma hyung, mereka akan menolaknya lagi," cetus Jaemin membuat Manager Hyung geram.
"Dengan alasan itu lagi? Memang siapa yang mengurus? Apa mereka gila? Ini menyangkut nyawa orang," marah Manager Hyung, benar-benar tak mengerti. Beberapa minggu terakhir tak ada hal buruk terjadi membuat mereka berpikir mungkin haters yang mengirim Americano beracun hari itu. Tapi ini, tidak mungkin haters seberani itu bertindak sejauh ini.
"Ada yang menjagaku hyung, kau tak perlu khawatir," kata Jaemin akhirnya, tidak punya pilihan untuk mencoba meyakinkan Manager Hyung. Manager Hyung hanya memutar matanya mendengar jawaban Jaemin.
"Siapa?"
"Aku tak bisa sebutkan,"
"Lalu aku akan percaya?"
"Hyunggg,"
"Tidak! Aku akan tetap laporkan pada polisi. Aku harus tahu siapa yang mengurusnya!" katanya, kemudian segera pergi entah kemana. Jaemin terdiam. Suasana sangat hening. Renjun tiba-tiba mendekati Jaemin.
"Mau bercerita?" tawar Renjun yang dijawab gelengan kepala. Hal itu membuat Renjun menunjukkan wajah kecewa.
"Tidak bisa Renjun-ah, aku tak ingin karena kau tahu, kau ikut terancam," kata Jaemin lalu membalik badan menuju kamarnya, meninggalkan Renjun yang menghela nafas kecewa. Jisung terdiam mendengar penuturan Jaemin. Ia kembali teringat mimpinya tempo hari. Tangannya yang menggenggam Jeno mendadak gemetar. Ia tak tahu harus bagaimana sekarang. Ia benar-benar takut terjadi sesuatu yang buruk pada Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE [✓] (REVISI)
Fanfiction[COMPLETED] Jaemin tak pernah tahu dimana ayahnya berada. Hingga suatu kejadian membuat sang ayah terpaksa menunjukkan dirinya, demi melindungi putra kesayangannya dari teror yang terus mengintainya. DISCLAIMER : Just a fanfiction. Jangan dihubung-h...