Chapter 13 : Trust

1.6K 205 3
                                    

Jaemin membuka matanya perlahan dan mendapati ruangan tempat ia berada sangat gelap. Ia mundur perlahan hingga punggungnya menyentuh tembok. Lantai sangat dingin dan ia mulai menggigil. Ketakutan dan kedinginan. Ia memeluk lututnya sendiri, menenggelamkan kepalanya dalam lipatan lututnya. Ia gemetaran dan memanggil sang ibu berulangkali. Ia mulai terisak ketakutan. Hingga tiba-tiba cahaya silau muncul dari pintu yang menjeblak terbuka dan seseorang menerobos masuk. Tangis Jaemin pecah dan ia berlari memeluk orang itu.

"PAMAN KWANGHEE!" pekiknya pada orang yang membebaskan dirinya. Orang itu memeluknya erat, menenangkannya, mengatakan bahwa Jaemin telah aman.

DOR! Bunyi pistol diluar ruangan membuat Jaemin menutup telinganya. Benar-benar ketakutan. Sedangkan orang yang menolongnya memeluk Jaemin erat-erat, masih berusaha menenangkannya.

.

.

.

Jaemin menegakkan tubuhnya dengan nafas terengah. Peluh menetes di sekitar wajahnya. Mimpi itu lagi. Memori lama saat dirinya diculik. Umurnya baru menginjak 5 tahun kala itu. Memori yang tak pernah ia lupakan dan sering datang dalam mimpi buruknya.

Jaemin mengusap wajahnya kasar lalu melihat sekeliling, menyadari bahwa ini bukan kamarnya. Ia melihat ke arah atas, mendapati ada kasur di atasnya, dan tangan Jisung yang terkulai keluar dari kasurnya. Ia menoleh ke samping kanan dan mendapati Renjun tertidur pulas bergelung selimut sembari memeluk erat boneka moomin favoritnya. Ia ingat semalam setelah kejadian menakutkan itu, ia bermaksud menenangkan diri dengan menghadap ke tembok di kasur Jisung. Tapi rupanya ia ketiduran. Ia bangkit menurunkan kakinya dan menyibakkan selimut. Pandangannya teralih pada seteko besar air putih yang sering dipakai Renjun untuk membuat teh. Di sampingnya ada gelas bertutup. Ada notes yang ditempel pada gelas tersebut.

Minum ini saat haus, Jaeminie.

Jangan keluyuran sendiri, oke?

Bangunkan aku kalau kau ingin keluar kamar.

Jaemin tersenyum membacanya. Ia tahu itu tulisan Renjun. Berlebihan sekali. Dia masih di dorm kenapa harus ditemani hanya untuk ke dapur? Tapi sedikit banyak Jaemin mengerti dengan kekhawatiran para member. Kejadian semalam membuat ia berpikir dua kali untuk melanggar pesan member yang menjaganya. Ia bisa saja berpura-pura baik-baik saja di depan para member nanti agar mereka tidak lebih khawatir lagi.

Jaemin meraih ponselnya yang ternyata diletakkan di meja Renjun. Masih jam 5 pagi dan kantuknya sudah hilang entah kemana. Ada banyak pertanyaan dalam benaknya. Ia ingin bertanya pada Taehwan dan memilih untuk mengiriminya pesan singkat.

To : Taehwan Hyung

Hyung, ada yang ingin kutanyakan....

Jaemin tak berharap banyak. Ini jam 5 pagi dan walaupun Taehwan menjaganya 24 jam, bukan tidak mungkin Taehwan sedang beristirahat sekarang. Dan sejujurnya Taehwan paling menghindari adanya percakapan pesan singkat atau telepon. Ia akan memilih menemui Jaemin langsung. Terlalu berisiko. Bukan tidak mungkin ponsel mereka disadap. Namun tiba-tiba ada pesan masuk dari Taehwan. Jaemin segera membukanya.

From : Taehwan Hyung

Tanyakan nanti, hyung akan menemuimu.

Jaemin tersenyum membacanya. Taehwan mungkin selalu berada di sekitarnya, tapi ia tak pernah menampakkan diri. Keberadaannya memang masih perlu dirahasiakan. Yang terpenting ia siap siaga selalu menjaga Jaemin dimanapun.

Jaemin kembali merebahkan dirinya dan menatap lurus ke kasur atas. Ia baru teringat mimpinya. Paman Kwanghee, sudah lama ia tak bertemu dengannya. Terakhir saat SD, entah dia lupa kelas berapa, datang membawakan permen kapas besar yang membuatnya takjub.

REVENGE [✓] (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang