[3] Peluk mama

9.8K 1.3K 197
                                    

Caca mengerjapkan mata pelan dengan polos. Sebelum mengambil beberapa lembar uang pecahan seratus ribuan serta kartu debit dari atas meja, mata bulat Caca melebar saat melihat kalo ini bukan kartu biasa.

Menatap mas suami dengan tatapan takjub sama mamuja, "Jadikan Caca sugar baby mas."

Sedangkan Mark memutar bola mata jengah, setelah itu meminum kopi hitam hangat dari gelas merchandise kapal api.

Hasil endorsan, gini - gini Mark itu snapgrames.

"Itu buat kebutuhan rumah sama adek, tapi kalo lo pake juga ga papa sih asal jangan di pake buat beli barang ngga berguna. Kaya misal ikat rambut di shoppe." Ucap Mark sedikit mencibir di akhiran.

Karena kemaren ngga sengaja ngeliat Caca masukin iket rambut motif BT21 ke keranjang. Terus di check in mana minta nomor kosong lagi ke dia buat dapet gratis ongkir, hadeh - hadeh.

Mendengar itu membuat bibir Caca mencebik sebal, "Tapi kan lucu, beli sepaket loh Caca. Buat mas ada kok nanti kita capelan ya di tik tok."

"Ogah." kata Mark dengan datar sebelum beranjak ke arah wastafel.

Sekarang mereka memang ada di dapur apartemen, adek udah tidur setelah kecapean main seharian sama Caca.

Dan ini adalah hari ke-tujuh Caca menyandang status sebagai Istri Mark sekaligus mama Zeyuna. Berarti udah seminggu dan selama itu pula mereka pdkt, bukan! bukan Caca sama mas Mark tapi dia sama adek.

Kalo sama mas Mark mah ngga ada perubahan, mereka tetep canggung dan Mark tetep cuek atau emang sifat dia begitu? Caca pun ngga paham.

Mas Mark cuma bakal soft, lembut, perhatian, suamiable kalo ada adek doang selain itu mah babarblas pisan.

"Emm mas." panggil Caca ragu sambil mutarin jari - jarinya di bibir gelas kopi.

Mark menolehkan kepala sebentar terus dehem singkat sebagai jawaban, sebelum lanjut fokus mencuci piring sama gelas bekas makan malem.

"Caca tidur di ruang kerja lagi?" tanya Caca sambil menatap Mark dengan berkaca - kaca.

Bukan ngga suka tidur disana, enak kok kasurnya juga empuk. Tapi kan mereka suami - Istri, walaupun cuma di atas kertas.

Seenggaknya mereka bisa lah tidur seranjang, nawar si Caca :')

Mendengar ucapan Caca membuat sudut bibir Mark tertarik. Baru satu minggu tinggal bareng aja udah bisa bikin Caca protes, apalagi kalo udah satu dekade.

"Iya nanti gue bikin kamar lagi." kata Mark dengan mengusak kedua tangan ke lap handuk, karena basah habis cuci piring.

Bahu milik Caca langsung melorot ke bawah begitu saja. Bukan itu maksud dia, bukan mau kaya gitu.

Hadooh ngga peka banget.

Mark berbalik badan mau berjalan ke arah Caca, ngambil gelas kopi bekas terus di angkat tanpa peduli reaksi si pemilik.

"Ini di cuci ya." Kata Mark dengan senyuman jahil.

Jelas dia tau kok maksudnya, tapi dia takut khilap kalo tidur bareng.

Apalagi luka lama masih berbekas brou, masih susah buka hati.

Caca menganggukkan kepala lesu, menatap dengan enggan kartu serta pecahan uang tadi. Sebelum di ambil dan beranjak pergi, udah atuh Caca jangan halu.

Dapet uang kaya dinafkahin sama di anggep istri cukup kok.

Sedangkan Mark menumpu kedua tangan pada sisi kanan - kiri wastafel, memandang kosong air keran yang mengalir bagaikan rucika.

Mas Mark ΩTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang