13. Hujan dan Payung

12 6 4
                                    

Aku sangat tidak menyukai hujan.

Hujan bisa jadi sesuatu yang merepotkan. Ia akan membasahimu dan kadang membuatmu sakit.

Akan sangat menakutkan apabila hujan membawa petir bersamanya. Kejutan yang sungguh menakutkan.

Aku duduk di halte, kedinginan, turun dari bis dan menunggu hujan berhenti.

Biasanya, aku akan berjalan. Tapi tidak kali ini. Semua pakaian, sepatu dan tas ku akan basah. Aku lupa membawa payung.

Aku mengambil novel di tasku, melanjutkan bacaan yang terhenti.

Hujan sungguh awet, pikirku.

Lamanya. Aku sudah satu jam disini.

Yang kutunggu ternyata semakin deras. Angin membuatku menggigil.

"Kamu yang namanya Kasa, kan?"

Kudengar ada suara diantara derasnya hujan bertanya padaku.

Kulihat ada gadis yang berseragam sama, dia basah kuyup.

"Iya. Ada apa ya?"

"Jadi sungguh kamu. Aku Ama, kita sekelas, loh. Oh iya, Ini, kamu meninggalkan handphone-mu di kelas." Katanya.

"Ah, iya. Terima kasih."

"Tenang saja. Tidak basah, kok." Katanya lagi seakan mengerti arti tatapanku. "Kalau begitu, aku pulang duluan, dadah!"

"Tapi kamu basah kuyup begitu. Kamu tidak takut sakit?"

"Karena itu aku harus segera pulang, agar cepat ganti pakaian."

Dia keluar dari perlindungan atap halte. Bukannya berlari dengan buru-buru, ia malah diam dan mendongakkan kepalanya ke atas. Merasakan tiap air hujan yang membasahi wajahnya.

Dia berjalan perlahan, layaknya berjalan di bawah matahari.

Gadis ini, Ama, benar-benar menyatu dalam hujan. Ia sungguh menikmati hujan. Tanpa sadar seragamnya sedikit membayang.

Eh, tunggu.

Tanpa sadar aku menghadapi hujan setelah aku meletakkan handphone ku dalam tas. Setidaknya itu akan melindunginya.

Sekali lagi, aku berdiri dalam hujan. Aku ingin meraih dirinya, aku ingin memanggil Ama.

"Tunggu!"

Dia berbalik, tersenyum lalu tertawa.

"Eh, kukira kamu tidak suka basah."

"Memang tidak. Entah kenapa kakiku bergerak sendiri."

"Mungkin itu keinginan hatimu."

"Mungkin, ya."

"Hahahaha." Dia tertawa.

"Ha, ha, haha, hahaha." Entah kenapa aku ikut tertawa.

Rasanya senang. Merasa dirimu tidak sendiri saat hujan, itu mampu menangkal semua udara dingin.

"Permisi." Aku menutupi kepalanya dengan jaketku. Meski terlambat, aku kira itu dibutuhkan.

Dia, Ama melirikku. "Kamu Kasa, kan. Rasanya, kamu sudah jadi seperti payungku."

Dia tersenyum.

"Kamu Ama, kan. Berkatmu, Rasanya aku berani berdiri di tengah hujan. Meskipun masih merepotkan, sih."

Dia tertawa.

Tidak, mungkin tidak merepotkan.

Sekarang bisa kukatakan dengan jelas.

Aku sangat menyukai hujan.

_________________________

Note :

Kasa (傘) berarti payung
Ama (雨) berarti hujan (lebih sering dibaca Ame)

Untuk maksud dari cerita bisa ya ditafsirkan sendiri, ya.

_________________________

29-08-2021

Mono StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang