5. Langkah

22 10 1
                                    

Hari itu ada bazar. Sederhana sih, mereka hanya menjual barang-barang bekas. Beberapa juga ada barang kreasi milik sendiri.

Acara ini sudah dimulai dari pagi, aku baru datang kemari sore ini.

Ini bukan karena aku ingin melihat bazar. Aku hanya tak sengaja lewat setelah joging.

"Keren sekali."

Meski itu barang bekas, aku sangat terpana dengan sepatu disana.

Beberapa kali aku sudah memakainya dalam latihan. Selesai latihan aku selalu meletakkan nya di rak.

Setiap pagi, aku selalu memakai sepatu itu yang sudah terletak di depan pintu.

Setiap pagi aku selalu melakukan hal yang sama. Berulang-ulang.

Sesekali aku berlari ke arah yang tak sesuai.

"Dimana ini."

"Kakiku selalu merasa ringan saat melewati jalan ini."

Semakin hari semakin jadi, aku semakin tidak peduli. Akhirnya aku sadar bahwa kakiku bergerak sendiri.

"Kumohon ikuti aku."

Aku pernah berkata seperti itu.

"Ini aneh."

Orang yang sebelumnya mempunyai sepatu itu memiliki raut wajah yang takut.

Apakah dia menjual benda ini karena takut.

Bukan.

Bukan itu.

Entah kenapa, aku berhenti memikirkan nya. Ikuti saja.

Sirine berbunyi dari berbagai mobil. Merah dan biru yang tidak nyaman Dimata.

Disana ada berbagai orang, termasuk pemilik sepatu tersebut. Sepertinya bukan.

Aku mengerti. Semuanya terjawab.

Sepatu itu hanya ingin pulang.



27-03-2021

Mono StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang