1. Visual

63 15 3
                                    

Aku melangkahkan kakiku di jalan. Jalan itu penuh lubang dengan genangan air. Bukannya keruh, aku melihat pantulan langit biru dari situ. Tidak seperti telah turun hujan.

Aneh, bukan?

Sepanjang jalan hanya ada gedung tinggi, padahal jalan yang kupijak ini tidak seperti jalan kota metropolitan.

Tak lama, gedung-gedung itu melompat. Kadang ada pula yang berubah bentuk.

Bukankah gedung memiliki pondasi yang kokoh? Lalu bagaimana ia bisa sebegitu lenturnya.

Kembali menyusuri, kini aku menginjak pasir.

Pastinya ini bukan di kota, disini hanya pasir. Tak lama payung-payung terbang di atas kepalaku melindungiku dari terik matahari.

Anehnya, sepanjang jarak pandang ku, banyak ikan2 berenang. Mungkin bisa kusebut mengambang.

Dengan sepatu yang kugunakan, aku sampai di kutub. Dingin tapi aku tidak kedinginan.

Disini pinguin berbicara dengan bahasa Inggris. Aku tidak mengerti.

Saatku berjalan, aku terseret kawanan pinguin yang melompat ke laut. Saat itu aku merasa basah, tapi tidak basah. Aku pun bisa bernafas.

Sementara pinguin mencari makan, aku terus masuk ke kedalaman laut.

Disana terdapat pasar. Infrastruktur disana juga modern, semua dilapisi kaca.

Aku berdiri, banyak manusia di sekitar. Tingginya sama seperti lututku.

Satu orang menatapku. Mungkin aku dianggap sebagai orang asing.

"Halo."

Dia terdiam.

"Maaf mengganggu."

Dia melirik semakin dalam.

"Bagaimana caraku pulang?"

Dia tidak menjawab. Dia memejamkan mata.

Bagaimana ini.

Dari awal, aku tidak menginginkan ini. Ini seperti hanya lewat. Visual. Ya, visual.

Mungkin jika aku memejamkan mata juga, aku bisa kembali.

Kupejamkan mataku.

Aku takut saat membukanya aku akan berada di bulan.

Lalu aku membukanya kembali.

Kini yang kulihat hanya kedua tanganku di meja dengan pensil dan buku gambar yang kosong.



25-03-2021

Mono StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang