Jeno menoleh ke kanan dan kirinya, mendapati semua orang berpakaian hitam dan berwajah sedih. Jantungnya berdegup kencang. Ia memandang dirinya sendiri yang juga memakai setelan hitam. Jeno mematung di tempatnya. Ia menatap ke arah ruangan kecil di bagian dalam.
Seluruh member Dream berada disana, menangis meraung-raung. Jisung tampak dipeluk erat oleh Mark. Jeno belum pernah melihatnya menangis sehebat itu. Mark yang memeluknya erat juga menangis keras. Chenle hanya terdiam di ujung ruangan tapi air mata terus meluncur turun dari matanya. Tatapannya kosong tertuju pada satu titik. Haechan dan Renjun menunduk sembari duduk bersila. Bahu mereka terguncang kuat. Sesekali menyeka air mata yang tak berhenti turun. Member NCT yang tersisa duduk di bangku luar ruangan kecil itu. Duduk berjajar disana dengan wajah pucat dan tatapan kosong.
Jeno menarik nafas dalam dan memberanikan diri untuk mendekat kepada member Dream. Jantungnya mencelos melihat senyum manis seseorang yang sangat berarti baginya menyambut melalui sebingkai foto yang dikelilingi bunga-bunga putih. Jeno jatuh berlutut dan segera didekati Doyoung yang memeluknya sambil menangis.
"Jaeminie,"lirihnya hanya mampu memanggil sahabatnya yang telah pergi. Firasat dari kata-kata Jaemin saat itu benar adanya. Ia hanya mampu menangis hingga dadanya terasa sesak.
.
.
Jeno menegakkan tubuhnya dengan peluh memenuhi wajahnya. Nafasnya terengah. Ia menoleh ke kanan dan kiri mendapati dirinya berada di kamar Doyoung. Ia menyibakkan selimut dan bergegas berlari keluar kamar. Dorm tampak sangat sepi. Jeno melangkah dengan panik, membuka pintu kamar Haechan dan menemukan Haechan dan Johnny yang rebahan di tempat tidurnya. Mereka menatap Jeno bingung.
"Kenapa, Jeno?"tanya Haechan yang langsung bangkit melihat Jeno yang tiba-tiba membuka pintu kamarnya.
"Jaeminie, apakah sudah ada kabar tentangnya?"tanya Jeno terburu. Haechan menggeleng dengan wajah sedih. Jeno merosot di tempatnya membuat Haechan dan Johnny panik dan mendekatinya. Jeno menunduk dengan nafas terengah. Jantungnya berdegup kencang karena terkejut dan memaksa bangun tiba-tiba.
"Jeno, ada apa? Ada yang sakit?"tanya Haechan panik sembari mengguncang tubuh Jeno. Seingatnya Jeno tertidur di tempat Doyoung dengan layar ponsel yang menunjukkan tanda game over. Ia sempat menengok teman satu line-nya itu tadi. Jeno hanya menggeleng. Ia menarik nafas dalam berusaha menetralkan nafasnya yang memburu.
"Mimpi buruk, sangat buruk!"katanya sambil mengusap kasar wajahnya. Johnny mengelus bahu Jeno untuk menenangkannya. Tangan Jeno tampak bergetar.
"Lupakan! Hanya mimpi,"kata Johnny masih berusaha menenangkannya. Walaupun ia tak mengerti apa mimpi Jeno, tapi ia lebih memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Menceritakannya sama saja membuat Jeno harus memutar ulang mimpinya yang membuatnya sampai seperti ini. Tiba-tiba Taeyong keluar dari kamarnya membuat semua orang menoleh. Wajah Taeyong tampak terkejut.
"Baiklah, kami kesana sekarang,"katanya lalu bergegas menghampiri Haechan, Johnny, dan Jeno yang terduduk di lantai depan pintu.
"Mereka menemukan Jaemin, sedang dalam perjalanan ke Rumah Sakit Samsung,"katanya membuat Haechan dan Johnny terkejut tetapi segera menarik nafas lega, merasa bersyukur. Jeno tertegun. Ia langsung berdiri dan meraih lengan Taeyong.
"Keadaannya, bagaimana hyung?"tanya Jeno takut. Mimpi barusan tampak sangat nyata dan ia tak mau semua itu benar-benar terjadi. Taeyong menggelengkan kepala.
"Kita hanya diminta bergegas menyusul kesana. Ayo pergi sekarang,"ajak Taeyong dan dijawab dengan gerakan cepat dari ketiganya. Mereka kembali ke kamar dan berganti pakaian secepat mungkin. Dorm lantai 5 berangkat duluan ke rumah sakit bersama dengan Manager Hyung 127.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE [✓] (REVISI)
Fanfiction[COMPLETED] Jaemin tak pernah tahu dimana ayahnya berada. Hingga suatu kejadian membuat sang ayah terpaksa menunjukkan dirinya, demi melindungi putra kesayangannya dari teror yang terus mengintainya. DISCLAIMER : Just a fanfiction. Jangan dihubung-h...